Pohon Yang Berbuah Roti

Ahad, 14 September 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal

Di awal abad 16 ketika pelaut Spanyol  Fernao de Magalhaes atau Magellanes melakukan perjalanan keliling dunia untuk pertama kalinya, di tengah perjalanan yang terdiri dari 5 kapal ini mereka kehabisan bekal gandum ketika sampai Samudra Pasifik. Dalam pencarian bekal pengganti gandum di pulau-pulau Pasifik inilah mereka menemukan apa yang kemudian dikenal sebagai breadfruit  atau buah roti. Nama latin dari breadfruit ini adalah Artocarpus altilis, dan tahukah Anda nama buah itu di kita ? Itulah buah sukun ! 


Buah sukun yang oleh orang barat disebut buah roti atau breadfruit ini bahkan menjadi idaman mereka sampai beberapa abad kemudian. Sekitar dua abad setelah ekspedisi keliling dunia Magellanes yang antara lain menemukan breadfruit tersebut, angkatan laut Inggris yang dipimpin oleh kapten kapal William Bligh dengan kapalnya yang terkenal The HMS Bounty – berlayar menuju Tahiti dengan satu tujuan yaitu untuk berburu bibit pohon breadfruit tersebut.

Untuk apa ini ? Waktu itu Inggris banyak memiliki negeri jajahan yang penduduknya mereka perbudak untuk bekerja pada mereka. Bagaimanapun penduduk negeri jajahan yang diperbudak  inipun harus diberi makan yang cukup dan baik agar tetap kuat bekerja, breadfruit inilah yang mereka harapkan untuk menjadi solusi pangan mereka saat itu.

Dalam perjalanannya, kapal the HMS bounty ini mengalami pemberontakan awak kapal atau disebut mutiny – sehingga misi kocar-kacir meskipun kapten kapal Kapten Bligh sendiri selamat bersama 18 crew-nya yang loyal – menempuh perjalanan 6,710 km dengan kapal kecil mereka bisa sampai ke Timor sebelum akhirnya balik ke negerinya.

Kejadian tersebut mengilhami penulis abad lalu Charles Nordhoff dan james Norman Hall untuk menulis novel yang kemudian diberi judul Mutiny on The Bounty (1932) yang kemudian difilmkan pertama kali tahun 1935, dan versi berikutnya tahun 1962 yang melibatkan actor top abad alu Marlon Brando.

Yang ingin saya gambarkan dengan cerita ini adalah tentang adanya buah top yang disebut buah roti atau breadfruit yang sempat menjadi catatan dalam sejarah tersebut, dan buah yang sempat jadi buruan bangsa barat tersebut tumbuh sangat baik di negeri ini di tanah-tanah tegalan yang gersang sekalipun.

Bila ditanam dengan jarak 6 x 8 m , maka satu hektar bisa ditanami 208 pohon sukun yang masing-masing bisa berbuah antara 200-400 buah per tahun (dua kali panen) pada puncak produktivitasnya. Dengan berat rata-rata 1.5 kg /buah, maka 1 pohon bisa menghasilkan total berat buah 600 kg atau 124.8 ton per hektar per tahun.

Bila dimasak langsung dari buah yang matang, maka sekitar 78 % bagian buah sukun bisa dimakan, maka 1 hektar pohon sukun bisa menghasilkan bahan makanan kaya karbohidrat sebanyak 97 ton !.

Enakkah makanan dari buah sukun ini ? konon menurut lidah orang barat rasanya seperti roti yang habis dibakar di oven – dari situlah maka buah ini disebut breadfruit – atau buah roti !.

Tentu dibutuhkan keahlian masak kita yang terbaik untuk bisa mengolah sukun ini menjadi aneka makanan yang paling enak bagi lidah kita sendiri. Apalagi buah sukun juga bisa dibuat tepung dengan teknologi yang sederhana, dari tepung sukun ini peluang untuk menjadikannya aneka makanan menjadi tidak terbatas.

Intinya adalah di negeri ini, kita punya potensi yang luar biasa untuk ketahanan pangan antara lain dari tanaman tanah darat atau tegalan yang bernama sukun atau breadfruit ini.

Kita tidak harus mengubah tanah darat kita menjadi sawah karena bisa jadi dalam kondisi tegalan hasilnya jauh lebih baik, sukun hanya perlu ditanam sekali kemudian bisa dipanen terus-menerus dalam puluhan tahun. Berbeda dengan padi, jagung dan sejenisnya yang harus bersusah payah menanam sekali untuk setiap kali panen – Itupun hasilnya per hektar hanya sekitar 18 ton setahun bila rata-rata panen 6 ton dan 3 kali panen setahun.

Dalam konteks tanaman-tanaman di Kebun Al-Qur’an, sukun menjadi bagian dari bahan makanan yang disebut secara umum ‘buah-buahan’ seperti di surat ‘Abasa ayat 31. Ini melengkapi tanaman Al-Qur’an yang lain yang sudah menyediakan karbohidrat , protein, lemak, vitamin dan mineral – yaitu bila kita masih membutuhkan karbohidrat tambahan, karena terbiasa makan nasi banyak – maka sukun bisa menjadi pelengkapnya atau substitusi nasi bila nasi semakin langka karena lahan sawahnya yang terus menurun.

Dari pohon buah roti yang begitu potensial , kita juga berpeluang meningkatkan penghasilan petani, menurunkan ketergantungan pada impor gandum dan tidak kalah pentingnya melestarikan lingkungan. Sifat pohon sukun yang berdahan rindang dan bisa tumbuh di tanah yang marginal sekalipun, bisa menjadi pilihan sebagai pohon penghijauan – sebagai pengganti dari pohon-pohon yang tidak memberikan buah yang selama ini banyak dipakai sebagai pohon penghijauan.

Salah satu cara untuk menarik minat orang ingin tahu dan mau mencobanya – ndak ada salahnya kita gunakan nama yang keren – seperti breadfruit atau buah roti tersebut di atas. Soalnya bila kita pasarkan dengan nama sukun, mungkin kurang menarik terutama untuk kalangan anak muda yang akan meneruskan ini pada generasi mendatang – tetapi kalau kita perkenalkannya sebagai breadfruit atau buah roti – insyaAllah ini akan menjadi bahan pangan baru yang cool !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar