Oleh: Muhaimin Iqbal
Anda yang setiap hari terjebak dalam kemacetan kota Jakarta dan sekitarnya pasti sudah hafal dengan bau asap kemacetan yang semakin menyengat – karena kemacetan yang semakin parah. Dengan sedikit kreatifitas dalam meng-optimalkan energi terbarukan dari dalam negeri, bau asap kendaraan bermotor tersebut dengan teknologi yang ada saat ini bisa berubah menjadi aroma kopi – kok bisa ? Sebuah riset di University of Nevada – AS menghasilkan sebuah proposal yang menarik bagi negeri penghasil kopi seperti Indonesia. Di dalam biji kopi mengandung 11-20 % minyak yang bisa menjadi biodiesel.
Yang
diambil minyaknya-pun tidak harus kopi yang belum kita minum – cukup
ampas-ampasnya saja sudah bisa menghasilkan minyak yang berpotensi
sebagai tambahan alternatif bahan bakar terbarukan yang berasal dari
tanaman.
Dalam
studi yang sama misalnya diketahui bahwa seandainya ampas kopi dari
Starbuck Amerika saja dikumpulkan, maka akan dapat dihasilkan biodiesel
sebanyak 2.9 juta gallon per tahun. Setelah diambil minyaknya-pun ampas
terakhir kopi masih mengandung energi tinggi yaitu sekitar 8,700
BTU/pound. Ampas terakhir Starbuck setelah diambil minyaknya – masih
bisa menghasilkan 89,000 ton pellet bahan bakar padat per tahunnya.
Cerita
di atas sebenarnya hanya untuk menggambarkan betapa bahan bakar
terbarukan itu ada di sekitar kita – yang karena kita tidak sadari
potensinya – terbuang begitu saja. Potensi biji kopi yang mengandung
minyak misalnya, bila digarap akan meningkatkan harga jual kopi secara
keseluruhan – akan menguntungkan para petani kopi.
Karena
selain biji kopi ada lebih dari 60-an biji-bijian lain di Indonesia
yang bisa menghasilkan minyak – bukan hanya untuk energi tetapi minyak
berkwalitas tinggi untuk industri makanan, kosmetik, obat-obatan – maka
sudah waktunya kita mengggarap industri ini secara lebih serius lagi.
Hanya
saja masih ada kendala di lapangan sehingga tantangan dan peluangnya
justru ada bila kita bisa mengatasi kendala-kendala semacam ini.
Berbulan-bulan saya mencari mesin press dingin untuk mengambil minyak
yang efektif dari biji-bijian ini di dalam negeri misalnya – hingga kini
belum menemukannya yang pas.
Saya
yakin mesin-mesin seperti ini bisa kita buat sendiri karena contohnya
sudah banyak tersedia di luar negeri, bahkan gambar teknisnya bisa saya
berikan bila ada yang berminat untuk membuatnya. Kita butuh mesin yang
sederhana, kalau perlu yang bisa digerakkan secara manual – tetapi harus
reliable dan bisa mengekstrak minyak semaksimal mungkin dari
biji-bijian yang ada di sekitar kita – atau dari sisa-sisa ampas seperti
pada industri kopi tersebut di atas.
Bayangan
saya para ahli bubut presisi – lulusan politeknik permesinan , yang
paling siap untuk diajak membuat mesin-mesin semacam ini. Bila diantara
pembaca ada yang berkompetensi di bidang ini dan tertarik bergabung di
team kami, insyaAllah akan banyak yang bisa kita lakukan bersama.
Bila
Anda lulusan-lulusan politeknik permesinan yang familiar dengan
pabrikasi mesin presisi, dan tertarik untuk mendirikan usaha Anda
sendiri – barangkali inilah peluang terbaiknya, yaitu bergabung dalam
startup permesinan di Startup Center – Depok, kami tunggu.
Bayangkan
sekarang peluangnya bila mesin-mesin yang kita butuhkan tersebut
tersedia di masyarakat dengan mudah, biji anggur-pun bisa menjadi minyak
yang bernilai tinggi. Lho apa pentingnya kita bisa mengolah minyak biji anggur ? lha wong
kita tidak punya tanaman anggur banyak, yang ada adalah anggur impor
yang di makan individu-individu yang menyebar , bagaimana pula
mengumpulkan bijinya ?
Justru
disitulah awal peluangnya. Di negeri kita ini sudah ada riset anggur
dataran rendah di Probolinggo sejak jaman Belanda dahulu, jadi banyak
jenis anggur yang bisa tumbuh dan berbuah baik di negeri ini. Hanya saja
karena kebanyakan kurang manis dan kurang besar, kita kalah dengan
serbuan anggur impor.
Karena
kalah dengan anggur impor, anggur yang tidak terlalu manis membuat para
petani frustasi sehingga tidak mau menanamnya banyak-banyak lagi. Untuk
dimakan langsung memang butuh anggur yang manis, tetapi bila untuk
industri minuman – tentu harus yang halal - yang kurang manis-pun tetap menarik.
Tetapi
hanya dengan satu jenis produk – misalnya minuman halal dari anggur,
industri anggur bisa jadi belum menjadi terlalu menarik – maka di negeri
kita industri demikian juga belum tumbuh. Nah sekarang bayangkan dengan
tambahan satu mesin sederhana, daging buah anggur dikumpulkan jadi
minuman halal yang menarik – bijinyapun dikumpulkan menjadi minyak biji
anggur, maka menanam anggur menjadi jauh lebih menarik.
Lihat
sekarang peluang-peluang yang bisa dilahirkan dengan mesin-mesin yang
presisi buatan dalam negeri ini. Itulah sebabnya kami di Startup Center
tidak hanya fokus pada teknologi informasi – yang telah mengantarkan
kami menjadi Juara pertama Startup Asia Arena, kami juga ingin melahirkan startup-startup teknologi permesinan – untuk menunjang industri yang kita memiliki kekuatan resources-nya seperti pertanian dan agroforestry.
Bila
ini bisa kita lakukan dengan baik, insyaAllah akan mengurangi
ketergantungan kita pada energi impor – sebaliknya bila tidak ada
langkah yang berarti akan menjadikan negeri ini pengimpor energi terbesar tahun 2019.
Energi terbarukan yang berasal dari tanaman selain memiliki dasar
petunjuk yang kuat, variasinya sangat luas – juga akan akan baik bagi
lingkungan karena menurunkan pencemaran udara. Dengan energi jenis ini,
kemacetan Jakarta-pun nantinya bisa beraroma kopi, anggur dlsb.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar