Oleh: Muhaimin Iqbal
Awalnya adalah sebuah mimpi yang samar dan lompat-lompat, bahwa petani kita akan makmur dengan penghasilan kotor setara 1 kg emas setahun dari setiap 1 ha lahan tegalannya. Namun ketika mimpi tersebut bisa dipertajam, dilengkapi dengan detilnya berupa strategy, operationalization dan people-nya - maka mimpi tersebut insyaAllah akan bisa berubah menjadi visi yang siap diwujudkan.
Mengapa
kita harus mulai dari petani ?, karena negeri kita negeri tropis dengan
ke-aneka-ramagaman hayati paling melimpah, matahari sepanjang tahun,
dan sekering-keringnya sebagian wilayah negeri ini yang paling
gersang-pun Alhamdulillah masih mendapatkan hujan dari waktu ke waktu.
Lebih dari itu sekitar 55 juta orang sudah bekerja di sektor ini secara
turun, temurun.
Maka
memulai dari segala kekuatan yg sudah ada di kita ini adalah yang
paling masuk akal bagi negeri ini untuk membangun kemakmurannya.
Mengapa
pula mulai dari tanah tegalan ?, Tanah tegalan atau darat di kita
adalah tanah yang paling banyak belum dioptimalkan. Bila Anda berjalan
di wilayah Jabodetabek misalnya, kalau belum menjadi bangunan apapun,
kondisi awalnya adalah mayoritasnya tegalan, dan mayoritasnya tidak
dalam kondisi produktif bahkan cenderung dianggurkan menunggu kenaikan
harga.
Lantas bagaimana strategy-nya agar tanah-tanah tegalan tersebut menjadi tanah sangat produktif dengan target hasil setara 1 kg emas per ha per tahun ?
Target
ini adalah target yang sangat tinggi memang, tetapi masih mungkin
dicapai. Sangat tinggi karena lahan sawah kita yang subur dan dapat
ditanami padi tiga kali saja, hanya menghasilkan produksi kotor setara
200 gram emas per hektar per tahun atau seperlima dari target tersebut.
Tetapi
target ini masih mungkin dicapai karena alhamdulillah saya pernah
berdialog langsung dengan petani di Gaza yang hasil lahannya sekitra US $
50,000 per ha per tahun. Logikanya adalah di tanah gersang padang pasir
saja bisa dilakukan, why not di bumi yang ijo royo -royo yang memiliki hujan berlimpah ?
Maka dibutuhkan sejumlah strategy agar visi tersebut benar-benar dapat diwujudkan. Berikut adalah antara lain yang bisa di tempuh.
Pertama
adalah mengajak rakyat pada umumnya dan para petani pada khususnya
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, atau bahasa ringkasnya
me-ngaji-kan petani. Mengapa ini harus dilakukan ? Karena keberkahan
suatu negeri tergantung dari keimanan dan ketakwaan penduduknya (QS 7:
96).
Dengan
keimanan dan ketakwaan ini akan mewujudkan strategy berikutnya, yaitu
para petani diajak menggunakan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan
pelajarannya (QS 3: 138) – dalam seluruh bidang kehidupannya , termasuk
dalam bertani ini.
Dari strategy
yang kedua akan dapat diidentifikasi antara lain tanaman-tanaman yang
diunggulkan (QS 13: 4), baik yang namanya spesifik sudah disebut by name di Al-Qur’an, maupun yg disebut secara umum seperti buah-buahan (QS 80 : 31 ).
Ketika sejumlah strategy tersebut diintegrasikan dengan segala resources yg dibutuhkan untuk mewujudkannya seperti sumber pendanaan, teknologi baik teknologi pertanian maupun teknologi big data yang sekarang menjadi trend, dan juga dipertemukan dengan people yg tepat - maka visi tersebut akan semakin nampak dekat dan jelas.
Untuk
teknologi pertanian, rintisan pembibitan buah-buah unggul alhamdulillah
sudah kita mulai dan mulai pula menampakkan hasil. Demikisn pula
teknologi big data yang
mulai kita rintis - misalnya teknolgi yang kita pakai di iGrow.club
sudah mulai mendeteksi jumlah CO2 yang terserap oleh tanaman-tanaman
yang kita tanam.
Nantinya
system tersebut insyaAllsh akan terus dikembangan untuk mendeteksi
oksigen yang dihasilkan, air bersih yang dikelola dalam system
perakarannya, estimasi panen buah berapa dan kapannya, dimana pasar yang
akan menyerapnya dlsb. dlsb.
Dari sisi people
ada dua pendekatan yang bisa kita tempuh, pendekatan pertama adalah
mengajak para ahli yang sudah ada di bidang-nya untuk bergabung sebagi
operator maupun independent supervisor/ surveyor di iGrow project kita.
Kedua mendidik dan melatih sendiri skills yang dibutuhkan di tingkat pelaksana melalui Agroforestry Apprenticeship Program,
dari sinilah insyaAllah akan dilahirkan cikal-bakal petani-petani
Qur’ani yang unggul ke depan lengkap dengan wawasan dan penguasaan technology pada jamannya.
Dua
masaah berikutnya yang selalu menghantui dunia pertanian kita adalah
pasar dan modal. Petani kita pada umumnya punya dua ancaman kegagalan
sekaligus, pertama adalah gagal panen dan kedua adalah gagal
memasarkannya justru ketika mereka berhasil dalam panennya. Ancaman
gagal panen bisa diminimisasi dengan antara lain dengan penguasaan
teknologi pertanian yang lebih baik.
Lantas
gagal pasar apa solusinya ? disinilah peran strategy itu diperlukan.
Bila dunia barat menguasai pasar dengan strategy perang pasca Perang
Dunia II, dunia timur menggunakan strategy perang-nya jendral Sun Tzu –
maka kita sesungguhnya punya strategy yang jauh lebih unggul dan
systematis – itulah strategy dari sejumlah perang yang dilakukan di
jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Untuk
masalah modal demikian juga, dunia perbankan yang tidak pro-pertanian
sehingga usaha-usaha pertanian skala kecil selalu terkendala modal –
dapat diatasi dengan strategy yang sama. Kita hanya butuh beberapa ratus
orang yang yakin dari awal, untuk bersama-sama merintis kemenangan awal
di ‘perang Badar’, kemudian nambah beberapa ratus lagi sambil
merapihkan barisan di perang ‘Uhud’, meningkat menjadi di atas seribu di
Hudaibiyah dan penkalukan Khaibar.
Setelah apa yang kita upayakan memberi hasil yang jelas, maka akan terjadi Tipping Point seperti pada penaklukan kota Mekah dan sesudahnya, dimana manusia mulai berbondong-bondong masuk Islam. Demikian pula dengan strategy kita, bila kita berhasil membuktikan bahwa bertani dengan petunjuk Al-Qur’an ini bener-bener memakmurkan – maka seluruh resources termasuk modal – insyaAllah akan berbondong-bondong mengalir ke bidang ini.
Untuk
tahap ini kita masih di tahap pra ‘perang Badar’ masih proses membangun
keyakinan sehingga belum perlu banyak-banyak orang terlibat, beberapa
ratus orang yang bersama kami mencobanya dalam program KKP di Jonggol-Bogor dan SKP di Blitar – insyaAllah sementara cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar