Agar Tidak Seperti Yunani

Jum'at, 3 Juli 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Sepanjang pekan ini dunia dihebohkan dengan gagal bayar hutangnya Yunani yang bisa berdampak kemana-mana. Yunani mungkin memang pantas gagal karena dengan hutang yang sekitar US$ 420 milyar, itu mendekati 173 % dari GDP mereka tahun ini. Indonesia menurut laporan terakhir Bank Indonesia hutangnya ‘baru’ mendekati US$ 300 Milyar (estimasi tepatnya US$ 299,843 juta per April 2015), dan ini ‘hanya’ mendekati 26% dari GDP – jadi peluang kita untuk mengalami seperti mereka cukup jauh. Yang lebih mengkawatirkan bagi saya sebenarnya justru tingkat pertumbuhan hutang itu sendiri.


Debt vs Growth Indonesia
Betapa tidak, dalam lima tahun terakhir hanya sekali yaitu tahun 2013 yang pertumbuhan hutang kita lebih rendah dari pertumbuhan GDP. Selebihnya pertumbuhan hutang kita jauh melampaui GDP. Dikala pertumbuhan ekonomi kita turun ke angka 5 % tahun lalu, hutang kita malah tumbuh 13 % !

Tahun ini dikawatirkan pertumbuhan ekonomi kita tidak mencapai 5 %, tetapi hutang kita masih juga tumbuh. Lebih parah lagi adalah hutang tersebut dalam US Dollar, sehingga kalau dikonversikan ke Rupiah yang cenderung turun sepanjang tahun ini – hutang tersebut menjadi semakin berat.

Artinya adalah meskipun kita sangat berbeda dari Yunani, bila para pengambil keputusan tidak segera merubah arah kebijakan-kebijakannya – dari kebijakan yang populis ke kebijakan yang realistis – maka beban hutang tersebut akan terus terakselerasi dan menjadi semakin berat.

Lantas bagaimana solusinya ? Para pemikir di eksekutif dan legislatif mestinya sudah lebih aware dalam masalah trend hutang tersebut. Tetapi saya ingin memberikan pemikiran yang tidak biasa untuk solusi semacam ini, yaitu menggunakan asset terbesar bangsa ini untuk menghentikan hutangnya.

Apa asset terbesar bangsa ini yang sesungguhnya ? Ya rakyatnyalah yang paling berharga. Karena rakyatnya mayoritasnya masih muslim, maka umat Islam inilah asset terbesar negeri ini yang paling berharga.

Bagaimana umat Islam akan bisa mengatasi hutang negara yang begitu besar ? Di Islam kan ada infaq, sedekah dan yang lebih dasyat lagi adalah wakaf. Bila umat Islam tidak diusik dengan segala bentuk kecurigaan, sebaliknya dibangkitkan potensinya – maka negeri ini mestinya tidak perlu berhutang.

Pembangunan infrastruktur berupa jalan, pelabuhan, pasar dlsb. tidak perlu berhutang karena kebutuhan-kebutuhan untuk fasilitas umum ini bisa digerakkan dari dana wakaf. Apa akan cukup ? kalau kesadaran umat berwakaf tinggi, saya kok sangat yakin akan cukup. Kita tinggal perlu belajar dari sejarah Islam untuk ini, agar tahu detil aplikasi teknisnya.

Yang sudah saya hitung pasti cukup misalnya adalah mengatasi kemiskinan/kelaparan yang menurut datanya FAO saat ini masih 19.2 juta orang di Indonesia. Bahwa negeri ini sudah 70 tahun merdeka dan 7 presiden dari perbagai kalangan telah berganti – namun angka kelaparan masih begitu besar – ini menunjukkan bahwa solusi yang biasa-biasa saja tidak memadai, jadi perlu solusi yang tidak biasa !

Seperti yang sudah saya ungkapkan di tulisan sebelumnya tentang Hunger.Zone, ini sebenarnya saya hanya meniru cara Pak Kyai mengatasi masalah. Bila masalah itu terlalu besar, maka cara mengatasinya adalah dengan kelakar – melihatnya seolah kecil. Dengan begitu kita tidak awang-awangen dalam mengatasinya.

Cara mengecilkan masalah adalah dengan meluaskan/melapangkan dada kita, maka ada do’a yang diajarkan di Al-Qur’an – yaitu ketika Musa Alaihi Salam diperintahkan untuk menghadapi Fir’aun, do’a yang diajarkan adalah “Robbisyrohlii shodrii …– Ya Rabb, lapangkan dadaku…dst”(QS 20:25).

Sekarang masyarakat anak-anak muda khususnya akan saya ajak berkelakar mengatasi masalah kelaparan dengan gerakan Hunger.Zone – yang sebenarnya plesetan dari Hunger Game. Insyaallah situs atau aplikasi untuk ini akan siap dalam satu dua -bulan kedepan.

Kontes Hunger Zone Logo di Freelancer
Untuk menujukkan kelakar tetapi seriusnya kami menggarap proyek Hunger.Zone ini, saat inipun sudah ada ratusan designer dari seluruh dunia yang mengikuti kontes logonya !

‘Pasukan’ Hunger.Zone ini akan saya ajak ‘perang’ melawan kelaparan dengan melakukan tiga hal, yaitu Identify , Verify dan Overcome atau disingkat (IVO). Dengan IVO inilah kelaparan di lingkungan kita akan diidentifikasi secara akurat, kemudian diverfikiasi sehingga ada check and balance dan kemudian di atasi.

Siapa yang akan mengatasi kelaparan ? ya umat inilah yang memiliki tugas itu. Umat ini tinggal disadarkan dengan surat Al-Mudhatsir ayat 43-46, bahwa tidak memberi makan orang miskin posisinya sama dengan tidak sholat, sama dengan orang yang terus dalam kebatilan, sama pula dengan tidak percaya hari akhir !

Setelah data tersedia, insyaAllah umat akan dengan ringan mengatasi kelaparan itu. Meskipun angkanya besar yaitu 19.4 juta orang, ini hanya 1 orang kelaparan di setiap 12 orang yang bisa makan kenyang – masak yang 12 orang ini tidak ada yang mau berbagi ? yang menghayati ayat-ayat tersebut pasti akan bergegas sebagaimana mereka bergegas shalat ke Masjid setiap mendengar adzan !

Hunger.Zone tidak menaikkan GDP karena dia sifatnya hanya redistribusi, dari yang mampu ke yang kurang mampu. Tetapi sikap positif yang terbangun dari masyrakat yang mau bekerja untuk orang lain seperti ini akan menyemangati pelakunya juga untuk berkerja lebih keras, inilah yang efeknya akan ke GDP.

Bayangkan sekarang kalau kelakar umat ini bisa mengatasi kelaparan yang tidak teratasi oleh tujuh presiden selama 70 tahun, maka masalah-masalah besar seperti hutang yang terus menumpuk tersebut – insyaAllah akan mudah juga teratasi !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar