Oleh: Muhaimin Iqbal
Meskipun ilmu tentang seluk beluk air dan pengelolaannya atau yang disebut hydrology sudah dipelajari di hampir seluruh peruguruan tinggi teknik dan juga pertanian, kita masih seolah belum berdaya mengelola air ini untuk kehidupan yang lebih baik. Ketika kemarau tiba seperti sekarang ini setidaknya sudah ada 86 kabupaten/kota di 20 provinsi di negeri ini yang mengalami kekeringan. Maka inilah waktunya kita harus mau belajar ilmu satu lagi, yaitu mengelola air dengan petunjukNya dan sunnah nabiNya
Sebagaimana kejayaan dan keterpurukan dipergilirkan
antara manusia untuk menjadi pelajaran (QS 3 :140), demikian pula air
itu juga dipergilirkan dengan tujuan yang sama : “Dan
sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia
supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia
itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (QS 25 :50)
Kita
bisa melihat tujuan yang sama tersebut, yaitu pergiliran (ketersediaan)
air itu untuk memberi kita pelajaran. Ketika kita terpuruk dan dapat
mengambil pelajaran dari keterpurukan itu, maka ada jalan bagi kita
untuk menjadi umat yang tertinggi – seperti yang saya pernah tulis pada kisah perang Uhud.
Demikian pula seandainya kita bisa mengambil pelajaran banyak-banyak
ketika kita mengalami kekeringan semacam ini (dan juga ketika
kebanjiran), maka insyaAllah kita-pun bisa menjadi umat yang unggul
dalam kemakmuran. Apa pelajarannya ?
Pertama kita diberi tahu bahwa semua kehidupan ini berasal dari air : “…Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?”
(QS 21:30). Tidak ada kehidupan tanpa air dan tidak ada
substitusi/pengganti air, maka kelangsungan ketersediaan air juga
berarti kelangsungan kehidupan itu sendiri.
Maka mindset kita
ketika melihat air seperti melihat kehidupan itu sendiri. Ketika kita
melihat kekeringan seperti sekarang ini, kita sejatinya melihat krisis
kehidupan. Di bulan Januari nanti bila kita melihat banjir, kita melihat
betapa sumber-sumber kehidupan itu diterlantarkan. Dengan mindset inilah kemudian kita akan mulai menghargai air sebagaimana menghargai kehidupan itu sendiri.
Selanjutnya
kita diberi tahu oleh Allah bahwa air yang amat bersih itu adalah air
hujan dan dari air hujan inilah bumi dihidupkan, manusia dan ternak
diberi minum :
“Dialah
yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang
amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang
mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari
makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan
sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia
supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia
itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (QS 25 : 48-80)
Hujan
tidak turun sepanjang tahun, bahkan di negeri-negeri kering hujan itu
sangat jarang turunnya – lantas bagaimana manusia dan hewan hidup ketika
tidak ada hujan ? dari air hujan yang tersimpan di tanah – dan untuk
ini hanya Allah-lah yang bisa menyimpannya.
“Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu,
dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS 15 :22)
Bukan kita pula yang mengubah air laut yang asin menjadi awan kemudian turun sebagai air hujan yang tawar yang kita minum : “dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar” (Qs 77:27)
Meskipun
hanya Allah-lah yang bisa menyimpan air itu dalam berbagai bentuknya,
kita manusia juga diberi peran untuk memakmurkan bumi dengan menanam
segala macam buah – buahan. Kita diberi tahu misalnya dari kebun kurma
dan anggur akan memancarkan mata air (QS 36 :34).
Dalam
sejumlah ayat lainnya, Allah banyak mengkaitkan antara turunnya hujan
dengan tumbuhnya pepohonan khususnya buah-buahan ( QS 6 : 99 ; 14 :32 ;
16:10-11; 23-19; 80 :24-32), maka negeri yang memiliki banyak hujan, mestinya menjadi negeri penghasil buah-buahan terbanyak dan bukannya malah impor !
Dalam dua surat Allah juga memberi tahu kita bahwa sejatinya air yang turun untuk kita itu sudah diatur sesuai kebutuhan kita :
“Dan
Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan
air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.” (QS 23 : 18)
“Dan
Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu
Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan
dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS 43:11)
Maka
betapapun penduduk bumi ini terus bertambah, air sebagai sumber
kehidupan itu semestinya tetap cukup bila manusia yang diberi amanah
untuk memakmurkan bumi ini bekerja mengikuti petunjukNya.
Air juga merupakan rezeki dan barakah dari Allah untuk makhlukNya : “Dan
Kami turunkan dari langit air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon
kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun,
untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan
air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS 50 : 9-11)
Karena
air hujan adalah berkah dan sumber rezeki, maka negeri yang memiliki
banyak hujan mestinya juga menjadi negeri yang penuh berkah dan banyak
rezekinya. Bila ini belum kita nikmati, maka ada dua solusinya yaitu
meningkatkan ketaatan kita pada jalan yang diberikanNya dan beristigfar
banyak-banyak. Dasarnya adalah dua ayat berikut ;
“Dan
bahwasanya: jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama
Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar
(rezeki yang banyak).” (QS 72 : 16)
dan
“Maka
aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (QS 71: 10-12)
Dari
ayat-ayat di atas nampak jelas hubungan antara ketaatan kita, istighfar
kita, dengan datangnya air hujan, dengan tumbuhnya pepohonan,
buah-buahan, berkah, rezeki, anak dan kehidupan itu sendiri.
Maka bila kita ingin menghadirkan kemakmuran yang berkelanjutan, mutlak
kita perlu bisa mengeloa air dengan benar – baik dengan ketaatan dan
istighfar kita – juga dengan amal nyata menanam pohon-pohon yang dengan
pohon itulah antara lain Allah menyimpan air di perakarannya dan
kemudian memancarkannya kembali menjadi mata air (QS 36:34).
Melalui
sunnah RasulNya, kita juga diberi contoh nyata bagaimana mengelola air
itu, mulai dari kondisi kekeringan ketika tidak ada air – bagaimana
memohon kedatangannya, juga ketika air itu berlimpah – bagimana
menyisihkannya. Ada satu hadits shahih panjang yang cukup untuk
menjelaskan hal ini :
“Dari
Anas RadliAllahu ‘Anhu bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ketika beliau tengah berkhutbah Jum’at di
Madinah, laki-laki itu berkata : “Sudah sekian lama tidak turun hujan,
maka mintalah hujan kepada Rabbmu !” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam melihat ke langit, dan tidak terlihat banyak awan. Lalu beliau
ber-istisqa’ (meminta turun hujan), tiba tiba awan bermunculan dan
saling menyatu satu dengan lainnya, hingga hujan turun dan mengalirlah
aliran-aliran air di Madinah. Hal ini berlangsung sampai Jum’at
berikutnya dan tidak berhenti. Kemudian
laki-laki tersebut atau lelaki lainnya berdiri saat Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam tengah berkhutbah (lagi), katanya : “ Kami semua telah
kebanjiran, maka berdo’alah kepada Rabbmu supaya menahan hujan dari
kami”. Beliau tersenyum kemudian berdo’a : “ Ya Allah , turunkanlah
(hujan) di sekitar kami dan bukan pada kami”. Hingga dua atau tiga kali,
maka awan-pun bergeser dari Madinah ke arah kanan dan kiri, menghujani
di sekitarnya dan tidak turun di Madinah sedikit-pun. Ternyata Allah hendak memperlihatkan karamah kepada NabiNya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengabulkan Do’anya”. (HR Bukhari).
Selain
memberi pelajaran tentang bagaimana memohon untuk hadirnya hujan dan
menyisihkannya ketika dia datang berlebihan, hadits tersebut
mengisyaratkan perlunya ada orang yang shaleh yang dikabulkan
do’a-do’anya untuk bisa mengatasi kekeringan dan juga banjir.
Sekali
lagi ini menjadi instrospeksi kita semua, bahwa setelah segala upaya
kita lakukan untuk mengatasi kekeringan dan beberapa bulan lagi
mengatasi banjir – bila upaya tersebut belum memberikan hasil yang
optimal – barangkali inilah yang kurang yaitu orang-orang shaleh yang
dikabulkan do’anya.
Ini seperti loop
di program computer, bila ini lakukan ini, bila tidak ini lakukan yang
ini, bila tidak berhasil kembali ke awal – lantas mana titik awal dari loop
tersebut ? Itulah yang ada di dua surat yang berurutan di atas yaitu
surat Nuh (QS 71: 10) dan surat Jin (QS 72: 16), kita masih disuruh
untuk banyak-banyak beristigfar dan kemudian terus meningkatkan ketaatan
dan istiqomah kita di jalanNya.
Dengan inilah insyaAllah masalah kekeringan ini – dan nantinya juga banjir – bisa kita atasi bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar