Oleh, Muhaimin Iqbal
Orang-orang seusia saya sekitar setengah abad, rata-rata masih ingat suara malam di desa yang dihiasi oleh orchestra kodok , jangkrik, belalang dan entah apa lagi. Generasi anak saya yang tinggal di kota sudah tidak bisa membayangkan seperti apa indahnya orchestra malam tersebut, generasi cucu saya apa lagi – seandainya kita ajak untuk tinggal kembali ke desa-pun – suara malamnya telah jauh berbeda. Dan ini ternyata bukan hanya di negeri kita, di seluruh dunia populasi kodok – pemain utama dalam orchestra malam - terus menghilang.
Sekitar 12 tahun lalu ada artiel menarik di The New York Times dengan judul The Silence of Frogs. Artikel panjang yang mengulas antara lain hasil temuan di The First Congress of Herpetology di Canterbury – UK, beberapa tahun sebelumnya.
Dalam
konggres pertama di bidang herpetology (cabang ilmu tentang amphibi )
ini, para pesertanya menemukan sesuatu yang mirip satu sama lain dari
hampir seluruh dunia, yaitu temuan berupa menghilangnya kodok-kodok di
hampir seluruh dunia.
Yang
mengkawatirkan adalah menghilangnya kodok-kodok tersebut bukan hanya di
perkotaan atau daerah industry dimana limbah-limbah beracun mengotori
perairan, menghilangnya kodok juga di daerah-daerah yang masih terjaga
lingkungannya dan bahkan juga di hutan-hutan.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah karena adanya kemiripan system endocrine
antara manusia dan binatang-binatang yang lebih kecil – menunjukkan
kesamaan Penciptanya ! – maka apapun yang telah memusnahkan kodok-kodok
beserta seluruh pemain orchestra malam lainnya, bisa pula memusnahkan
bangsa manusia.
Tentu
saja manusia jauh lebih cerdas, berbagai penyakit baru muncul –
berbagai obat baru-pun ditemukan. Dengan rakhmatNya berupa kecerdasan
ini manusia bisa lebih lama survive ketimbang binatang-binatang kecil
tersebut.
Tetapi
bila hanya mengandalkan kecerdasannya saja, perjuangan untuk sekedar
survive dari bangsa manusia-pun hanya bisa dilakukan dengan susah payah
dan dengan biaya yang semakin mahal dari waktu ke waktu. Anda bisa cek
ini dari tagihan biaya kesehatan di kantor-kantor dan pabrik-pabrik,
bahkan juga pada skala negara. Akhir tahun lalu, negeri adi kuasa
dunia-pun terpaksa harus men-shut down aktifitasnya untuk beberapa hari antara lain di-trigger oleh pembiayaan kesehatan yang melambung.
Lantas bagaimana bangsa manusia bisa survive lebih lama di bumi ini ? Petunjuknya sudah amat sangat jelas.
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS 30:41)
Kembali
ke jalan yang benar hanya satu arahnya yaitu kembali kepada petunjukNya
yang ada di Al-Qur’an dan sunnah-sunnah nabiNya.
Sekarang
kita lihat kembali apa yang menyebabkan musnahnya kodok-kodok yang
dikawatirkan juga bisa menyebabkan musnahnya bangsa manusia tersebut ?
Pencemaran
udara dan air yang disebabkan oleh aktifitas manusia dalam mengelola
kehidupannya seperti ketika mengelola industry, membabat hutan,
pembakaran energi fosil yang berlebihan dan segala aktifitas manusia
lainnya yang tidak memperdulikan lingkungan.
Pengelolaan yang
salahlah yang menyebabkan kerusakan di darat dan di laut tersebut.
Karena ada yang salah berarti ada pengelolaan yang benar – yang bisa
menyelamatkan kehidupan kodok-kodok dan tentu saja juga menyelamatkan
kehidupan bangsa manusia ? Tentu saja ada ! Lantas dimana kita bisa
belajar mengelola segala urusan kehidupan ini secara benar ? Itulah yang
diindikasikan di ayat tersebut dengan kalimat “…agar mereka kembali…”.
Alhamdulillah
bagi orang yang beriman, selalu ada tempat kembali – seberapa jauhpun
dia tersesat dalam pengelolaan kehidupannya selama ini. Tempat kembali
itu adalah Al-Qur’an dan tentu saja juga sunnah-sunnah nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam.
Al-Qur’an
yang menjadi sumber dari segala sumber ilmu, jawaban untuk seluruh
masalah (QS 16 :89) pasti didalamnya terdapat jawaban yang komplit dan
detil untuk setiap aspek kehidupan manusia dan lingkungannya.
Tantangannya tinggal bagaimana kita bisa memahami seluruh petunjukNya
itu dan kemudian mengamalkannya dalam tindakan yang konkrit di lapangan.
Di
pundak kita bangsa manusia terdapat beban berat sebagai khalifah untuk
memakmurkan bumi, bukan hanya untuk kita sendiri tetapi untuk seluruh
penghuni bumi lainnya termasuk kodok-kodok tersebut di atas.
Maka agar kodok-kodok-pun tetap exist – yang mencerminkan peluang existensi manusia
itu sendiri di muka bumi, kita perlu kembali mengelola bumi ini dengan
resep-resep yang ada di dalam petunjukNya. Insyaallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar