Petani Dengan 1 Kg Emas

Sabtu, 13 September 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal 
 
Awalnya adalah sebuah mimpi yang samar dan lompat-lompat, bahwa petani kita akan makmur dengan penghasilan kotor setara 1 kg emas setahun dari setiap 1 ha lahan tegalannya. Namun ketika mimpi tersebut bisa dipertajam, dilengkapi dengan detilnya berupa strategy, operationalization dan people-nya - maka mimpi tersebut insyaAllah akan bisa berubah menjadi visi yang siap diwujudkan.

 
Mengapa kita harus mulai dari petani ?, karena negeri kita negeri tropis dengan ke-aneka-ramagaman hayati paling melimpah, matahari sepanjang tahun, dan sekering-keringnya sebagian wilayah negeri ini yang paling gersang-pun Alhamdulillah masih mendapatkan hujan dari waktu ke waktu. Lebih dari itu sekitar 55 juta orang sudah bekerja di sektor ini secara turun, temurun.
Maka memulai dari segala kekuatan yg sudah ada di kita ini adalah yang paling masuk akal bagi negeri ini untuk membangun kemakmurannya.
Mengapa pula mulai dari tanah tegalan ?, Tanah tegalan atau darat di kita adalah tanah yang paling banyak belum dioptimalkan. Bila Anda berjalan di wilayah Jabodetabek misalnya, kalau belum menjadi bangunan apapun, kondisi awalnya adalah mayoritasnya tegalan, dan mayoritasnya tidak dalam kondisi produktif bahkan cenderung dianggurkan menunggu kenaikan harga.
Lantas bagaimana strategy-nya agar tanah-tanah tegalan tersebut menjadi tanah sangat produktif dengan target hasil setara 1 kg emas per ha per tahun ?
Target ini adalah target yang sangat tinggi memang, tetapi masih mungkin dicapai. Sangat tinggi karena lahan sawah kita yang subur dan dapat ditanami padi tiga kali saja, hanya menghasilkan produksi kotor setara 200 gram emas per hektar per tahun atau seperlima dari target tersebut.
Tetapi target ini masih mungkin dicapai karena alhamdulillah saya pernah berdialog langsung dengan petani di Gaza yang hasil lahannya sekitra US $ 50,000 per ha per tahun. Logikanya adalah di tanah gersang padang pasir saja bisa dilakukan, why not di bumi yang ijo royo -royo yang memiliki hujan berlimpah ?
Maka dibutuhkan sejumlah strategy agar visi tersebut benar-benar dapat diwujudkan. Berikut adalah antara lain yang bisa di tempuh.
Pertama adalah mengajak rakyat pada umumnya dan para petani pada khususnya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, atau bahasa ringkasnya me-ngaji-kan petani. Mengapa ini harus dilakukan ? Karena keberkahan suatu negeri tergantung dari keimanan dan ketakwaan penduduknya (QS 7: 96).
Dengan keimanan dan ketakwaan ini akan mewujudkan strategy berikutnya, yaitu para petani diajak menggunakan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan pelajarannya (QS 3: 138) – dalam seluruh bidang kehidupannya , termasuk dalam bertani ini.
Dari strategy yang kedua akan dapat diidentifikasi antara lain tanaman-tanaman yang diunggulkan (QS 13: 4), baik yang namanya spesifik sudah disebut by name di Al-Qur’an, maupun yg disebut secara umum seperti buah-buahan (QS 80 : 31 ).
Ketika sejumlah strategy tersebut diintegrasikan dengan segala resources yg dibutuhkan untuk mewujudkannya seperti sumber pendanaan, teknologi baik teknologi pertanian maupun teknologi big data yang sekarang menjadi trend, dan juga dipertemukan dengan people yg tepat - maka visi tersebut akan semakin nampak dekat dan jelas.
Untuk teknologi pertanian, rintisan pembibitan buah-buah unggul alhamdulillah sudah kita mulai dan mulai pula menampakkan hasil. Demikisn pula teknologi big data yang mulai kita rintis - misalnya teknolgi yang kita pakai di iGrow.club sudah mulai mendeteksi jumlah CO2 yang terserap oleh tanaman-tanaman yang kita tanam.
Nantinya system tersebut insyaAllsh akan terus dikembangan untuk mendeteksi oksigen yang dihasilkan, air bersih yang dikelola dalam system perakarannya, estimasi panen buah berapa dan kapannya, dimana pasar yang akan menyerapnya dlsb. dlsb.
Dari sisi people ada dua pendekatan yang bisa kita tempuh, pendekatan pertama adalah mengajak para ahli yang sudah ada di bidang-nya untuk bergabung sebagi operator maupun independent supervisor/ surveyor di iGrow project kita.
Kedua mendidik dan melatih sendiri skills yang dibutuhkan di tingkat pelaksana melalui  Agroforestry Apprenticeship Program, dari sinilah insyaAllah akan dilahirkan cikal-bakal petani-petani Qur’ani yang unggul ke depan lengkap dengan wawasan dan penguasaan technology pada jamannya.

Dua masaah berikutnya yang selalu menghantui dunia pertanian kita adalah pasar dan modal. Petani kita pada umumnya punya dua ancaman kegagalan sekaligus, pertama adalah gagal panen dan kedua adalah gagal memasarkannya justru ketika mereka berhasil dalam panennya. Ancaman gagal panen bisa diminimisasi dengan antara lain dengan penguasaan teknologi pertanian yang lebih baik.

Lantas gagal pasar apa solusinya ? disinilah peran strategy itu diperlukan. Bila dunia barat menguasai pasar dengan strategy perang pasca Perang Dunia II, dunia timur menggunakan strategy perang-nya jendral Sun Tzu – maka kita sesungguhnya punya strategy yang jauh lebih unggul dan systematis – itulah strategy dari sejumlah perang yang dilakukan di jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Untuk masalah modal demikian juga, dunia perbankan yang tidak pro-pertanian sehingga usaha-usaha pertanian skala kecil selalu terkendala modal – dapat diatasi dengan strategy yang sama. Kita hanya butuh beberapa ratus orang yang yakin dari awal, untuk bersama-sama merintis kemenangan awal di ‘perang Badar’, kemudian nambah beberapa ratus lagi sambil merapihkan barisan di perang ‘Uhud’, meningkat menjadi di atas seribu di Hudaibiyah dan penkalukan Khaibar.

Setelah apa yang kita upayakan memberi hasil yang jelas, maka akan terjadi Tipping Point seperti pada penaklukan kota Mekah dan sesudahnya, dimana manusia mulai berbondong-bondong masuk Islam. Demikian pula dengan strategy kita, bila kita berhasil membuktikan bahwa bertani dengan petunjuk Al-Qur’an ini bener-bener memakmurkan – maka seluruh resources termasuk modal – insyaAllah akan berbondong-bondong mengalir ke bidang ini.


Untuk tahap ini kita masih di tahap pra ‘perang Badar’ masih proses membangun keyakinan sehingga belum perlu banyak-banyak orang terlibat, beberapa ratus orang yang bersama kami mencobanya dalam program KKP di Jonggol-Bogor dan SKP di Blitar – insyaAllah  sementara cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar