Oleh: Muhaimin Iqbal
Seperempat abad lebih pengalaman kumulatif di dunia korporasi maupun dunia entrepreneur, lumayan banyak yang saya lihat tentang orang-orang yang sukses di karier atau usahanya. Dari sekian banyak yang saya lihat tersebut, bila ditarik benang merahnya – ada satu beda menonjol antara yang sukses dengan yang kebanyakan. Di top list analisa saya yang muncul hanya dua kata saja yaitu orang yang sukses bekerja dengan commitment, sedangkan orang kebanyakan bekerja hanya sekedar memenuhi compliance.
Commitment
adalah ketika Anda bekerja karena memang Anda suka dengan pekerjaan
Anda dan ingin selalu melaksanakannya sebaik mungkin. Sedangkan compliance
adalah ketika Anda bekerja karena memang harus bekerja, bekerja untuk
memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh perusahaan atau atasan
Anda.
Dengan dua hal ini, kini Anda bisa langsung cek apakah diri Anda sekarang bekerja atas dasar commitment atau sekedar memenuhi compliance yang ditugaskan untuk Anda.
Bila Anda yakin bahwa Anda bekerja dengan penuh commitment,
maka insyaAllah Anda berpeluang besar untuk sukses pada karir atau
usaha Anda. Lantas bagaimana bila Anda baru menyadari sekarang bahwa
ternyata Anda bekerja hanya sekedar berusaha memenuhi compliance yang ditentukan untuk Anda ?
Pertama yang harus disadari adalah tidak ada salahnya bekerja memenuhi compliance, bahkan
ini merupakan standar kecukupan minimal yang harus Anda penuhi. Dalam
istilah agama, ini seperti ibadah wajib yang harus Anda laksanakan –
bila tidak maka Anda akan berdosa.
Kedua pada tingkatan posisi tertentu di perusahaan, institusi pemerintah ataupun negara – compliance saja tentu tidak cukup. Bayangkan bila pucuk pimpinan perusahaan hanya bekerja untuk memenuhi compliance-nya,
maka tidak akan ada terobosan-terobosan baru dalam usahanya dan lama
kelamaan akan jauh tertinggal dari perusahaan lainnya.
Dalam
mengurus negara juga demikian, bila para petinggi negara bekerja hanya
melaksanakan yang menjadi tugasnya – sekedar memenuhi compliance-nya,
maka masalah-masalah mendasar negara tersebut tidak akan bisa teratasi.
Peluang-peluang terbaiknya-pun untuk maju juga tidak akan
ter-eksplorasi.
Ketiga pada bidang-bidang tertentu tidak ada compliance atau standar minimal yang harus dipenuhi, peluangnya hanya ada di commitment
atau tidak ada karya sama sekali. Para pekerja seni misalnya, dia harus
mengerjakan karyanya sepenuh hati karena kalau tidak dia tidak akan
bisa menghasilkan karyanya sendiri – dia akan hanya menjadi penjiplak
dari karya-karya orang lain.
Bagi
para (calon) entrepreneur-pun demikian, tidak akan ada yang menentukan
syarat minimal yang harus Anda lakukan. Anda sendiri yang harus men-set
standard Anda, dan bila standar ini mengikuti standar orang lain – maka
hasil karya entrepreneurship Anda juga akan menjadi karya jiplakan,
sekedar ikut-ikutan dengan apa yang dilakukan orang lain.
Bagi yang sudah bekerja dengan penuh commitment – pun, bukan jaminan bahwa Anda pasti sukses. Seperti iman, commitment itu juga naik turun - Jadi senantiasa perlu dijaga, diperbarui dan diperbaiki.
Commitment
yang terjaga dan senantiasa diperbaikilah yang insyaAllah bisa
menghasilkan karya maksimal, karya yang dalam istilah agama disebut
ihsaan. Dan bila Anda bisa berkarya sampai derajat ihsaan ini, Anda
tidak perlu kawatir dengan hasil atau balasan yang akan Anda peroleh. “Hal jazaa ul ihsaani illal ihsaan – tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula”. (QS 55 : 60)
Bayangkan sekarang bila pemimpin-pemimpin negeri ini bisa bekerja dengan penuh commitment sampai derajat ihsaan, pasti tidak ada saling melempar masalah “ini bukan tugas saya”, “ini bukan bidang saya”, “ini tugasnya menteri anu, gubernur anu, bupati anu….” Dlsb.dlsb.
Disinilah dibutuhkan commitment
agar masalah-masalah kronis seperti korupsi, kemacetan jalan, banjir
dlsb. yang terbawa dari era-era sebelumnya tidak selalu berulang dan
bahkan cenderung menjadi lebih buruk.
Demikian
pula pada diri kita, bila karir kita belum menanjak dengan cepat, usaha
kitapun belum tumbuh sebagaimana mestinya – maka sangat bisa jadi ini
karena kurangnya commitment kita pada bidang yang sedang kita tekuni ini.
Namun
masih ada satu hal lagi yang perlu kita ingat, bahwa ukuran sukses kita
bukan hanya sukses materi di dunia. Kita tentu juga sangat ingin sukses
yang sesungguhnya, yaitu dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke
surgaNya. Maka apapun commitment kita, haruslah dalam rangka ketaatan beribadah kepadaNya dan bukan commitment terhadap selain daripadaNya. Tidak mudah ? tentu tidak mudah, justru itulah dibutuhkan commitment itu !
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3 : 185).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar