Oleh: Muhaimin Iqbal
Bagi Anda yang ingin menjadi pemimpin di tingkat apapun baik swasta maupun pemerintahan, ada cara yang terbaik membekali diri Anda dengan manual kepemimpinan yang baku – yang berlaku sepanjang jaman. Bila manual ini cocok untuk pemimpin sekaliber Zulkarnain yang menguasai ujung peradaban di barat dan di timur, dengan keragaman masyarakat yang tiada duanya – maka siapapun yang Anda pimpin insyaAllah akan lebih mudah, karena seluas dan sekompleks apapun wilayah kerja Anda insyaAllah tidak lebih luas dan tidak lebih kompleks dari wilayah kepemimpinan Zulkarnain. Maka gunakanlah petunjuk ini sebagi leadership manual terbaik Anda !
Kisah
Zulkarnain ini diceritakan oleh Allah dalam rangkain 16 ayat di surat
Al-Kahfi (Ayat 93 s/d ayat 99), sebagai jawaban atas pertanyaan kaum
musyrikin Mekah yang saat itu masih ragu atas kenabian Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Jawaban ini menurut Sayyid Abul Ala Maududi seolah ingin mengatakan kepada yang menanyakannya : “Wahai
para pemimpin Mekkah, - Anda harus belajar dari kepemimpinan
Zulkarnain. Meskipun dia adalah pemimpin yang agung, penakluk seluruh
negeri, memiliki segala kekuatan yang dibutuhkan untuk memimpin – tetapi
dia selalu berserah diri kepada Sang Maha Pencipta. Sedangkan Anda,
melawan (kebenaran) yang datang dariNya padahal Anda pemimpin yang tidak
seberapa dibandingkan Zulkarnain…”.
Ungkapan
Maududi tersebut relevan untuk kita-kita, pemimpin di tugas kita
masing-masing yang tidak seberapa ini, bahkan pemimpin negeri ini maupun
negeri terbesar di dunia saat inipun masih tergolong tidak seberapa
dibandingkan pencapian Zulkarnain yang menaklukkan barat dan timur !
Seperti apa kepemimpinan Zulkarnain yang diceritakan di Al-Qur’an tersebut ? Berikut detilnya.
Pertama
untuk bisa melaksanakan tugas kepemimpinan, dia harus memiliki segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk menjalankan kepemimpinan tersebut – bahasa
sekarangnya memiliki segala resources yang
dibutuhkan. Ini bisa ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
sarana- prasarana, kekuatan pasukan (team) dan segala hal lainnya yang
di Al-Qur’an disebut min kulli syai’.
Inilah yang diberikan Allah kepada Zulkarnain ( QS 18:84), dan juga
diberikan kepada pemimpin negeri lain yang diceritakan di Al-Qur’an
karena kesejahteraannya – yaitu Ratu Balqis (QS 27:23).
Ayat
tersebut seolah ingin memberitahu kita, jangan coba-coba ingin memimpin
bila kita tidak memiliki segala resources yang diperlukan (sababa)
untuk bisa terlaksananya tugas kepemimpinan itu.
Kedua, pemimpin menggunakan segala resources
yang dimilikinya tersebut untuk me-manage masyarakatnya yang paling
jauh sekalipun – baik di barat maupun di timur, artinya pemimpin harus
mengunjungi dan memahami setiap wilayahnya dan menegakkan keimanan dan
keadilan di seluruh wilayah.
Pemimpin harus menghukum orang-orang yang dhalim, dan sebaliknya juga memberi kemudahan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Keadilan harus bisa ditegakkan di seluruh wilayah.
Artinya
pemimpin harus benar-benar turun ke bawah dan tahu betul apa yang
dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya. Dalam kisah Zulkarnain ini
deceritakan dalam perjalanan dia ke ujung barat dan ujung timur wilayah
kekuasaannya (QS 18 :85-91).
Ketiga, pemimpin haruslah mampu berkomunikasi terbaik – dia harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat yang dipimpinnya seberapa sulit-pun mereka diajak komunikasi.
Perjalanan ketiga Zulkarnain adalah bertemu dengan masyarakat yang digambarkan
di Al-Qur’an sebagai hampir-hampir tidak bisa diajak bicara (QS 18:93),
tetapi kok Zulkarnain bisa berkomunikasi dengan mereka ? Itulah tugas
pemimpin, harus bisa berkomunikasi dengan yang dipimpinnya !
Keempat, pemimpin harus lebih pinter dari yang dipimpinnya dan dapat memberi lebih
dari yang diharapkan rakyatnya. Kebanyakan masyarakat pada umumnya
tidak tahu apa yang dimauinya, tetapi pemimpin harus lebih tahu dan bisa
memberi yang terbaik untuk rakyatnya.
Masyarakat
ketiga yang dikunjungi Zulkarnain hanya minta dibuatkan tembok (sadda)
untuk membentengi mereka dari Yakjuj dan Makjuz. Tetapi Zulkarnain tahu,
kalau hanya tembok biasa yang dibuat – pastilah tidak cukup untuk
membentengi mereka dari kejahatan Yakjuz dan Makjuz. Maka yang dibuatkan
oleh Zulkarnain untuk rakyatnya bukanlah tembok seperti permintaan
mereka, tetapi lebih baik dari itu yaitu tembok yang berlapis-lapis dari besi panas dan tembaga tuang yang sangat kokoh yang di A-Qur’an tidak lagi disebut sebagai sadda, disebutnya radma.
Kelima, sungguhpun rakyat tidak keberatan untuk memberi sesuatu kepada pemimpin – sesungguhnya pemimpin tidak memerlukan pemberian dari rakyatnya.
Diberi-pun pemimpin harus menolak, apalagi kalau sampai meminta upah
atas segala sesuatu yang dilakukannya – sama sekali tidak boleh. (QS
18:95)
Keenam, pemimpin harus bisa memotivasi dan mengajak rakyatnya untuk bekerja.
Tidak benar juga kalau hanya pemimpin yang bekerja, sementara yang
dipimpinnya bermalas-malasan. Ajak mereka untuk bekerja keras sesuai
dengan kemampuan mereka. Hal-hal yang paling sulit yang tidak bisa
dilakukan oleh kebanyakan rakyat, nanti tugas pemimpin tersebut untuk menyelesaikannya.
Dalam
kisah Zulkarnain, tugas mengumpulkan besi-besi sampai membakarnya
hingga menyala dilaksanakan oleh masyarakat yang dipimpinnya, tetapi
tugas yang perlu keahlian tinggi dalam melaksanakannya – yaitu menuang
tembaga mendidih dilakukan sendiri oleh Zulkarnain. (QS 18:96)
Ketujuh, pemimpin tidak boleh sombong. Sebesar apapun karyanya,
itu bukan karya dia sendiri – itu adalah Rakhmat Allah. Sebesar dan
sekuat apapun bangunan yang dibangunnya, bila Allah kehendaki bangunan
itu akan hancur luluh (QS 18:98).
Bangunan
yang dibuat oleh Zulkarnain bersama rakyat yang dipimpinnya adalah
tembok besi bercampur tembaga setinggi gunung dan selebar jarak dua
gunung, dan jangan tanya kekuatan dan ketahanannya – tembok tersebut
insyaAllah akan bertahan sampai menjelang hari kiamat tiba. Sekarang karya
apa yang dicapai pemimpin jaman ini – siapapun dia – yang sebanding
karya jaman Zulkarnain tersebut? jadi tidak ada yang perlu dibanggakan
sampai melupakan rakhmat Allah !
Maka
bila Anda bisa mengumpulkan unsur-unsur kepemimpinan seperti Zulkarnain
tersebut, insyaAllah karya-karya yang Agung akan dapat Anda hasilkan
dengan rakhmatNya tentu saja.
Kajian
kepemimpinan Zulkarnain ini adalah bagian dari kajian Ramadhan di
lingkungan Kuttab Al-Fatih pusat – di Depok, dibawah pimpinan Ustadz
Budi Ashari, Lc dan team. Lebih detil bila Anda ingin bergabung di
dalamnya dapat mend-download pamphlet-nya terlampir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar