Oleh: Muhaimin Iqbal
Sejak salah satu produk Startup Center (www.iGrow.asia) memenangi Startup Arena 2014 lalu sebagai startup terbaik, kami banyak menerima tamu dari kalangan investor, fund manager, venture capital dan wartawan dari sejumlah negara Amerika Utara dan Eropa. Yang menarik adalah adanya benang merah dari pembicaraan dengan tamu-tamu tersebut, bahwa adanya trend yang membuat mereka tertarik bicara dengan kami – trend ini adalah apa yang disebut impact investing. Apa sesungguhnya impact investing ini ?
Dasar
dari pemikirannya kurang lebih adalah apabila para pengambil keputusan
investasi di dunia, mengarahkan investasinya ke hal-hal yang baik – maka
dunia yang kita tinggali ini dengan sendirinya akan menjadi lebih baik.
Tetapi siapa para pengambil keputusan investasi ini ?
Para
pengambil keputusan investasi ini bisa saja ibu-ibu rumah tangga yang
mengelola sisa uang belanja dari suaminya, sampai konglomerasi dana
pension global yang konon nilai dananya tahun lalu telah mencapai US$
31.9 trillion atau sekitar 36 kali GDP Indonesia. Maka siapa saja yang
mengambil keputusan kearah mana dana dalam kelolaannya akan
diinvestasikan, dia juga ikut menentukan baik tidaknya dunia yang kita
tinggali itu kini hingga bergenerasi mendatang.
Tetapi
masalahnya adalah apakah kita bisa sepakat, investasi yang seperti apa
yang dikatakan akan berdampak baik itu ? Masing-masing pengambil
keputusan tentu memiliki pertimbangannya sendiri, tetapi secara umum
yang kami tangkap ada 6 kriteria yang disepakati – yang disebut 6E.
E
pertama adalah Economy, tidak dipungkiri lagi – diakui atau tidak
diakui, para pengambil keputusan investasi masih menggunakan
pertimbangan ekonomi sebagai penentu keputusan utamanya. Pertimbangan
ekonomi ini menyangkut return atau hasil dari investasinya, atau
peningkatan nilai (value reation) dari object investasinya.
E
kedua adalah Employment, karena terciptanya lapangan pekerjaan adalah
jalan untuk mengentaskan kemiskinan , menghadirkan stabilitas ekonomi,
keamanan dan kesejahteraan masyarakat luas – maka investasi yang kita
lakukan hendaknya ikut menciptakan lapangan kerja ini.
E
ketiga adalah Empowerment, pemberdayaan dalam arti luas. Meningkatkan
kapabilitas perusahaan/objek investasi kita, para stakeholdernya dan
masyarkat luas. Dengan investasi kita hendaknya segala sumber daya,
manusia, alam dan teknologi terkelola secara optimal.
E
keempat adalah Education atau meningkatnya kwalitas manusia pada
umumnya. Masalah dunia semakin rumit dan kompetitif, diperlukan
manusia-manusia yang semakin hari semakin berilmu untuk mampu berpacu
dengan masalah yang dihadapinya. Manusia harus tumbuh lebih cerdas dari
masalah yang dihadapinya, karena bila tidak maka manusia di dunia akan
terkubur oleh berbagai masalah yang dihadapinya seperti kemiskinan,
kelaparan, kerusakan sosial, dlsb.
E
kelima adalah Ethic, yaitu terkait dengan prinsip-prinsip moral yang
mengatur perilaku para pengambil keputusan investasi. Ethic kedudukannya
berada di atas benar atau salah. Yang salah pasti tidak sesuai ethic
tetapi yang benar juga belum tentu sesuai ethic.
Ketika
Anda menaruh uang di bank Anda misalnya, tahukah Anda kemana uang Anda
mengalir ? Dari sudut benar atau salah, maka Anda sudah benar menitipkan
uang Anda di bank yang Anda percayai. Tetapi ketika bank tersebut
kemudian menyalurkan dananya untuk para konglomerat yang menggusur tanah
rakyat dan mengambil pasarnya – maka investasi melalui bank Anda
menjadi tidak sesuai ethic.
E
keenam adalah Environment, kita hanya tinggal sangat sementara di dunia
yang sudah berusia milyaran tahun ini dan entah masih akan berapa
tahun/ribu/juta/milyar tahun lagi dunia akan exist. Bayangkan betapa
dhalimnya kita bila di usia yang sangat pendek ini kita merusak dunia
yang masih akan ditinggali oleh anak cucu kita beberapa generasi
mendatang.
Sebaliknya,
alangkah indahnya bila kita bisa mewariskan dunia yang lebih baik untuk
anak cucu kita nanti – lebih baik dari dunia yang kita warisi dari para
pendahulu kita. Maka investasi yang memperbaiki lingkungan inilah yang
seharusnya menjadi fokus kita.
Selain
enam E tersebut, bagi kita umat muslim – kriteria investasi itu juga
harus bebas dari Maisir, Gharar dan Riba atau yang sering disebut
MAGHRIB. Maisir adalah gambling atau untung-untungan, gharar adalah
mengandung unsur penipuan, dan Riba adalah sejumlah hasil atau tambahan
yang dipastikan di depan.
Lantas
mengapa proyek semacam iGrow bisa menjadi menarik bagi para pemodal dan
venture capital yang bergerak di impact investing ini ? Ya karena
parameter 6 E tersebut terpenuhi.
Dari
sisi economy para sponsor kami mendapatkan return lebih dari deposito
tau tabungan mereka. Dari sisi employment sangat banyak lapangan kerja
tercipta dari proyek-proyek iGrow, rata-rata ditimbulkan 4 lapangan
kerja untuk setiap hektar yang kami kelola. Maka semakin banyak kami
menanam, semakin banyak lapangan kerja yang tercipta.
Dari
sisi empowerment juga demikian, banyak tenaga kerja yang tadinya tidak
bisa bertani atau bercocok tanam secara benar – kini mereka menjadi
tenaga yang terampil. Banyak hasil bumi yang tadinya tidak terolah dan
terpasarkan dengan baik, kini menjadi komoditi-komoditi yang diminiati
pasar yang besar.
Dari
sisi education, bersamaan hadirnya iGrow – juga kami hadirkan Madrasah
Al-Filaha untuk mendidik tenaga-tenaga trampil pertanian. Yang sekaligus
juga terkait dengan masalah ethic, karena melalui didikan di Al-Filaha
inilah insyaAllah kita akan memakmurkan bumi tanpa merusaknya. Kami
tidak menggunakan pupuk-pupuk dan obat kimia yang merusak dalam
pertanian kami.
Dan
dari sisi environment – project iGrow menjadi semakin menarik dari
waktu ke waktu. Ketika penjurian di Startup Arena Asia yang mengantar
iGrow menjadi juara pertama, dewan juri rata-rata terkesan dengan
bagaimana system iGrow ini mampu memantau atau melacak serapan carbon
dari setiap tanaman yang ditanamnya. Bahkan setiap individu sponsor bisa
memantau berapa banyak dia berkontribusi terhadap serapan carbon ini
dari tanaman yang ditanamnya.
Kini concern lingkungan ini lebih teraktualisasi lagi ketika team R & D kami mulai bereksperimen dengan bioplastic dan tree-free paper
yang berasal dari tanaman terbaru yang saat ini kami gerakkan
menanamnya yaitu iGrow pisang yang sudah bisa diikuti para sponsor sejak
awal pekan ini.
Hasil
percobaan awal sungguh menggembirakan, bayangkan akan ada kertas yang
berasal dari tanaman yang dipanen setahun – yaitu tanaman pisang, bukan
kertas yang berasal dari kayu yang perlu ditanam 5 tahun minimal sebelum
diolah menjadi kertas.
Tanamannya-pun
bukan khusus untuk kertas, karena utamanya diambil buahnya tentu saja.
Batang pisang yang selama ini dibuang menjadi sampah saja telah cukup
untuk menggantikan kebutuhan kertas.
Maka
Anda para pengambil keputusan investasi untuk keluarga Anda, untuk
perusahaan Anda atau bahkan atas dana-dana yang dimanahkan ke Anda
pengelolaannya – pertimbangkanlah aspect impact investing dengan 6 E-nya
tersebut dan tentu saja juga harus bebas MAGHRIB, insyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar