Oleh: Muhaimin Iqbal
Diam ternyata tidak selalu berarti emas, diam bahkan bisa berarti dusta. Kapan diam kita menjadi dusta ? salah satunya yaitu ketika kita tahu ada kelaparan di sekitar kita dan kita diam (QS 107:3). Sampai sekarang FAO masih memajang di head line country report untuk Indonesia, bahwa ada 60 juta orang “…go bed hungry every night…” di Asia Tenggara dan hampir sepertiganya di Indonesia. Untuk tidak menjadi pendusta-pendusta agama kita harus berbuat, dan untuk ini insyaAllah kini sudah tersedia sarananya di hunger.zone seperti yang saya janjikan di Ramadhan lalu.
Masalah
tuduhan pendusta agama ini adalah tuduhan yang sangat-sangat serius
karena yang menuduh adalah Dia Yang Maha Tahu – jadi tuduhannya pasti
benar. Bila kita tidak menganjurkan saja untuk memberi makan orang
miskin – tuduhan itu sudah berlaku untuk kita.
Maka inilah at least
yang harus kita lakukan , yaitu menganjurkan untuk memberi makan orang
miskin. Mudah kita ucapkan tetapi berapa banyak ini kita lakukan sudah ?
sedangkan di sekitar kita ada 19.4 juta orang lapar atau ada 1 orang
lapar dari setiap 13 orang dari kita.
Bila
tetangga dalam definisi Islam adalah 40 rumah ke depan-belakang-kanan
dan kiri atau total 160 rumah, maka rata-rata ada 12 rumah dalam lingkup
tetangga kita yang tidur malamnya dalam kondisi lapar. Tidakkah kita
ingin mengenali mereka ? Tetapi bagaimana melakukannya ?
Maka
di zaman teknologi ini, dimana setiap jengkal lahan bisa dipetakan oleh
mbah google – tentu kita bisa melakukan hal yang sama untuk memetakan
setiap adanya (potensi) kelaparan di sekitar kita.
Dengan melakukan hal yang sangat ringan, yaitu men-download aplikasinya di www.hunger.zone kemudian
menginstall di smartphone Android Anda (untuk yang pakai iPhone –
belakangan) - Dari sini Anda sudah bisa mulai ikut mendata kelaparan di
sekitar Anda setelah Anda register. Data yang Anda unggah akan bisa
dilihat oleh orang-orang lain yang ingin berbuat sesuatu untuk mengatasi
kelaparan ini.
Bila
satu dari 13 orang lapar, maka sesungguhnya ringan bagi 12 orang yang
kenyang untuk (sebagian) memikulnya agar tidak terjadi kelaparan ini.
Maka inilah yang harus bisa kita lakukan, yaitu mengatasi kelaparan yang
selama 70 tahun negeri ini Merdeka dan 7 presiden berganti –
kenyataannya masih menunjukkan 19.4 juta orang lapar tersebut.
Setelah data Anda terunggah, what next ? Di antara Anda dapat mengajukan ke kami (mailto :
ceo@waqf.id) untuk menjadi verifikator
dari data-data tersebut untuk wilayah masing-masing. Dengan adanya data
yang diverifikasi ini, maka insyaAllah data yang tersaji di hunger.zone
akan akurat. Data yang belum terverifikasi akan menujukkan titik merah
di peta, sedangkan data yang terverifikasi akan merubahnya menjadi
orange.
Siapa
yang akan bisa menggunakan data ini ? ya siapa saja yang ingin berbuat
untuk mengatasi kelaparan ini, yaitu siapa saja yang ingin melepaskan
diri dari tuduhan pendusta agama tersebut di atas.
Dengan
system ini Anda bersama tetangga atau jama’ah masjid Anda bisa
rame-rame mengatasi kelaparan di tetangga masjid dalam radius 160 rumah.
Tanpa harus takut overlap dengan gerakan masjid lain karena yang
disantuni masjid lain-pun akan muncul datanya.
Karena
suara Adzan dari satu masjid kini sudah overlap dengan suara adzan dari
Masjid lain, maka seharusnya sudah tidak ada lagi tentangga masjid yang
masih lapar. Demikian pula satu sekolah dengan sekolah lain, insyaAllah
akan kita mulai dari tetangga sekolah- sekolah kita. Tetangga jaringan
sekolah kuttab al-fatih tidak boleh ada yang lapar misalnya.
System
ini juga dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang rata-rata
memiliki dana CSR. Kini Anda bisa mengarahkan penggunaan dana CSR Anda
secara tepat sasaran dan tidak overlap dengan yang dilakukan oleh
perusahaan lain. Yaitu untuk mengatasi hal yang sangat urgent –
kelaparan !
Tetapi
bagimana kita tahu seseorang itu lapar atau tidak ? Kalau rata-rata
orang butuh energi 2,000 kcal setiap hari, maka yang konsumsinya kurang
dari ini sangat berpotensi lapar. Berapa harga energi 2,000
kcal ini ? pernah ada yang menghitung di Indonesia sekitar 25 mg emas –
mungkin tidak akurat, tetap setidaknya ini bisa jadi acuan untuk
deteksi dini adanya kelaparan di sekitar kita.
Jadi
matematikanya kurang lebih seperti ini : untuk tidak lapar, kita butuh
konsumsi seharga lebih dari 25 mg emas x 30 hari/bulan = 750 mg
emas/bulan. Konsumsi ini kurang lebih adalah 1/3 dari kebutuhan
(selebihnya untuk rumah, pakian, pengobatan dlsb). Maka dibutuhkan daya
beli setara dengan 2,250 mg atau 2.25 gram emas per orang per bulan.
Dari
sini kita akan lebih mudah mendeteksi adanya potensi kelaparan dari
waktu ke waktu di sekitar kita. Misalnya kita tahu ada suami istri
tetangga kita yang memiliki 2 anak. Maka untuk 4 orang ini kurang lebih
dibutuhkan 4 x 2.25 gram atau 9 gram per bulan untuk tidak lapar. Dengan
harga emas sekarang di kisaran Rp 500,000/gram, maka satu keluarga
dengan 4 anggota tersebut membutuhkan daya beli sekitar Rp 4.5 juta.
Tentu ini estimasi rata-rata, bisa lebih murah di desa-desa yang banyak kebutuhannya tidak perlu beli. Bisa menjadi jauh lebih mahal bagi masyarakat perkotaan yang untuk mendapatkan air bersih-pun harus membeli.
Setelah
diidentifikasi (I=Identification) melalui data-data yang Anda submit,
kemudian di verifikasi (V=Verification) oleh sebagian Anda yang mau
menjadi sukarelawannya sebagai verifikator – maka data kelaparan ini
bisa menjadi acuan untuk solusi pengatasannya (O=Overcome). IVO inilah
inti dari system yang dikembangkan secara bertahap di hunger.zone.
Mengatasi
kelaparan tentu tidak hanya sekedar menyantuninya dari hari ke hari.
Bagi janda-janda yang sudah tua misalnya, yang tidak mungkin
diberdayakan lagi – maka santunan memang tetap menjadi cara yang harus
dilakukan.
Tetapi
bagi yang berpotensi untuk diberdayakan – maka inilah kesempatan
penyaluran dana-dana CSR untuk bisa efektif. Yang mau bertani, bisa kita
ajari untuk menjadi petani yang tangguh. Yang mau berdagang bisa kita
ajari berdagang. Wanita-wanita yang ingin memiliki ketrampilan bisa kita
ajari ketrampilannya dst.
Lantas
apa program ini tidak overlap dengan program pemerintah ? Bisa jadi
memang sebagiannya overlap. Pemerintah tentu memiliki tanggung jawab
yang harus dilakukannya, tetapi pemerintah dari pusat sampai daerah
nampaknya cenderung malu untuk mengakui bila ada warganya yang lapar –
buktinya tidak ada yang membahas tampilan halaman utama country
report-nya FAO tersebut di atas.
Tetapi
lebih dari itu, yang dituduh Allah sebagi pendusta agama kan kita-kita
ini bila kita tidak berbuat minimal menganjurkan untuk memberi makan
bagi orang miskin. Maka inilah yang harus mulai kita lakukan, kami dan
team bekerja keras untuk menyiapkan systemnya sejak Ramadhan lalu –
kemudian mewakafkannya berupa aplikasi yang bisa diunduh dan digunakan
oleh siapa saja termasuk Anda semua yang tidak ingin berdusta terhadap
agama.
Mudah-mudahan
dengan ini Dia menjadi ridlo, dan memasukkan kita semua ke golongan
kanan sebagaimana janjiNya untuk orang-orang yang mau menempuh jalan
yang mendaki lagi sukar, memberi makan di hari kelaparan (QS 90:11-18). Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar