Tampilkan postingan dengan label Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur. Tampilkan semua postingan

Manusia Standar

Kamis, 29 Januari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Dalam dunia industri kita mengenal adanya standar industri, misalnya di Indonesia dikenal Standar Nasional Indonesia (SNI). Dari produk alam seperti air  minum dan madu, sampai produk buatan seperti mur dan baut – semua ada standarnya. Bisa dibayangkan bila pembuat mur tidak membuatnya sesuai standar, maka mur tersebut tidak akan cocok dengan baut yang dibuat sesuai standar. Sesungguhnya ada standar yang lebih baik di seluruh bidang kehidupan kita, bila kita bisa penuhi standar terbaik tersebut – maka insyaAllah kita juga akan bisa cocok dengan kehidupan yang terbaik itu.

Sustainable Growth In 3 D

Sabtu, 27 September 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal 
 
Awalnya ada ibu dan bapak saya, lahir dari keduanya 11 orang anak dan dari sini kemudian lahir  28 cucu, dari cucu ini kemudian terlahir ‘baru’ 11 orang cicit. Dari sepasang manusia, dalam waktu kurang dari satu abad telah lahir 50 orang baru di dunia ini. Pertanyaannya adalah bagaimana semua akan terus bisa makan, berpakaian, punya tempat tinggal dan memenuhi perbagai kebutuhan lainnya di bumi yang sama – yang tidak bertambah luas ? Itulah mengapa ada tugas bagi manusia yang terlahir dari bumi ini untuk memakmurkannya ! 

Buku Ke 14 : WATANA, THE MINDSET

Selasa, 6 Mei 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal


 Setelah buku ke 13 “Kebun Al-Qur’an, Jalan Menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghaffur “ dibaca lebih dari 10,000 orang melalui edisi e-book, buku ke 14-pun kami putuskan untuk disebar luaskan terlebih dahulu melalui e-book secara gratis. Buku ini kami beri judul “ WATANA (Wana, Tani & Ternak) – THE MINDSET” untuk menyampaikan pesan pentingnya perubahan mindset yang integral dalam memakmurkan bumi.

Petunjuk-petunjukNya jelas bahwa kemakmuran dan kecukupan pangan itu hanya bisa terjadi bila pikiran kita tidak terkotak-kotak antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain.

Ketika hutan terpisah dari ladang pertanian dan terpisah pula dari peternakan, maka yang terjadi malah hutan kita habis dibabat, sementara bahan pangan sebagiannya harus diimpor baik yang berupa padi-padian maupun yang berupa daging.

Maka dibutuhkan perubahan mindset – yaitu asumsi-asumsi yang ada dipikiran kita, agar kita bisa berfikir secara integral bahwa hutan kita ya ladang kita ya tempat gembalaan kita.

Hanya berfikir secara integral inilah kita akan makmur dan berkecukupan pangan. Kita bisa bertani tanpa membabat hutan, bisa bertani tanpa membeli pupuk dan beternak tanpa harus membeli pakan yang mahal.

Setelah perubahan mindset terjadi, maka langkah berikutnya adalah menyangkut perubahan sikap atau kebijakan dan tentu saja ditindak lanjuti dengan tindakan yang nyata.

Maka buku ini terdiri dari 45 tulisan yang kami bagi dalam tiga bagian yaitu Mindset, Kebijakan dan Tindakan. Semua dikumpulkan dari tulisan-tulisan kami di situs ini selama enam bulan terakhir.

Berdasarkan pengalaman di buku ke 13 yang kami buat e-book-nya terlebih dahulu,  sebagian masyarakat masih lebih suka membaca buku yang dicetak dalam bentuk hardcopy. Maka kami persilahkan bila ada pihak-pihak yang hendak mencetaknya menjadi hardcopy.

Untuk buku ke 13, pihak yang kemudian mencetaknya menjadi hardcopy adalah Penerbit Inspira bekerja sama dengan Gerai Dinar Malang. Silahkan berhubungan langsung dengan mereka bila membutuhkan hardcopy buku yang ke 13.

Untuk buku yang ke 14 penerbitan hardcopy-nya akan kami berikan juga ke pihak yang menyatakan minat dahulu, dengan menyadari sebelumnya bahwa buku ini sudah beredar secara gratis melalui versi e-booknya.

Untuk membaca atau men-download langsung buku ke 14 ini, silahkan klik di sini.

Semoga bermanfaat.

Negeri Separuh Perjalanan…

Selasa, 29 April 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Ibarat kafilah besar yang sedang melakukan perjalanan panjang, negeri ini sedang berada di tengah perjalanannya baik dari sisi ruhiyah maupun dari sisi jasadiyahnya. Mayoritas penduduknya sudah ber-Islam tetapi belum sampai pada derajat keimanan dan ketakwaan yang akan membuatnya berhak atas janji Allah, berupa keberkahan dari langit dan dari bumi (QS 7:96). Bumi yang dikaruniakan ke kita bukan bumi yang mati (QS 36:33), tetapi kita juga belum sampai pada posisi negeri Baldadun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur – yang penduduknya bisa makan dari hasil bumi negeri ini sendiri (QS 34:15).

Peluang Bukan Sekedar Pekerjaan…

Rabu, 26 Februari 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Menurut laporan Organisasi Perburuhan International – ILO akhir tahun lalu di Jakarta, selama kurun waktu Agustus 2012 – Agustus 2013 terjadi pertumbuhan 0 % di ketenaga-kerjaan Indonesia. Artinya selama kurun waktu tersebut tidak ada pertambahan lapangan kerja sama sekali, meskipun ekonomi masih mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan  ekonomi belum cukup untuk menambah lapangan kerja, maka bisa jadi inilah waktunya bagi tenaga-tenaga muda berpotensi untuk tidak lagi mencari pekerjaan tetapi mengejar peluang.

Buku Ke 13 : Kebun Al-Qur’an, Gratis !

Jum'at, 6 Desember 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Setelah sampai buku ke 12 dicetak oleh para penerbit professional, buku saya yang ke 13 dengan judul : Kebun Al-Qur-an, Jalan Menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur – saya buat dalam bentuk e-book saja supaya bisa digratiskan dan bisa menyebar lebih cepat ke masyarakat secara luas. Buku itu kini sudah bisa di-download melalui scribd atau bagi yang familiar bisa juga dengan menggunakan Google drive.

A Roadmap To BTWG…

Selasa, 10 September 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Sejak menulis Visi Untuk Negeri : Baldatun Thayyibah , pertanyaan yang terus datang dan menghantui adalah bagaimana mewujudkannya. Maka hari-hari ini team kami mengadakan perjalanan Wikitani Tour de Jawa, untuk memetakan kira-kira seberapa jauh kondisi kita kini dengan visi tersebut. Hasilnya mengejutkan, ternyata ada daerah yang sudah sangat dekat berjalan ke arah sana ! Siapa mereka ?

Agar Kurs Tidak Membuat Kita Kurus…


Jum'at, 23 Agustus 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal


Sumber : Bank Indonesia
Bahwa kurs konversi antar mata uang bisa membuat badan penduduk negeri ini pada menjadi kurus, itu benar-benar bisa terjadi kini. Mata uang Dollar yang kita butuhkan untuk mengimpor barang-barang kebutuhan, telah naik sekitar 14 % terhadap uang Rupiah kita dalam setahun terakhir.  Tetapi hal ini mestinya bisa dicegah oleh kita semua, bagaimana caranya ?


Kebutuhan Dollar Amerika yang begitu tinggi untuk mengimpor barang-barang kebutuhan sehari-hari kita termasuk kebutuhan pokok pangan, membuat harga barang-barang yang diimpor secara umum menjadi lebih mahal. Kalau kenaikan ini terjadi pada barang-barang kebutuhan sekunder, masih bisa dihindari untuk sementara tidak membelinya.