Negeri Separuh Perjalanan…

Selasa, 29 April 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Ibarat kafilah besar yang sedang melakukan perjalanan panjang, negeri ini sedang berada di tengah perjalanannya baik dari sisi ruhiyah maupun dari sisi jasadiyahnya. Mayoritas penduduknya sudah ber-Islam tetapi belum sampai pada derajat keimanan dan ketakwaan yang akan membuatnya berhak atas janji Allah, berupa keberkahan dari langit dan dari bumi (QS 7:96). Bumi yang dikaruniakan ke kita bukan bumi yang mati (QS 36:33), tetapi kita juga belum sampai pada posisi negeri Baldadun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur – yang penduduknya bisa makan dari hasil bumi negeri ini sendiri (QS 34:15).


Di tengah perjalanan ini kita perlu memilih pemimpin (lagi), lantas siapa yang mestinya layak untuk memimpin di sisa perjalanan yang masih sangat panjang ini ?

Logikanya ya (calon) pemimpin yang tahu arah perjalanan yang akan ditempuh, dan tahu pula perbekalan yang diperlukan untuk syarat bisa diselesaikannya perjalanan panjang ini.

Untuk bekal ruhiyah, pemimpin perjalanan harus bisa meyakinkan rakyat yang dipimpinnya bahwa yang ditempuh perjalannya adalah ke arah yang benar. Rakyat yang sudah ber-Islam ini harus diajak ke-arah ber-Iman. Yaitu menjadikan rakyat (dan tentu saja pemimpinnya sendiri) orang-orang yang tidak lagi ragu-ragu dengan segala petunjukNya (QS  49 : 14-15).

Untuk bekal jasadiyah, pemimpn perjalanan juga harus tahu kondisi perbekalan yang sudah kita miliki seperti apa dan tahu pula bagaimana melengkapinya – agar perjalanan ini bisa bener-bener sampai pada tujuannya.  Bagian perbekalan yang sudah kita miliki adalah bagian dari janji Allah berupa negeri yang hujannya turun secara melimpah sehingga menjadi negeri hijau royo-royo penuh pepohonan (QS 16:10).

Perbekalan yang masih harus kita penuhi adalah tugas-tugas kita untuk memakmurkan bumiNya ini ( QS 11 : 61). Banyak  tugas-tugas detil yang masih perlu kerja keras kita semua untuk melakukanannya, tetapi  Alhamdulillah tugas-tugas tersebut sudah dilengkapi petunjukNya yang sangat jelas – how to do it !

Kita ambilkan dua ayat berikut sebagai contoh :

Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada di tempat itu kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16 : 10-11)

PeranNya sudah Dia selalu lakukan yaitu menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman. Peran kita yang belum kita laksanakan yaitu menggembalakan ternak di tempat turunnya hujan dan ditempat tumbuhnya tanaman. Bahkan di -ayat lain ( QS 6:143-144) kita juga sudah diberi tahu urut-urutan prioritas ternak yang  harusnya kita gembalakan ini. Lebih jauh lagi contoh soal terapannya juga sudah diberikan oleh seluruh para Nabi.

Maka tugas spesifik kita inilah yang harus kita lakukan, dan bila kita sudah benar-benar melakukan nantinya – Allah akan meneruskannya dengan dengan lanjutan peranNya di ayat 16 :11 tersebut di atas.  Bagaimana kalau tugas yang bagian kita tersebut tidak kita lakukan ?, ya seperti kondisi kita sekarang inilah jadinya.

Sudah 69 tahun kita melakukan perjalanan, mendekati tujuan-pun kita belum. Di bumi yang hujannya melimpah dan semua tumbuh-tumbuhan hidup, kita masih belum bisa mencukupi kebutuhan pangan kita sendiri. Bahkan konsumsi daging kita baru mencapai sekitar ¼ dari rata-rata konsumsi daging dunia !

Nah mumpung sekarang pemimpin kafilah perjalanan ini akan berganti (lagi), mustinya menjadi kesempatan bagi kita semua untuk memperoleh pemimpin yang tahu betul tentang arah perjalanan ini yang seharusnya, tahu betul tentang perbekalan ruhiyah maupun jasadiyah yang amat sangat diperlukan agar perjalanan ini sampai kepada tujuannya.

Tetapi bagaimana kalau dari calon-calon pemimpin kafilah yang ada belum nampak ada tanda-tanda bahwa dia tahu arah perjalanan ini, bahwa dia tahu perbekalan yang dibutuhkan ? ya sebenarnya mereka belum layak memimpin. Yang layak memimpin sesungguhnya juga sudah jelas, dia haruslah orang yang beriman dan beramal shaleh (Qs 24 :55). Iman merupakan kekuatan bekal ruhiyah, sedangkan amal shaleh merupakan kekuatan perbekalan jasadiyah.

Tetapi masalahnya di perjalanan panjang kafilah negeri ini bukan pemimpin semacam ini yang akan hadir paling tidak untuk sementara ini, yang akan hadir adalah yang dipilih rame-rame tanpa harus memperhatikan keimanan maupun amal shalehnya. Artinya salah kita sendiri bila dengan sengaja kita memilih pemimpin tanpa pertimbangan kekuatan bekal ruhiyah dan jasadiyah !

Maka apa yang bisa kita lakukan ? mutung tidak ikut perjalanan kafilah besar ini ? Masih banyak yang bisa kita lakukan. Kita bisa berada dalam perjalanan kafilah besar ini,  tetapi dari waktu kewaktu kita harus rajin membaca peta perjalanan – dan teriak keras mengingatkan pemimpin perjalanan bila dia melenceng.

Berada di dalam kafilah perjalanan tidak berarti menerima  tanpa syarat kemanapun kafilah dibawa oleh para pemimpin perjalanan. Bila dia mau mengajak kita masuk jurang, masak kita juga ngikut saja ? pengikut perjalanan harus berani teriak mengingatkan dan ketika kereta pemimpin yang di depan bener-bener nyungsep ke jurang, pengikut harus bisa melompat menyelamatkan diri.

Atau ada alternatif lain, kita tidak ikut rombongan perjalanan kafilah tersebut. Kita menempuh perjalanan sendiri dalam rombongan lain, membaca petunjuk jalan yang benar kemudian menempuhnya secara sungguh-sungguh. Dari waktu kewaktu kemudian kita juga masih bisa berinteraksi dengan kafilah yang besar tersebut, dengan memberitahu mereka bila perjalanan yang mereka tempuh keliru. Dari waktu ke waktu ‘Pak Kyai’ akan hadir di ‘Sidang Kabinet’ mereka insyaAllah !

Note :
Tulisan ini adalah jawaban saya atas banyaknya pertanyaan pembaca tentang sikap politik saya, mudah-mudahan bisa diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar