Oleh: Muhaimin Iqbal
Sepanjang pekan ini dunia dihebohkan dengan gagal bayar hutangnya Yunani yang bisa berdampak kemana-mana. Yunani mungkin memang pantas gagal karena dengan hutang yang sekitar US$ 420 milyar, itu mendekati 173 % dari GDP mereka tahun ini. Indonesia menurut laporan terakhir Bank Indonesia hutangnya ‘baru’ mendekati US$ 300 Milyar (estimasi tepatnya US$ 299,843 juta per April 2015), dan ini ‘hanya’ mendekati 26% dari GDP – jadi peluang kita untuk mengalami seperti mereka cukup jauh. Yang lebih mengkawatirkan bagi saya sebenarnya justru tingkat pertumbuhan hutang itu sendiri.
Tahun
ini dikawatirkan pertumbuhan ekonomi kita tidak mencapai 5 %, tetapi
hutang kita masih juga tumbuh. Lebih parah lagi adalah hutang tersebut
dalam US Dollar, sehingga kalau dikonversikan ke Rupiah yang cenderung
turun sepanjang tahun ini – hutang tersebut menjadi semakin berat.
Artinya
adalah meskipun kita sangat berbeda dari Yunani, bila para pengambil
keputusan tidak segera merubah arah kebijakan-kebijakannya – dari
kebijakan yang populis ke kebijakan yang realistis – maka beban hutang
tersebut akan terus terakselerasi dan menjadi semakin berat.
Lantas
bagaimana solusinya ? Para pemikir di eksekutif dan legislatif mestinya
sudah lebih aware dalam masalah trend hutang tersebut. Tetapi saya
ingin memberikan pemikiran yang tidak biasa untuk solusi semacam ini,
yaitu menggunakan asset terbesar bangsa ini untuk menghentikan
hutangnya.
Apa
asset terbesar bangsa ini yang sesungguhnya ? Ya rakyatnyalah yang
paling berharga. Karena rakyatnya mayoritasnya masih muslim, maka umat
Islam inilah asset terbesar negeri ini yang paling berharga.
Bagaimana
umat Islam akan bisa mengatasi hutang negara yang begitu besar ? Di
Islam kan ada infaq, sedekah dan yang lebih dasyat lagi adalah wakaf.
Bila umat Islam tidak diusik dengan segala bentuk kecurigaan, sebaliknya
dibangkitkan potensinya – maka negeri ini mestinya tidak perlu
berhutang.
Pembangunan
infrastruktur berupa jalan, pelabuhan, pasar dlsb. tidak perlu
berhutang karena kebutuhan-kebutuhan untuk fasilitas umum ini bisa
digerakkan dari dana wakaf. Apa akan cukup ? kalau kesadaran umat
berwakaf tinggi, saya kok sangat yakin akan cukup. Kita tinggal perlu
belajar dari sejarah Islam untuk ini, agar tahu detil aplikasi
teknisnya.
Yang
sudah saya hitung pasti cukup misalnya adalah mengatasi
kemiskinan/kelaparan yang menurut datanya FAO saat ini masih 19.2 juta
orang di Indonesia. Bahwa negeri ini sudah 70 tahun merdeka dan 7
presiden dari perbagai kalangan telah berganti – namun angka kelaparan
masih begitu besar – ini menunjukkan bahwa solusi yang biasa-biasa saja
tidak memadai, jadi perlu solusi yang tidak biasa !
Seperti yang sudah saya ungkapkan di tulisan sebelumnya tentang Hunger.Zone,
ini sebenarnya saya hanya meniru cara Pak Kyai mengatasi masalah. Bila
masalah itu terlalu besar, maka cara mengatasinya adalah dengan kelakar –
melihatnya seolah kecil. Dengan begitu kita tidak awang-awangen dalam mengatasinya.
Cara
mengecilkan masalah adalah dengan meluaskan/melapangkan dada kita, maka
ada do’a yang diajarkan di Al-Qur’an – yaitu ketika Musa Alaihi Salam
diperintahkan untuk menghadapi Fir’aun, do’a yang diajarkan adalah “Robbisyrohlii shodrii …– Ya Rabb, lapangkan dadaku…dst”(QS 20:25).
Sekarang
masyarakat anak-anak muda khususnya akan saya ajak berkelakar mengatasi
masalah kelaparan dengan gerakan Hunger.Zone – yang sebenarnya plesetan
dari Hunger Game. Insyaallah situs atau aplikasi untuk ini akan siap
dalam satu dua -bulan kedepan.
‘Pasukan’ Hunger.Zone ini akan saya ajak ‘perang’ melawan kelaparan dengan melakukan tiga hal, yaitu Identify , Verify dan Overcome
atau disingkat (IVO). Dengan IVO inilah kelaparan di lingkungan kita
akan diidentifikasi secara akurat, kemudian diverfikiasi sehingga ada check and balance dan kemudian di atasi.
Siapa
yang akan mengatasi kelaparan ? ya umat inilah yang memiliki tugas itu.
Umat ini tinggal disadarkan dengan surat Al-Mudhatsir ayat 43-46, bahwa
tidak memberi makan orang miskin posisinya sama dengan tidak sholat,
sama dengan orang yang terus dalam kebatilan, sama pula dengan tidak
percaya hari akhir !
Setelah
data tersedia, insyaAllah umat akan dengan ringan mengatasi kelaparan
itu. Meskipun angkanya besar yaitu 19.4 juta orang, ini hanya 1 orang
kelaparan di setiap 12 orang yang bisa makan kenyang – masak yang 12
orang ini tidak ada yang mau berbagi ? yang menghayati ayat-ayat
tersebut pasti akan bergegas sebagaimana mereka bergegas shalat ke
Masjid setiap mendengar adzan !
Hunger.Zone
tidak menaikkan GDP karena dia sifatnya hanya redistribusi, dari yang
mampu ke yang kurang mampu. Tetapi sikap positif yang terbangun dari
masyrakat yang mau bekerja untuk orang lain seperti ini akan
menyemangati pelakunya juga untuk berkerja lebih keras, inilah yang
efeknya akan ke GDP.
Bayangkan
sekarang kalau kelakar umat ini bisa mengatasi kelaparan yang tidak
teratasi oleh tujuh presiden selama 70 tahun, maka masalah-masalah besar
seperti hutang yang terus menumpuk tersebut – insyaAllah akan mudah
juga teratasi !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar