Oleh: Muhaimin Iqbal
Di Al-Qur’an ada perintah spesifik untuk memperhatikan proses kematangan buah di pohon (QS 6:99). Yang tidak berhenti memikirkan hal-hal seperti ini (juga semua ciptaan Allah di langit dan di bumi) adalah para ahli yang menguasai inti dari segala persoalan atau ulil albab (QS 3:190), dan kepadanya dijanjikan hikmah atau kebaikan yang sangat banyak (QS 2:269). Maka berdasarkan perintah dan janji Allah ini, di sekitar kita sesungguhnya terbuka sebuah peluang yang sangat besar – dari hal yang nampak sepele oleh kebanyakan orang – yaitu untuk menjadi ahli kematangan buah !
Mengapa
buah-buah impor yang ada di toko-toko buah bergengsi , super market
besar dan lain sebagainya nampak begitu menarik – ya karena proses
pematangannya ditangani dengan baik. Sebaliknya buah-buah local kita
sering kalah dalam penampilan – karena belum adanya sentuhan teknologi
dalam proses penanganan pasca panennya.
Dan
inilah yang terjadi di pasar buah di seluruh dunia, mereka berusaha
tampil sebaik mungkin – karena tampilan ini yang menjadi daya tarik
pertama orang untuk membeli buah. Buah yang rasanya pas-pasan-pun bisa mengalahkan buah yang jauh lebih enak hanya karena faktor tampilan.
Karena
alasan ini pula membuat industri buah dunia bersaing dalam pengembangan
berbagai teknologi untuk penanganan pasca panen buah. Kalau kita bisa
unggul dalam perlombaan teknologi ini, maka buah-buahan dari negeri
inipun insyaAllah bisa mengusai pasar kita sendiri setidaknya, atau
bahkan juga harus bisa bersaing di pasar global.
Bagaimana
kita bisa membangun keunggulan dalam proses pasca panen buah ini ?
Jalannya sudah ditunjukkan olehNya, yaitu mulai dari memperhatikan
bagaimana buah itu menjadi masak di pohonnya.
“….Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah)
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS 6:99)
Dari penggalan ayat ini saja ternyata ilmu pengetahuan manusia tidak
habis-habis-nya meng-eksplorasi apa yang sesungguhnya terjadi ketika
buah itu masak. Setidaknya ada minimal 12 hal yang sudah diketahui ilmu
manusia sejauh ini, entah berapa hal lainnya yang belum diketahui. Di
antara yang sudah diketahui itu adalah sebagai berikut :
1. Bersamaan dengan matangnya buah, biji buah menjadi tua dan siap untuk ditanam kembali. Ketika buah masih muda, bijinya tidak bisa ditanam kembali.
2. Terjadi perbagai perubahan warna, warna hijau dari chlorophyll perlahan menghilang, muncul warna kuning, orange sampai merah dari carotenoids, dan bahkan pada buah tertentu bisa muncul warna biru dari anthocyanin.
3. Buah mengalami proses abscission seperti tangkai buah yang melemah dan kemudian buah bisa jatuh dengan sendirinya.
4. Perubahan tingkat pernafasan pada buah untuk memberikan energi pada proses perubahan lainnya.
5. Daging buah menjadi empuk dan mengeluarkan aroma menarik yang digerakkan oleh produksi ethylene yang meningkat.
6. Perubahan permiabilitas jaringan pada buah.
7. Perubahan pada dinding cell buah.
8. Perubahan komposisi karbohidrat, yang semula banyak pati berubah menjadi banyak gula.
9. Perubahan kandungan protein dari sisi kwantitas maupun kwalitas, pembentukan enzyme-enzym baru, dan perubahan DNA menjadi RNA.
10. Perubahan rasa, dari asem atau sepet menjadi manis.
11. Munculnya lapisan lilin di kulit buah pada umumnya.
12. Perubahan secara absolut maupun relatif pada kandungan asam-asam organik dalam buah.
Dari
tahu sebagian perubahan yang terjadi ketika buah masak saja, para
praktisi buah kemudian menerapkan gas ethylene atau karbit untuk
mematangkan buah. Para ahli di barat bahkan sudah menggunakan teknologi
genetic modification (GM) untuk mengkutak-katik proses pematangan buah –
yang ini saya kurang setuju karena bisa muncul dampak resiko yang kita
belum ketahui.
Orang-orang di negeri Saba’ – negeri yang dipuji Allah sebagai baldatun thoyyibatun warabbun ghafur – memanen buah cukup dengan cara ibu-ibu dan remaja putri berlarian dibawah pohon buah sambil menyunggi
wadah buah di atas kepalanya. Mereka bisa melakukan ini karena adanya
perubahan di no 3 tersebut di atas - buah akan jatuh sendiri pada
tingkat getaran tertentu, getaran wanita-wanita yang berlarian dibawah
pohon buah-pun cukup untuk memanen buah di negeri yang ecosystemnya
terjaga.
Bayangkan sekarang bila kita bisa memperhatikan apa-apa yang terjadi pada
saat buah masak tersebut di atas secara menyeluruh, insyaAllah akan
sangat besar peluang yang kita bisa peroleh di industri buah ini. Buah
bisa dipetik pada tingkat kematangan optimalnya, kemudian dengan
menangani atau mengendalikan salah satu dari 12 perubahan-perubahan
tersebut di atas atau kombinasinya –
maka buah tidak segera busuk. Bisa dikirim ke tempat yang jauh, dan
sampai ke konsumen pas lagi indah-indahnya tampilan dan lagi
enak-enaknya untuk dimakan – pada rentang waktu yang direncanakan.
Bayangkan
lebih jauh, negeri tropis yang kaya akan varietas buah-buahan ini akan
dapat menemukan kekuatan industri buahnya kembali - bila saja
masyarakatnya mau rame-rame mengamalkan perintahNya untuk memperhatikan
kematangan buah !
Mestinya
ini ilmu sederhana karena petunjukNya jelas, kita disuruh memperhatikan
buah-buahan tersebut ketika menjadi matang. Tentu pengertiannya tidak
hanya memperhatikan – dipentelengi tetapi terus tidak berbuat
apa-apa. Kita disuruh memperhatikan sampai kita paham yang tersurat
maupun yang tersirat dalam proses pematangan buah ini, kemudian berbuat
amal yang nyata berdasarkan kepahaman tersebut.
Ini
challenge bagi Anda para ahli Al-Qur’an yang ingin mengamalkan nyata
llmunya, juga bagi para ahli pasca panen buah-buahan yang ingin
mendasari ilmunya dengan Al-Qur’an untuk kemudian bersama-sama berbuat
membenarkan dan meninggikan kalimat-kalimatNya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Itulah antara lain bentuk hikmah itu, dan itulah kebaikan
yang sangat banyak.
Tentu
sangat banyak hikmah yang lain dari memperhatikan proses pematangan
buah ini, proses yang lebih complicated lagi adalah ketika kita
memperhatikan proses penuaan pada diri kita sendiri. Ibarat contoh buah
pisang tersebut diatas, masing-masing kita tahu sudah seperti apa warna
kita saat ini. Kita tahu setiap saat kita berubah warna menjadi lebih
tua, waktu untuk berbuat terus berkurang - maka disitulah kita harus
berjuang lebih keras lagi dan lebih keras lagi untuk melaksanakan amal
terbaik selagi kita bisa. InsyaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar