Oleh: Muhaimin Iqbal
Semut adalah binatang kecil yang oleh kebanyakan manusia diabaikan keberadaannya, malah cenderung dibasmi karena dianggap mengganggu. Padahal semut adalah salah satu binatang yang disebut khusus di Al-Qur’an dan bahkan menjadi nama salah satu surat. Lantas apa pentingnya semut ini bagi manusia sesungguhnya ? selain berperan di ecosystem sebagai pembasmi hama dan meng-aerasi tanah, semut memberi pelajaran yang sangat penting bagi manusia untuk bekerja !
Dalam Al-Qur’an pelajaran tentang semut ini teringkas dalam dua ayat yang berurutan berikut :
“Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka dia
tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia
berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridlai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh"” (QS 27 :18-19).
Nabi
Sulaiman ‘Alaihi Salam setelah mendengar perkataan semut-semut tersebut
berdo’a kepada Allah agar diberi ilham atau petunjuk untuk bersyukur
dan untuk dapat mengerjakan amal shaleh yang diridlaiNya. Do’a yang
mirip dengan do’a Nabi Sulaiman tersebut adalah do’a yang diperintahkan
kepada anak manusia ketika dia mencapai usia kematangannya 40 tahun.
“Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridlai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri"”.
Lantas
apa hubungannya antara semut dengan bersyukur dan amal shaleh yang
diridloiNya tersebut ? ternyata bangsa semut memberikan contoh system
kerja yang sangat efektif.
Binatang yang nyaris tanpa kecerdasan ini sudah mengenal teamwork
dan pembagian kerja yang baik, bila ada pekerjaan besar mereka langsung
melaksanakannya tanpa harus berkepanjangan memperdebatkan who doing what.
Manusia di lain pihak sering kurang mensyukuri kecerdasannya, sehingga
kebanyakan manusia lebih suka berdebat untuk memutuskan siapa yang harus
berbuat apa – ketimbang mengerjakan pekerjaan itu sendiri langsung.
Di
balik kelemahan semut yang sangat kecil yang sering kita pites,
ternyata tersembunyi kekuaatan relatif yang luar biasa. Semut bisa
mengangkat beban yang jauh melebihi berat badan dan kebutuhannya.
Manusia yang kurang bersyukur suka hitung-hitungan masalah pekerjaan,
kebanyakan hanya puas melaksanakan kewajiban (job descriptionnya) saja
tanpa keinginan untuk berbuat lebih.
Semut
yang nyaris tanpa akal, mereka piawai dalam menyelesaikan persoalan
yang mereka hadapi. Manusia yang kurang mensyukuri akalnya,
sedikit-sedikit mengeluh atas problem yang dihadapinya – bahkan tidak
jarang menyerah di tengah jalan.
Dengan kombinasi antara teamwork,
kemampuan dan kemauan untuk berbuat lebih serta kegigihan dalam
menyelesaikan masalahnya – secara bersama-sama semutpun mampu mengangkat
beban atau tanggung jawab yang sangat besar dibandingkan dengan
kemampuan individu-individunya.
Kebanyakan
manusia di lain pihak, enggan untuk memikirkan dan berbuat sesuatu yang
sangat besar yang dibutuhkan bersama. Kebanyakan orang menganggap
tugas-tugas besar adalah tugas orang lain dan bukan tugas dirinya.
Padahal bila semuanya berpikiran demikian, banyak sekali tugas-tugas
besar yang akhirnya sama sekali tidak ada yang mengerjakannya – tragedy of the common.
Maka
dari pelajaran bangsa semut ini, mari kita mohon kepada Allah agar kita
diberi ilham atau petunjuk untuk mau dan mampu beramal shaleh yang
diridloiNya. Tugas-tugas besar umat ini sedang menunggu kita untuk
memikirkan dan mengerjakannya. Tidak ada tugas yang terlalu besar atau
terlalu berat bila kita mau melaksanakannya bersama-sama.
Hanya
diperlukan initiator-initiator yang menginspirasi orang lain untuk ikut
berbuat, maka insyaAllah berbagai persoalan umat akan terselesaikan
satu demi satu. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar