Warfare Strategy Untuk MEA

Kamis, 4 September 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Tinggal setahun lagi pasar tunggal ASEAN atau yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku efektif. Pesaing-pesaing kita dari pebisnis luar negeri telah lama berancang-ancang untuk menyerbu pasar ini dengan berbagai strategi-nya. Mulai dari strategi perang modern yang diadopsi dunia bisnis dari barat, maupun strategi perangnya jendral Sun Tzu yang banyak diadopsi pelaku bisnis dunia timur. Tidak kalah menariknya, kita punya strategi yang unggul sebenarnya dalam menghadapi situasi ini – yaitu strategi dari perang-perangnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. 


Ada perbedaan yang menyolok antara strategi perang dunia barat, Sun Tzu dan strategi perang kita. Dua yang pertama adalah karya manusia, yang bisa dipelajari dan diikuti oleh siapa saja – termasuk oleh musuh. Sementara strategi perang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, meskipun sudah sangat luas dan terbuka ditulis dan bisa dipelajari oleh siapa saja – tetapi strategi tersebut tidak bisa diikuti kecuali oleh orang-orang yang beriman.

Mengapa demikian ? Strategi perang Rsaulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menuntut keimanan para pelakunya – bahwa kemenangan itu datangnya hanyalah dari Allah semata. Kita hanya dituntut untuk berikhtiar semaksimal yang kita bisa, sambil terus memohon pertolonganNya.

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 8 : 9-10)

Lantas bagaimana kita menggunakan strategi perangnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melawan  para pebisnis dari luar yang siap menyerbu negeri ini di era MEA tahun depan ?

Dalam tulisan saya sebelumnya Mengelola Life Cycles Dengan Warfare Strategy  sudah saya sajikan 10 template dari peperangan-peperangan atau perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Shallallhu ‘Alaihi Wasallam yang bisa kita adopsi dalam berbagai medan perjuangan yang sedang kita hadapi saat ini.

Menghadapi ancaman MEA misalnya, kita bisa gunakan template Hudaibiyah, Hunain, Tabuk atau templates lainnya sesuai dengan analisa ‘medan peperangan ‘ yang sedang kita hadapi. Karena MEA intinya adalah perang ekonomi , maka kajian ekonomi kawasan ini menjadi bahan untuk kita menyusun strategi dalam menghadapinya.

Secara ringkas, kajian ekonomi ASEAN dapat saya sarikan menjadi tiga grafik berikut.

Grafik pertama menunjukkan ukuran pasar di ASEAN yang terwakili oleh jumlah penduduk di masing-masing negara. Indonesia yang memiliki penduduk sekitar 252 juta jiwa, mewakili 41 % dari pasar tunggal ASEAN yang tergabung didalamnya 616 juta jiwa penduduk dari 10 negara.

Sebagai negara dengan penduduk terbesar di ASEAN, otomatis porsi pasar domestiknya juga yang terbesar. Ini yang membuat strategi kita harus berbeda dengan strategi negeri lain yang mau tidak mau harus membidik pasar ekspor karena pasar dalam negerinya yang tidak memadai.

Grafik kedua adalah menggunakan GDP masing-masing negara untuk melihat kekuatan ekonominya masing-masing. Indonesia yang GDP-nya sekitar US$ 868 milyar, mewakili 36 % dari GDP sepuluh negara anggota ASEAN yang mencapai sekitar US$ 2,400 milyar.

Lagi-lagi ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbesar di ASEAN yang pesaing terdekatnya Thailand-pun ukuran ekonominya nya kurang dari separuh Indonesia. Philippine yang penduduknya sudah di atas 100 juta-pun ekonominya kurang dari 1/3 dari ekonomi Indonesia.

Grafik ketiga saya integrasikan dua grafik pertama yaitu jumlah penduduk dan yang kedua yaitu kekuatan ekonomi, masing-masing negara dibuat relatif terhadap ASEAN. Dari grafik ini langsung terlihat mana-mana negeri yang lebih makmur dari rata-rata ASEAN dan mana-mana yang kurang makmur relatif terhadap ASEAN.

Cara melihatnya sederhana, bila garis ungu (mewakili GDP) yang di kanan lebih rendah dari garis merah (mewakili populasi) yang dikiri maka negeri itu relatif kurang makmur dari ASEAN dan sebaliknya.

Dari grafik ini kita bisa tahu bahwa Brunei, Malaysia, Singapore dan Thailand memiliki tingkat kemakmuran yang lebih tinggi dari rata-rata ASEAN. Dan sebaliknya Cambodia, Indonesia, Laos, Myannmar dan Vietnam memiliki tingkat kemakmuran yang lebih rendah dari rata-rata ASEAN.

Dengan pembacaan medan perang ekonomi MEA tersebut, maka kita bisa pilih mana-mana template peperangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang fit untuk medan perang ekonomi yang kita hadapi ini.

Pertama saya pilih template Hudaibiyah, yaitu ketika kaum muslimin cool dengan sakinah yang diturunkan olehNya dan tidak terprovokasi oleh pancingan-pancingan perang dari pasukan musrikin Mekkah saat itu. Ini fit untuk kita menghadapi MEA tersebut di atas karena pasar domestik kita yang terbesar.

Jangan sampai kita tergoda untuk menginjakkan kaki berperang di pasar mereka sebelum kita bisa mengamankan pasar domestik kita sendiri. Jadi mengamankan pasar domestik yang sangat besar ini adalah top priority kita di era MEA.

Kedua saya pilih template perang Hunain, yaitu bila kita tidak waspada ‘musuh’ akan bisa ‘menghujani kita dengan panah-panah serbuan mereka’  sehingga kita menjadi kocar-kacir. Ukuran penduduk dan pasar yang sangat besar tidak jaminan kita bisa menang bersaing dengan kekuatan-kekuatan yang lebih kecil bila kita tidak waspada.

Lagi-lagi kita membutuhkan sakinah dariNya untuk bisa cool mengkoordinasikan seluruh kekuatan kita dalam menghadapi serbuan musuh-musuh dagang kita dari perbagai penjuru.

Yang ketiga saya pilih template perang Tabuk, yaitu setelah kita sanggup mengamankan pasar domestik kita, sanggup pula mengkoordinasikan seluruh kekuatan yang kita miliki – maka kita bisa proaktif menyerang pasar mereka di tempat mereka berada.

Konkritnya seperti apa ? Seluruh sumber-sumber kemakmuran itu adanya di kita baik berupa SDM yang sangat banyak, sumber-sumber tambang, lahan pertanian, kebun dan hutan – semua adanya di kita yang terbesar.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS 3:14-15)

Semua sumber daya kesenangan dunia tersebut kita miliki – bahwasanya negeri yang sangat kaya ini kurang makmur relatif dibandingkan rata-rata ASEAN – sangat bisa jadi ini karena kita kurang keras bekerjanya. Padahal dorongan untuk mengolah dan meraih kemakmuran ini perlu untuk membangkitkan semangat berjuang kita.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-pun dalam perang Tabuk - perjalanan perang terjauh di jaman beliau – di tengah berbagai kekurangan logistik pasukannya, beliau sempat memberikan dorongan ke pasukannya dalam pidato dengan men-encourage kaum muslimin yang menyertai beliau saat itu untuk mencari kemakmuran di dunia dan di negeri akhirat. Dengan dorongan ini pasukan yang sempat down dengan berbagai kekurangan persediaan, pangan dan peralatan – kembali bergairah untuk berperang.

Maka demikian pula dengan menghadapi MEA, bila muslim yang mayoritas ini menjauhi urusan dunia atau tidak tertarik untuk bekerja keras mambangun kemakmuran umat  – maka urusan dunia kita akan dipegang dan dikuasai oleh minoritas yang akan memperdaya kita dalam segala bentuk kebutuhan hidup kita.

Dengan berjuang untuk kemakmuran dunia-pun tidak berarti kita meninggalkan tujuan utama kita yaitu kesenangan abadi di akhirat kelak. Kemakmuran duniawi kita berguna untuk menjaga kehormatan kaum muslimin ini agar tidak terhinakan hanya gara-gara kebutuhannya dipenuhi oleh orang lain, lapangan kerja-nya yang menyediakan orang lain, dan wanita-wanitanya terpaksa tidak menutup aurat yang benar hanya karena bekerja pada institusi-institusi dan perusahaan-perusahaan mereka yang bukan muslim.

Maka dengan berbagai staregi Hudaibiyah, Hunain , Tabuk maupun strategi-strategi lainnya sesuai pembacaan medan ‘perang’ kita kedepan, kita akan bisa berjaya di era perang  (pasar) terbuka MEA yang akan efektif tahun depan. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar