Oleh: Muhaimin Iqbal
Awalnya ada ibu dan bapak saya, lahir dari keduanya 11 orang anak dan dari sini kemudian lahir 28 cucu, dari cucu ini kemudian terlahir ‘baru’ 11 orang cicit. Dari sepasang manusia, dalam waktu kurang dari satu abad telah lahir 50 orang baru di dunia ini. Pertanyaannya adalah bagaimana semua akan terus bisa makan, berpakaian, punya tempat tinggal dan memenuhi perbagai kebutuhan lainnya di bumi yang sama – yang tidak bertambah luas ? Itulah mengapa ada tugas bagi manusia yang terlahir dari bumi ini untuk memakmurkannya !
Dengan
sumber daya alam yang tidak bertambah, manusia harus bisa tetap hidup
memenuhi kebutuhan dan mengatasi persoalannya kini dan juga nanti. Dalam
bahasa ekonominya disebut sustainable growth
atau tumbuh berkelanjutan. Mengapa harus tumbuh ? ya karena kebutuhan
dan masalah terus bertambah seiring dengan lahirnya manusia-manusia baru
yang lebih banyak jumlahnya di dunia ini.
Mengapa
harus berkelanjutan ? karena bila pertumbuhan tersebut tidak
berkelanjutan – hanya mementingkan pertumbuhan sesaat – maka keberadaan
sumber daya alam yang ada di bumi akan segera menjadi tidak lagi
tersedia bagi semua manusia di muka bumi ini.
Bukankah Allah menjanjikan akan memberi rezeki bagi semua makhluk ciptaanNya, manusia dan
bahkan hewan melata ? (QS 11:6) Betul tetapi Allah juga menugasi
manusia untuk memakmurkan bumi (QS 11:61), Dia menghidup dan matikan
manusia tersebut untuk diuji siapa yang lebih baik amalnya (QS 67:2).
Hanya
manusia yang beriman, menyembah kepadaNya serta meng-EsakanNya yang
ditunjuk oleh Allah untuk menjadi khalifah atau wakilnya di muka bumi
ini dan untuk memakmurkannya dalam arti yang sesungguhnya.
Untuk
bisa memahami mengapa manusia yang tidak beriman dan tidak mengikuti
petunjukNya – tidak akan pernah bisa memakmurkan bumi yang sesungguhNya
atau tidak akan pernah menjadi khalifah Allah di muka bumi ini, maka
saya akan visualisasikan kemakmuran itu dalam bentuk tiga dimensi
seperti pada ilustrasi di bawah.
Sesuatu
yang memiliki tiga dimensi, barulah dia berwujud ! dia bisa Anda
pegang, bisa dirasakan dan bisa dinikmati. Film tiga dimensi tidak
termasuk kategori ini karena dia hanya ilusi gambar – atau ilusi dari
sesuatu yang hanya dua dimensi.
Kemakmuran
yang sesungguhnya harus berupa sesuatu yang tiga dimensi – agar dia
bener-bener hadir dan memberi manfaat bagi manusia, bukan hanya bayangan
dan bukan hanya tontonan.
Maka
tiga dimensi itu – masing-masing dimensinya saya beri nama dimensi
kehidupan, dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Kemakmuran yang
sesungguhnya harus bisa melibatkan ketiganya bila ingin benar-benar
terwujud.
Dari sinilah mengapa seorang Bill Gate yang super kaya dan ‘dermawan’ sekalipun – yang bersama Rockefeller dan
sejumlah konglomerat benih GMO dunia, seolah berbuat baik untuk
keamanan pangan dunia dengan ‘menyempurnakan’ dan menguasai benih dunia – tetapi yang mereka lakukan justru membuat banyak petani di India bunuh diri karena mahalnya benih.
Bila kita tidak menanam-pun insyaAllah kita tetap makan sebagaimana janji Allah di surat Hud
tersebut di atas. Bila seluruh muslim tidak ada yang bercocok
tanam-pun, insyaAlah kita juga tetap bisa makan karena janji Allah yang
sama. Allah Yang Maha Kuasa, tentu sangat berkuasa untuk bisa
menggerakkan siapapun makhlukNya untuk berbuat menyediakan makanan bagi
makhlukNya yang lain – termasuk makhlukNya yang kafir sekalipun.
Masalahnya
adalah ketika kita tidak mengurusi kebutuhan dan mengatasi masalah kita
sendiri, kebutuhan dan masalah kita diurusi orang lain untuk
kepentingan mereka sendiri – yang bisa jadi mereka hanya mengurusi satu
sisi (dimensi) dan mengorbankan sisi atau dimensi lainnya.
Negeri-negeri
kaya memproduksi bahan makan yang dijual ke negeri-negeri miskin, untuk
membayarnya negeri miskin menguras sumber daya alamnya sampai buminya
menjadi rusak dan hutannya menjadi tandus. Semakin sumberdaya alam
rusak, semakin miskin negeri tersebut dalam jangka panjang. Inilah bila
dimensi ekonomi mengabaikan dimensi kehidupan, baik bagi manusia, hewan
maupun tanaman.
Ketergantungan
ekonomi pada negeri-negeri maju dan konglomerasi kapitalisme juga
berdampak pada kehidupan sosial. Betapa banyak saudara-saudara kita
se-iman yang untuk sholat tepat waktu apalagi berjamaah saja amat sangat
sulit. Mengapa ? karena mayoritas waktunya sibuk berangkat dan pulang
kerja dari kantornya – dan di kantor-pun bekerja seperti diburu-buru
setan, tidak tersedia waktu cukup untuk khusuk memenuhi alasan
penciptaannya – yaitu untuk beribadah kepadaNya.
Dari
gambaran kemakmuran tiga dimensi inilah bisa kita pahami bahwa yang
akan benar-benar bisa memakmurkan bumi ini hanyalah khalifah atau
wakilNya – yang beriman kepadaNya, beribadah dan meng-EsakanNya dan
kemudian ketika bekerja keras memakmurkan bumi-pun tetap dengan terus
mengikuti petunjukNya.
Pekerjaan
memakmurkan bumi ini adalah pekerjaan yang sangat komplek – multi
dimensi. Usia manusia yang terbatas, pengalaman dan kecerdasannya-pun
terbatas – tidak akan pernah mampu menguasai keseluruhan dimensi
tersebut. Lantas bagaimana manusia yang penuh keterbatasan ini bisa
mengemban tugas yang sangat kompleks tersebut ? tidak ada jalan lain
kecuali dengan mengikuti petunjukNya.
Bila
kita hanya mengandalkan kecerdasan dan pengalaman kita, bisa jadi
perbuatan yang kita kira baik itu justru berdampak buruk bagi orang
lain. Ketika orang-orang super kaya bersama dengan perusahaan-perusahaan benih dunia membuat Doomsday Seed Fault
di laut Barent dekat kutub utara – untuk konon katanya mengamankan
benih dunia ketika ‘kiamat’ tiba ! – yang terjadi malah hampir satu
milyar orang kelaparan sebelum ‘kiamat’ itu tiba.
Sebaliknya, hal kecil - sederhana yang kita lakukan dengan mengikuti petunjukNya atau
mengikuti contoh-contoh NabiNya – bisa jadi tersimpan di dalamnya
hikmah yang sangat besar – baik hikmah itu kita ketahui atapun
belum/tidak kita ketahui.
Misalnya
syariat ber-Qurban yang akan rame-rame kita lakukan dalam sepekan yang
akan datang. Siapa yang memberi contoh ?, yang memberi contoh adalah
Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam dan Putranya ‘Ismail ‘Alaihi salam. Apa yang
dicontohkannya ? menyembelih seekor sembelihan yang besar. Para ahli
tafsir menyebutkan bahwa yang disebut sembelihan yang besar itu adalah
domba atau gibas yang besar dan sempurna (QS 37:107).
Lalu
manusia sekarang berfikir ekonomis dan manfaat jangka pendek menurut
logikanya sendiri – yang terbatas, yaitu ada paham menyembelih sapi
lebih baik karena dagingnya banyak – banyak masyarakat yang bisa
menikmati daging pada hari itu.
Meskipun
tidak ada yang melarangnya dan berqurban dengan sapi, unta, kerbau dan
lain sebagainya semuanya baik – yang tidak baik hanyalah yang tidak
berqurban ! tetapi alangkah baiknya lagi kalau kita bisa mencontoh
sedekat mungkin dengan contoh aslinya – yaitu menyembelih domba atau
gibas yang besar.
Dagingnya
tentu tidak sebanyak sapi, tetapi dampak pada dimensi-dimensi lainnya
yang insyaAllah sangat luas. Bila qurban-qurban kita kembali ke domba,
maka masyarakat akan rame-rame memelihara domba. Apalagi ketika
domba-domba ini digembala juga dalam rangka mengikuti perintahNya (QS 20
:54), ketaatan yang satu melahirkan ketaatan berikutnya, manfaat yang
satu menggerakkan manfaat berikutnya.
Akibat
domba-domba yang digembalakan di tempat-tempat yang juga ditunjukanNya
(QS 16:10), maka negeri ini akan menjadi negeri kebun-kebun buah dari
segala macam buah-buahan yang ada (QS 16:11). Negeri yang seperti ini
dipuji Allah sebagai negeri yang baik – Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur (QS 34;15).
Negeri
yang baik, mampu memberi makan cukup bagi rakyatnya – kita tidak perlu
lagi impor buah malah meng-ekspornya, kita-pun tidak perlu lagi impor
daging dan susu. Daging domba ini adalah daging yang sekarang disebut the world healthiest food sebagai makanan tersehat didunia, mereka menyebut khusus the grass-fed-lamb yaitu daging domba yang diberi makan rumput (digembala di rerumputan !).
Susu domba selain menjadi minuman yang bersih dan mudah diminum (QS 16:66
), juga sangat efektif untuk berbagai pengobatan penyakit. Tidak perlu
industri farmasi yang canggih-canggih untuk ini, tinggal mengumpulkan
dan mengemasnya secara baik saja – sudah akan menjadi industri
obat-obatan yang tidak kalah dengan industri obat-obatan milik kapitalis
yang telah menjadikan obat sangat mahal.
Ketika
domba semakin banyak, ada potensi industri baru yaitu industri pakaian
dari kulit atau bulu domba. Bahkan pakaian dari kulit dan bulu domba
inipun ada di petunjukNya yaitu di surat An-Nahl 80-81. Kita bisa
menjadi produsen dan eksportir pakaian terbaik dunia, tidak seperti
sekarang kita menjadi importer untuk pakaian yang sebenarnya tidak begitu bermutu.
Dari
contoh kecil dan sederhana yaitu mengembalikan qurban sedekat mungkin
dengan contoh aslinya ini saja – kita insyaAllah sudah bisa menggerakkan
seluruh dimensi kemakmuran yang ada. Keturunan kita akan lebih baik,
alam kita akan lebih baik, lapangan pekerjaan terbuka luas, demikian
pula dengan potensi ekonomi riil dalam negeri yang bisa digarap oleh
masyarakat luas.
Barangkali
dampak yang begitu luas dalam pertumbuhan yang berkelanjutan inilah
maka domba juga disebut sebagai harta muslim terbaik dalam hadits shahih
berikut : “Waktunya akan datang bahwa harta muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah (kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)
Maka
yang kita perlu lakukan di usia yang terbatas dan kemampuan juga
terbatas ini adalah bagaimana kita mengerjakkan saja
perintah-perintahNya dan menjauhi apa-apa yang dilarangNya, maka kita
insyaAllah akan semakin dekat dengan takwa – dan orang bertakwa
dijanjikan rezeki yang tanpa batas atau tanpa dhihitung ( QS 3:27 ;24:38; 40:40), dan dari sumber yang tidak disangka-sangka (QS 65:3) ! InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar