Commitment vs Compliance …

Rabu, 5 Februari 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Seperempat abad lebih pengalaman kumulatif di dunia korporasi maupun dunia entrepreneur, lumayan banyak yang saya lihat tentang orang-orang yang sukses di karier atau usahanya. Dari sekian banyak yang saya lihat tersebut, bila ditarik benang merahnya – ada satu beda menonjol antara yang sukses dengan yang kebanyakan.  Di top list analisa saya yang muncul hanya dua kata saja yaitu orang yang sukses bekerja dengan commitment, sedangkan orang kebanyakan bekerja hanya sekedar memenuhi compliance.


Commitment adalah ketika Anda bekerja karena memang Anda suka dengan pekerjaan Anda dan ingin selalu melaksanakannya sebaik mungkin. Sedangkan compliance adalah ketika Anda bekerja karena memang harus bekerja, bekerja untuk memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh perusahaan atau atasan Anda.

Dengan dua hal ini, kini Anda bisa langsung cek apakah diri Anda sekarang bekerja atas dasar commitment atau sekedar memenuhi compliance yang ditugaskan untuk Anda.

Bila Anda yakin bahwa Anda bekerja dengan penuh commitment, maka insyaAllah Anda berpeluang besar untuk sukses pada karir atau usaha Anda. Lantas bagaimana bila Anda baru menyadari sekarang bahwa ternyata Anda bekerja hanya sekedar berusaha memenuhi compliance yang ditentukan untuk Anda ?

Pertama yang harus disadari adalah tidak ada salahnya bekerja memenuhi compliance,  bahkan ini merupakan standar kecukupan minimal yang harus Anda penuhi. Dalam istilah agama, ini seperti ibadah wajib yang harus Anda laksanakan – bila tidak maka Anda akan berdosa.

Kedua pada tingkatan posisi tertentu di perusahaan, institusi pemerintah ataupun negara – compliance saja tentu tidak cukup. Bayangkan bila pucuk pimpinan perusahaan hanya bekerja untuk memenuhi compliance-nya, maka tidak akan ada terobosan-terobosan baru dalam usahanya dan lama kelamaan akan jauh tertinggal dari perusahaan lainnya.

Dalam mengurus negara juga demikian, bila para petinggi negara bekerja hanya melaksanakan yang menjadi tugasnya – sekedar memenuhi compliance-nya, maka masalah-masalah mendasar negara tersebut tidak akan bisa teratasi. Peluang-peluang terbaiknya-pun untuk maju juga tidak akan ter-eksplorasi.

Ketiga pada bidang-bidang tertentu tidak ada compliance atau standar minimal yang harus dipenuhi, peluangnya hanya ada di commitment atau tidak ada karya sama sekali. Para pekerja seni misalnya, dia harus mengerjakan karyanya sepenuh hati karena kalau tidak dia tidak akan bisa menghasilkan karyanya sendiri – dia akan hanya menjadi penjiplak dari karya-karya orang lain.

Bagi para (calon) entrepreneur-pun demikian, tidak akan ada yang menentukan syarat minimal yang harus Anda lakukan. Anda sendiri yang harus men-set standard Anda, dan bila standar ini mengikuti standar orang lain – maka hasil karya entrepreneurship Anda juga akan menjadi karya jiplakan, sekedar ikut-ikutan dengan apa yang dilakukan orang lain.

Bagi yang sudah bekerja dengan penuh commitment – pun, bukan jaminan bahwa Anda pasti sukses. Seperti iman, commitment itu juga naik turun - Jadi senantiasa perlu dijaga, diperbarui dan diperbaiki.

Commitment yang terjaga dan senantiasa diperbaikilah yang insyaAllah bisa menghasilkan karya maksimal, karya yang dalam istilah agama disebut ihsaan. Dan bila Anda bisa berkarya sampai derajat ihsaan ini, Anda tidak perlu kawatir dengan hasil atau balasan yang akan Anda peroleh. “Hal jazaa ul ihsaani illal ihsaan – tidak ada balasan  untuk kebaikan selain kebaikan pula”. (QS 55 : 60)

Bayangkan sekarang bila pemimpin-pemimpin negeri ini bisa bekerja dengan penuh commitment sampai derajat ihsaan, pasti tidak ada saling melempar masalah “ini bukan tugas saya”, “ini bukan bidang saya”, “ini tugasnya menteri anu, gubernur anu, bupati anu….” Dlsb.dlsb.

Disinilah dibutuhkan commitment agar masalah-masalah kronis seperti korupsi, kemacetan jalan, banjir dlsb. yang terbawa dari era-era sebelumnya tidak selalu berulang dan bahkan cenderung menjadi lebih buruk.

Demikian pula pada diri kita, bila karir kita belum menanjak dengan cepat, usaha kitapun belum tumbuh sebagaimana mestinya – maka sangat bisa jadi ini karena kurangnya commitment kita pada bidang yang sedang kita tekuni ini.

Namun masih ada satu hal lagi yang perlu kita ingat, bahwa ukuran sukses kita bukan hanya sukses materi di dunia. Kita tentu juga sangat ingin sukses yang sesungguhnya, yaitu dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke surgaNya. Maka apapun commitment kita, haruslah dalam rangka ketaatan beribadah kepadaNya dan bukan commitment terhadap selain daripadaNya. Tidak mudah ? tentu tidak mudah, justru itulah dibutuhkan commitment itu !

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3 : 185).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar