Oleh: Muhaimin Iqbal
Unsur-unsur kimia P (Phosphorus), N (Nitrogen) dan K (Kalium) baru ditemukan para ilmuwan masing-masing di abad 17, 18 dan 19. Ilmuwan lain kemudian di pertengahan abad 19 (1843) menemukan bahwa tiga unsur tersebut adalah unsur-unsur utama yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, berbunga dan menghasilkan buah. Banyak sekali unsur-unsur lain yang belum bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan yang paling modern sekalipun, tetapi Al-Qur’an sudah menjelaskannya. Peradaban mestinya dimulai dari petunjuk, bukan dari ilmu manusia yang terbatas.
Sebelum
unsur-unsur tersebut ditemukan – yang kemudian dikenal luas sebagai
NPK, dengan apa tanaman tumbuh ? yang antara lain dengan unsur-unsur
yang sama tersebut, hanya manusia belum bisa menjelaskannya saja. Ketika
manusia mulai menemukan zat apa yang mendorong pertumbuhan tanaman ini,
kemudian manusia mulai melakukan rekayasanya.
Hanya saja rekayasa manusia yang ilmunya terbatas – hanya sebatas dzon
atau dugaan, kelihatan benar untuk sementara tetapi kemudian diketahui
kekeliruannya, maka rekayasa yang dilakukan oleh manusia ini tidak
selamanya berbuah kebaikan.
Seabad
setelah diketahui NPK menopang pertumbuhan tanaman misalnya, pasca
Perang Dunia II – pupuk kimia NPK yang diproduksi dari sisa-sisa bahan
amunisi perang mulai meluas di seluruh dunia. Untuk sesaat pupuk kimia
ini dipandang sebagai penyelamat dari problem pangan dunia karena
meningkatkan produksi hasil pertanian secara luar biasa.
Namun
kegembiraan dunia atas peningkatan hasil pertanian karena pemupukan
ini-pun segera berakhir. NPK yang belum juga seabad lalu dipandang
sebagai pahlawan, kini mulai dikambing hitamkan sebagi sumber-sumber
kerusakan tanah, pencemaran lingkungan, pencemaran air bahkan juga
dituduh sebagai salah satu penyebab pemanasan global.
Dimana
letak salahnya ? ilmu manusia yang serba terbatas – sangat sulit untuk
bisa melihat segala sesuatu dari segala sudut pandang, sangat sulit
untuk melihat segala sebab akibat yang terkait dengan ilmunya tersebut.
Untuk
sekedar mengetahui berapa tepatnya NPK yang dibutuhkan oleh sebuah
tanaman saja tidak mudah – sama dengan pertanyaan berapa bayak Anda
perlu makan dan apa yang dimakan supaya Anda kenyang dan tumbuh sehat ?
Jawabannya adalah tergantung begitu banyak factor, maka demikian pulalah
tanaman.
Tanaman
tertentu misalnya dari jenis legume, bahkan bisa tumbuh di tanah yang
mati yang belum ada unsur N-nya sekalipun. Maka tanaman seperti ini yang
diresepkan oleh Allah untuk menghidupkan bumi yang mati (QS 36:33).
Bintil-bintil di perakaran legume mengandung bakteri tertentu sehingga
bisa meng-asimilasi nitrogen dari udara untuk menjadi bentuk nitrogen
yang dibutuhkan tanaman – tanaman jenis lain tidak mampu melakukan hal
yang demikian.
Lantas
dari mana unsur NPK bisa diperoleh bila tidak dari bahan kimia ?
Disinilah kesesuaian segala ciptaan Allah itu, sambung menyambung satu
sama lain, tidak terputus dan tidak ada celah – semuanya pas pada
tempatnya dan pada peruntukannya – sebagaimana ayat berikut :
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak sesuai
(tidak pas – dalam bahasa Inggris
miss/irregularity/disparity/discordance). Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak cocok ? (tidak
sambung/bercelah/retak – dalam bahasa Inggris ruptures/fissure/cracks)” (QS 67:3)
Pasti bukan suatu kebetulan bila NPK dan bahkan unsur-unsur lain seperti Calcium dan Magnessium yang
juga dibutuhkan tanaman – semuanya pada terdapat kotoran ternak, baik
kotoran padat maupun kotoran cairnya. Inilah mengapa kita disuruh
menggembala di tempat-tempat tumbuhnya pohon dan di tempat-tempat
turunnya hujan (QS 16 :10), karena dengan demikian kita menebarkan
pupuk-pupuk alami di area pepohonan itu.
Bila
ini (menggembala) telah kita lakukan, maka akan tumbuh subur segala
macam tanaman, zaitun, kurma, anggur dan seluruh buah-buahan (QS 16:11).
Kok bisa ? Para ilmuwan telah bersusah payah untuk bisa menjelaskannya.
N mendorong peerumbuhan vegetative tanaman seperti perbanyakan daun, P
mendorong perakaran dan pertunasan sedangkan K mendorong perbungaan dan
pembuahan. Lagi-lagi ilmu manusia hingga kinipun baru bisa menjelaskan
sebagiannya saja.
Begitu
banyak yang belum bisa dijelaskannya seperti bagaimana pohon yang
ditanam di tempat yang sama, dengan segala macam unsur (yang diketahui
manusia) sama, tetapi memberi rasa yang berbeda-beda ?
“Dan
Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Berbeda
pula dengan pemupukan kimia yang memiliki efek samping yang sudah kita
bahas di atas, pemupukan melalui penggembalaan tidak memiliki efek
samping seperti rusaknya tanah, pencemaran lingkungan dan sejenisnya.
Kandungan zat-zat N,P,K, Ca, Mg dlsb yang dikeluarkan oleh ternak
gembalaan melalui kotorannya – semuanya sudah tertakar rapi sesuai
dengan kebutuhan pepohonan dan tanam-tanaman – tidak berlebih dan tidak
berkurang. Inipun dijelaskan melalui ayatNya :
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS 15:19)
Ini
hanyalah sekedar contoh bahwa betapa sempurnanya ciptaan Sang Maha
Pencipta itu, tidak semuanya bisa dijelaskan oleh ilmu manusia. Ketika
hanya ilmu manusia saja yang dijadikan alat untuk mengelola segala
urusan manusia di dunia ini – yang kemudian disebut peradaban, hasilnya
tidak jauh-jauh dari keruskan alam dan lingkungan seperti pada kasus
pupuk untuk pertanian tersebut. Kerusakan yang sama terjadi di bidang
ekonomi, politik, budaya, kesehatan, pendidikan, militer dlsb. yang
hanya dikelola dengan menyandarkan pada kemampuan ilmu manusia semata.
Maka
segala urusan manusia, pengelolaannya harus mengandalkan petunjukNya.
Bukan berarti ilmu pengetahuan tidak perlu, sangat perlu tetapi harus
diberi huda (guide) berupa petunjuk-petunjukNya di kitab yang sempurna yaitu Al-Qur’an.
Maka
inilah peradaban manusia yang seharusnya kita bangun, tata kelola
segala urusan manusia dengan menyandarkan pada petunjukNya – baru
kemudian ilmu pengetahuan manusia digunakan untuk melengkapinya dengan
penjelasan dan operasionalisasinya yang sesuai.
Tadinya
kita mau menjadikan tema peradaban ini sebagai tema I’tikaf kami di
masjid pusat peradaban ilmu yang kami bangun di Sentul, namun ternyata
sampai menjelang hari H I’tikaf masjid belum sepenuhnya rampung. Dalam
jumlah yang sangat terbatas – sekitar 50 orang – kami tetap akan I’tikaf
di sana, dan Anda yang berminat tetap boleh bergabung bila kapasitas masih ada – hanya first come first saja.
Silahkan kontak panitia, Pak Syahril di no 081289821045 atau email :
syahril_aksi@yahoo.com.
Anda yang siap bergabung-pun diingatkan bahwa kali ini kita akan I’tikaf
di masjid yang belum jadi, agar siap dengan segala kekurangan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar