Oleh: Muhaimin Iqbal
Dalam tulisan saya “Ketika Usaha Harus Bermula Dari 3 F” saya menampilkan kurva “J” yang titik terendahnya adalah Death Valley – kuburan para pemula usaha – karena mayoritas usaha gagal di tahap ini. Dengan konsep kapitalis murni yang hanya melihat usaha sebagai satu dimensi ekonomi – ketika gagal mereka selesai di Death Valley. Dengan furqon kita memang harus berbeda, usaha kita memang juga memperjuangkan keunggulan ekonomi tetapi bersamaan dengan itu juga harus bernilai sosial dan menyelamatkan kehidupan.
Sehingga ketika kita belum
berhasil atau gagal-pun, kegagalan tersebut adalah setelah kita
berusaha mati-matian atau bahkan mati beneran sekalipun dalam
memperjuangkan kebenaran yang kita yakini. Masalahnya adalah apakah
suatu usaha itu layak untuk diperjuangkan sampai mati ? tergantung dari
usaha itu, yang hanya mencari keuntungan ekonomi mungin memang tidak
layak untuk diperjuangkan sampai mati.
Tetapi
bila usaha itu adalah memperjuangkan nilai-nilai yang lebih tinggi,
memperjuangkan kehidupan sosial masyarakat yang lebih baik dan
menyelamatkan kehidupan berikutnya – maka usaha itu layak diperjuangkan
sampai mati – itulah yang saya sebut Death Values.
Inilah
jawaban saya merespon pertanyaan teman-teman yang ketika usahanya
mengalami kegagalan, terus bertanya layakkah terus diperjuangkan ?
sampai mana atau sampai kapan ? sampai matikah ?
Lantas
apa parameternya supaya usaha kita bisa kita perjuangkan sampai mati
atau deangan kata lain memiliki Death Values tersebut ?
Parameternya utamanya adalah usaha kita harus memperjuangkan yang hak untuk menggantikan yang batil, “agar Allah menetapkan yang hak dan menghilangkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (QS 8:8)
Sebagai
contoh bila kita melihat riba begitu mendominasi ekonomi kita, maka
memperjuangkan ekonomi yang bisa melepaskan diri dari riba adalah hak –
kita rela mati untuk memperjuangkannya. Bukan karena memperjuangkan
ekonominya sendiri, tetapi memperjuangkan kebenaran yang datangnya dai
Allah.
Bila
ekonomi yang ada sekarang adalah merusak alam yang berarti juga merusak
kehidupan - dengan bukti yang begitu nyata sampai-sampai suhu udara di
Jakarta Sabtu (11/10/14) kemarin sudah menyentuh 40 derajat Celcius,
maka kegiatan ekonomi yang mengajak untuk kembali mengikuti petunjukNya –
insyaAllah juga layak diperjuangkan sampai mati.
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS 30:41)
Kerusakan
itu begitu nyata dan sudah kita rasakan langsung, berupa asap yang
semakin pekat dan semakin sering mengepung kota-kota di Sumatra, suhu
yang begitu panas – yang bahkan kota-kota di Jawa kini sudah sepanas
kota-kota di negeri padang pasir – maka kita sudah tidak bisa lagi
menganggap ini semua adalah normal – business as usual.
Harus
ada upaya untuk kembali ke jalanNya, memperjuangkan yang hak dan
menggantikan yang batil – yang hak sudah jelas dan demikian pula yang
batil, tinggal kita memilihnya mana yang kita perjuangkan.
Bila
pilihan kita benar, kemudian kita usahakan secara sungguh-sungguh dan
bersamaan dengan itu kita secara sungguh-sungguh pula sampai
merengek-rengek memohon pertolonganNya - insyaAllah dengan pertolonganNya kita akan bisa berhasil.
Apalah
kekuatan yang kita miliki untuk memperjuangkan perbaikan lingkungan
misalnya bila dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan raksasa yang sengaja
maupun tidak sengaja merusaknya untuk kepentingan bisnis mereka.
Panasnya Jakarta adalah karena habisnya ruang terbuka hijau, siapa yang
menghabiskannya ? ya raksasa-raksasa ekonomi dengan perbagai
kepentingannya.
Asap yang terus menghantui kota-kota di Sumatra sampai seolah tidak ada daya pemerintah untuk menghentikannya, mengapa ?
karena ada kekuatan-kekuatan raksasa dibelakangnya yang memiliki
kepentingan untuk terus mengolah lahannya dengan cara yang mereka
lakukan sekarang – karena dengan itu keuntungan ekonominya maksimal –
tanpa memperhatikan kerusakan yang ditimbulkannya.
Namun
tidak ada kekutan yang terlalu besar untuk kita hentikan bila Allah
berada di pihak kita dan menolong kita, itulah sebabnya mengapa kita
perlu sampai merengek-rengek mohon pertolonganNya – sampai datang
pertolongannya seperti dalam perang Badr.
“(Ingatlah),
ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu dengan sungguh-sungguh,
lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut".” (QS 8 : 9)
Bila
Allah menolong kita, tidak ada yang bisa mengalahkan kita – maka inilah
yang amat sangat penting dalam menemani perjalanan usaha kita yaitu
bagaimana menghadirkan pertolongan Allah itu.
Dengan pertolonganNya resources
yang terbatas menjadi cukup, celah-celah kelemahan akan tertutupi dan
ketika yang hak ini dibenturkan dengan yang batil – yang hak akan unggul
mengantikan yang batil.
Dalam perjalanan usaha kita – tentu kita berharap semuanya smooth dari awal langsung sukses. Tetapi yang terjadi di lapangan tidak selalu demikian, kadang kala kita harus menghadapi crash test
– yang kita tidak suka untuk menghadapinya – tetapi Allah hadapkan kita
dengn situasi ini untuk membenarkan yang benar dan memusnahkan yang
batil.
“Dan
(ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua
golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan
bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang-orang kafir” (QS 8:7)
Bila kita berhasil melalui crash test ini, maka inilah batu loncatan kita untuk perjuangan ke tingkat berikutnya. Batu loncatan yang saya sebut Badr Milestone, yaitu ketika values atau nilai-nilai yang kita usung (dalam bisnis disebut value proposition) – dengan pertolonganNya sukses pada crash test pertamanya, values kita unggul ketika dibenturkan langsung dengan yang batil. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar