Jum'at, 23 Agustus 2013
Oleh: Muhaimin Iqbal
Kebutuhan
Dollar Amerika yang begitu tinggi untuk mengimpor barang-barang
kebutuhan sehari-hari kita termasuk kebutuhan pokok pangan, membuat
harga barang-barang yang diimpor secara umum menjadi lebih mahal. Kalau
kenaikan ini terjadi pada barang-barang kebutuhan sekunder, masih bisa
dihindari untuk sementara tidak membelinya.
Tetapi
kalau barang-barang ini menyangkut kebutuhan primer seperti bahan
pangan, maka biar harganya mahal dia tetap harus dibeli. Tempe-pun kini
sudah semakin mahal karena kedelainya sebagian besar diimpor dan ini
dengan Dollar yang lebih mahal. Demikian pula dengan gandum, bahan
pangan yang sama sekali belum diproduksi oleh negeri ini sendiri.
Apalagi
daging yang harganya sudah terkerek naik sejak beberapa bulan lalu,
belum nampak adanya upaya yang bisa efektif dan efisien dalam menurunkan
harganya.
Walhasil kenaikan harga tiga jenis bahan makanan kedelai, daging dan gandum ini saja sudah cukup untuk menguruskan badan rata-rata penduduk negeri ini.
Pertanyaannya
adalah bagaimana kita bisa membebaskan diri dari problem yang klasik
ini ? problem yang sama pernah memukul kita dengan begitu beratnya 15
tahun lalu dengan apa yang waktu itu kita sebut krisis moneter (krismon)
.
Lima
belas tahun era reformasi nampaknya belum cukup untuk membuat kita
sadar akan kelemahan arah pembangunan era-era sebelumnya dan kemudian
memperbaikinya. Kita tetap bergantung begitu besar pada bahan pangan
impor.
Padahal
tidak kurang produk-produk pertanian lokal yang bisa dikembangkan untuk
substitusi produk-produk impor tersebut. Koro pedang misalnya, bisa
menggantikan kedelai impor bila dibudidayakan dan disosialisasikan
dengan baik ke masyarakat serta dibangun industrinya. Kandungan protein
keduanya cukup dekat yaitu koro pedang sekitar 27.4 % sedangkan kedelai
36.5 %. Kelebihan koro pedang adalah sifatnya yang bisa tumbuh di tanah
marginal – bahkan bisa menjadi potensi untuk menyuburkan lahan-lahan
gersang kita.
Sorgum
yang memiliki kandungan protein dan karbohidrat (10.4% dan 70.7%) mirip
dengan gandum (11.6% dan 71.0%), mestinya dapat menggantikan impor
gandum yang telah berkembang hampir setengah abad di negeri ini. Memang
sorgum tidak memiliki gluten seperti yang dimiliki oleh gandum, sehingga
kurang cocok untuk dibuat roti dan mie yang memerlukan gluten tinggi.
Tetapi kan roti dan mie memang mestinya bukan bentuk makanan pokok kita ?
jadi kita musti bisa berkreasi dengan makanan-makanan yang lebih sesuai
dengan kita dengan menggunakan bahan-bahan yang memang bisa kita
produksi sendiri seperti sorgum ini.
Kelebihan
sorgum dia bisa tumbuh hampir di mana saja termasuk di tanah yang
marginal, kami sudah mencoba menumbuhkannya juga di Jonggol yang aslinya
gersang dengan hasil yang baik.
Selain
yang sifatnya ikhtiar dengan bekerja keras menanam sendiri
tananam-tanaman untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang sesuai seperti
dalam contoh koro pedang dan sorgum tersebut diatas, ada hal lain yang
bisa menjamin kecukupan kebutuhan pangan kita dengan hasil panen yang
banyak dan dengan rasa yang ueenak.
Hasil
panenan yang banyak dengan rasa yang enak seperti ini dijanjikan oleh
Allah untuk negeri yang diberkahi sebagaimana ayat berikut :
“…Masuklah kamu ke negeri ini dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai …" (QS 2:58).
Yang
dimaksud dengan ‘negeri ini’ yang memberikan hasil bumi yang banyak
lagi enak pada ayat tersebut adalah Baitulmakdis – yang dalam ayat lain
disebut secara spesifik sebagai negeri yang diberkahi (QS 17:1).
Kita
memang tidak bisa menjadikan negeri kita Baitulmakdis atau bagian dari
negeri Syam , tetapi kita penduduk negeri ini bisa menjadikan negeri
kita negeri yang diberkahi – bila kita bisa memenuhi syaratnya, yaitu
bila penduduk negeri ini beriman dan bertakwa (QS 7:96). Jadi kita
sesungguhnya memiliki potensi ‘pupuk’ yang sangat unggul yang tidak bisa
dihasilkan oleh pabrik pupuk manapun di dunia, yaitu pupuk yang dijamin
memberikan hasil panenan yang banyak lagi enak – itulah ‘pupuk iman dan
takwa’.
Dari
rangkaian ayat-ayat inilah semuanya menjadi nyambung, bahwa bila kita
bisa menjadikan diri-diri kita penduduk negeri yang beriman dan
bertakwa, Allah membukakan berkahNya dari langit dan dari bumi. Kita
menanam bahan pangan apa saja hasilnya banyak dan rasanya enak. Negeri
ini akan cukup makan dari hasil bumi kita sendiri dan menjadikan negeri
ini Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur (QS 34:15).
Bila
kita makan hasil bumi kita sendiri secara cukup, kita tidak perlu
mengimpor bahan pangan dari negara lain – kurs konversi menjadi tidak
lagi relevan untuk kita. Kurs konversi tidak akan bisa menjadikan badan
kita kurus karenanya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar