Oleh: Muhaimin Iqbal
Di dunia di mana teknologi informasi berkembang begitu cepat, yang mengganggu kemapanan suatu usaha sangat bisa jadi bukan lagi pesaing tradisionalnya. Penerbitan-penerbitan global misalnya tidak mati karena bersaing satu sama lain, tetapi mereka berguguran seiring dengan bermunculannya website, e-book dan segala informasi dan ilmu yang bisa digali secara elektronis. Pesaing usaha terbesar di era ini bisa berasal dari arah yang tidak disangka-sangka, karena bisa jadi model bisnis-nya sangat berbeda dengan yang selama ini ada. Dimana peluang terbaik kita ?
Model
bisnis yang sangat berbeda yang mengganggu kemapanan suatu usaha yang
sudah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun ini secara umum disebut Disruptive Business Model – model bisnis yang mengganggu.
Daftarnya
kini sangat panjang, setelah Newsweek mengakhiri penerbitan majalah
cetaknya December 2012 – setelah beroperasi selama 80 tahun lebih, di
kanan kiri kita-pun kita saksikan banyak usaha mati atau setidaknya
meredup karena bisnis modelnya memang tidak sustainable.
Dalam
skala kecil tahun 90-an marak usaha wartel dan kemudian juga disusul
warnet , sekarang sudah jarang dijumpai karena siapa yang butuh wartel
dan warnet ketika nyaris semua orang bisa memiliki telepon dan akses
internet-nya sendiri ?.
Dalam
skala besar yang akan terus menggerogoti pendapatan perushaan
telekomunikasi dari pendapatan percakan suara adalah percakakapan dan
bahkan video conference yang nyaris gratis melalui Skypee, Line,
Facetime dlsb. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi besar bisa akan
tetap survive, hanya bila mereka juga bisa memperbaiki bisnis modelnya.
Demikian
pula dunia perbankan, ketika Google Wallet semakin meluas penggunaannya
- sangat bisa jadi dunia perbankan harus bekerja ekstra keras untuk
mempertahankan eksistensi usahanya ditengah serbuan pesaing yang datang
dari arah yang tidak disangkanya ini.
Tidak
hanya di dunia komersial, dunia sosial seperti pendidikan-pun serbuan
pesaing itu bisa datang dari mana saja. Bagi anak Anda yang tidak
diterima di perguruan tinggi negeri tahun ini misalnya, tidak usah
kawatir. Mereka bisa kuliah gratis di perguruan tinggi terbaik dunia
seperti Harvard University, Massachusetts Institute of Technology (MIT)
dan Stanford University. Anda yang masih semangat belajar-pun sekarang
masih bisa kuliah lagi di perguruan tinggi-perguruan tinggi bergengsi
ini, silahkan kunjungi situs www.academicearth.org untuk ini.
Yang
ingin saya sampaikan dengan memberikan beberapa contoh tersebut di atas
adalah bahwa gangguan eksistensi suatu usaha ataupun institusi itu kini
bisa datang dari mana saja. Agar bila nantinya ada sumber Disruptive Business Model
yang lain lagi, dunia usaha atau institusi juga bisa menerimanya tanpa
prasangka yang penuh kecurigaan. Karena disinilah peluang kita
sesungguhnya.
Disruptive Business Model
yang sekarang dianggap terobosan baru di dunia usaha dan social
tersebut, sesungguhnya telah dicontohkan jauh hari sebelumnya oleh
Uswatun Hasanah kita beserta para sahabatnya.
Ketika
orang Yahudi berjualan air, bisnis air ini mati dengan sendirinya
ketika Utsman bin Affan R.A. mewakafkan sumur yang dibelinya. Di kota
Yathrib sebelum menjadi Madinah pasca hijrahnya Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam, pasar-pasar adalah milik pribadi-pribadi yahudi yang kaya
seperti Bani Qainuqa’ dlsb,
tetapi pasar-pasar pribadi seperti ini habis tidak sampai 10 tahun
kemudian – digantikan oleh pasar kaum muslimin – yang tidak ada
seorang-pun boleh mengkaplingnya.
Air atau sumber-sumber kehidupan yang diperjual belikan
dan pasar milik pribadi (sekarang korporasi – yang ujungnya juga
pribadi) itu kini menjadi hal yang dianggap lumrah. Mengapa kita tidak
berjuang untuk menggratiskannya kembali melalui apa yang di jaman ini
disebut Disruptive Business Model tersebut ?
Nature dari petunjuk kita itu adalah furqon atau pembeda (dari yang bathil) – yang bahasa business modelnya disebut disruptive
tersebut di atas. Bila air bisa kembali digratiskan, akses pasar
kembali untuk semua orang – maka secara otomatis komersialisasi air dan
pasar yang telah mendarah daging kini - akan mati dengan sendirinya.
Di tengah dunia usaha yang berlomba menciptakan Disruptive Business Model
– untuk saling mengalahkan pesaingnya masing-masing dari arah yang
tidak disangka-sangka, sesungguhnya umat ini berpeluang terbaik untuk
unggul. Kita punya manual, bahkan contoh aplikatif – bagaimana membuat
‘disruptive business model’ yang sesungguhnya.
Intinya
ada pada nilai-nilai ajaran agama ini, bila nilai-nilai tersebut bisa
kita implementasikan secara utuh – insyaAllah kita akan bisa mengalahkan
business model apapun yang ada di luar sana. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar