Oleh: Muhaimin Iqbal
Dalam perlombaan mendandani pengelolaan sumberdaya alam dunia, Uni Eropa sebenarnya paling siap karena sejak lima enam tahun lalu mereka sudah memiliki visi bioeconomy 2030. Namun karena krisis ekonomi yang berkepanjangan di wilayah itu, kecil kemungkinannya mereka akan memimpin dunia dalam bidang ini. Lantas siapa yang sebenarnya layak memimpin dunia di bidang bioeconomy ini ? pertama tentu adalah negeri yang memiliki bio resources besar seperti Indonesia. Tetapi yang lebih dibutuhkan dari sekedar resources fisik dari alam, sesungguhnya yang sangat dibutuhkan adalah manusia-manusia unggul yang disebut ulil albab.
Apa
sesungguhnya bioeconomy ini ? secara ringkas bioeconomy adalah
pengelolaan yang berkelanjutan dari produksi dan konversi biomassa
(biological materials nabati maupun hewani) untuk pemenuhan kebutuhan
pangan (food), pakaian (fiber), energi (fuel) dan berbagai F-F lain yang
akan saya jelaskan di tulisan ini.
Mengapa
dunia sekarang setidaknya ingin menuju bioeconomy ini ? karena adanya
kesadaran bahwa pengelolaan ekonomi dunia sampai detik ini dipandang
tidak sustainable – tidak berkelanjutan. Ketergantungan pada fosil fuel
dan produk-produk turunannya dipandang akan segera berakhir, dan yang
dipandang sustainable adalah segala sesuatu yang selalu bisa diperbarui
(renewable) – itulah segala sesuatu yang terkait dengan tanaman dan
binatang.
Masalahnya
adalah ketika manusia hanya mengandalkan ilmunya semata, apalagi bila
diiringi dengan kepentingan kelompok/golongan/bangsa – maka solusi yang
dipandangnya ideal – bisa jadi malah menimbulkan masalah yang lebih
besar bagi belahan dunia atau kepentingan lainnya.
Dengan
dukungan tiga pilarnya Uni Eropa untuk bioeconomy yaitu kesiapan
masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan dan keunggulan industry nya –
pun mereka masih bingung mana-mana biomassa yang tetap digunakan untuk
pangan, mana yang digunakan untuk bahan bakar, dan mana untuk material
dlsb.
Maka kitalah yang harus bisa memimpin ekonomi di dunia di era bioeconomy kedepan ! Bioeconomy
adalah keniscayaan karena biomassa adalah renewable resources paling
lengkap dan melimpah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi
pemanfaatannya harus memperhatikan keseimbangan di alam, maka itulah
kepada kita diperintahkan untuk menjaga dan menegakkan keseimbangan (QS
55 :8-9).
Ada
petunjuk yang sangat jelas dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam tentang keunggulan atau kepemimpinan umat ini.
Dalam
suatu riwayat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditantang untuk
menunjukkan mu’jizatnya oleh sekelompok orang musrik, mereka berkata : “Seluruh
nabi datang dengan membawa tanda-tanda (mu’jizat) bersamanya, nabi Musa
dengan tangannya yang bisa bercahaya, nabi Isa bisa mengobati penyakit
buta dan lepra. Tunjukkan kepada kami tanda-tanda yang Anda bawa sebagai
bukti kenabianmu ?”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasalam menjawab, “Saya membawa ini”. Kemudian beliau membacakan Surat Ali Imran ayat 190-195.
Yang
menarik adalah seluruh Al-Qur’an sesungguhnya adalah mu’jizat Nabi,
tetapi mengapa beliau secara spesifik membacakan ayat-ayat tersebut
dihadapan orang musrikin yang men-challenge kenabian beliau ? Hanya
Allah dan rasulNya yang tahu alasannya.
Tetapi
hikmah yang bisa kita petik adalah, bahwa hanya dengan beberapa ayat
ini saja – umat ini sesungguhnya sudah akan bisa mengungguli umat-umat
yang lain – termasuk dalam bidang yang kita bahas ini yaitu bioeconomy.
Apalagi bila seluruh isi Al-Qur’an dipahami dan diamalkan !
Kenyataannya
kok sekarang kita belum unggul dimana-mana ? ya karena kita sekarang
belum memenuhi syarat-syarat keunggulan yang juga diuraikan di ayat-ayat
tersebut. Perhatikan misalnya di dua ayat pertamanya yang terjemahannya
sebagai berikut :
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi ulil albab, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS 3 :190-191)
Jadi
untuk unggul dalam memecahkan berbagai masalah dunia, dibutuhkan para
ulil albab ini. Siapa mereka ? mereka adalah orang-orang yang menguasai inti dari setiap persoalan, yaitu mereka yang tidak pernah berhenti mengingat Allah sambil terus memikirkan seluruh ciptaanNya.
Maka
disinilah kunci keunggulan itu – karena mu’jizat adalah sesuatu yang
sangat unggul untuk menaklukkan obsesi apapun dari umat pada jamannya
masing-masing – yaitu bila kita tidak pernah berhenti mengingatNya dan
terus memikirkan ciptaanNya.
Orang-orang seperti inilah yang oleh Allah di ayat lain juga dijanjikan untuk diberikan kebaikan yang banyak : “Allah
menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As
Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang
dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang
banyak. Dan hanya para ulul albab yang dapat mengambil pelajaran.” (QS 2:269).
Nah
sekarang bagaimana aplikasinya di dunia bioeconomy tersebut ? Bila kita
terus mengingat Allah dan memikirkan ciptaanNya – kita akan sampai pada
pemahaman yang sesungguhnya bahwa tidak ada ciptaanNya yang sia-sia :
Kita
tidak akan tersesat untuk memilih mana yang digunakan sebagai makanan,
bahan bakar, pakaian dlsb. Bahkan lebih dari itu Allah memberi petunjuk
bahan baku atau sumber dari setiap pemenuhan kebutuhan kita. Bila dalam
bioeconomy versi negara-negara Eropa misalnya mereka baru fokus pada 3 F
(Food, Fuel and Fiber), kalangan ilmuwannya sampai 5 F ( Food, Fuel,
Fiber, Fodder and Feedstock) – di Al-Qur’an bahkan saya temukan
setidaknya 2 F lain yang luput dari fokus mereka yaitu Fertilizer
(pupuk) dan Favor (Kebaikan).
Ada ayat-ayat untuk Fuel atau bahan bakar – seperti di surat 24; 36 dan 56. Ada ayat –ayat tentang berbagai jenis Fiber
dari binatang di surat 16 dan 18. Ada sejumlah ayat tentang Fodder atau
pakan ternak seperti di surat 16, 79 dan 80. Ada ayat yang secara jelas
membahas masalah Feedstock atau bahan-bahan (material )untuk rumah dlsb
yaitu di surat 16.
Untuk
Fertilizer (pupuk tanaman) ada diberi petunjuk detil sumbernya dari
tanaman (QS 36:33) maupun dari hewan (QS 16:10-11). Dan tentu saja
diantara sumber-sumber biomassa itu ada yang tidak perlu dipanen-pun
sudah mendatangkan kebaikan yang banyak - inilah F terakhir yaitu Favor – yaitu kebaikan yang sangat banyak terkait dengan biomassa.
Ada
tanaman dan juga hewan yang manusia bisa menikmatinya meskipun tanpa
memanen/memotongnya (QS 3:14 ; 66:6 ; 27:60), belum lagi berbagai
kebaikan yang sangat banyak terkait dengan keberadaan tanaman dan hewan
(yang dibutuhkan kotorannya untuk menyuburkan tanaman) untuk
kontinyuitas ketersediaan udara bersih, mata air, dan suhu udara yang
nyaman untuk manusia.
Dibutuhkan
orang-orang yang menguasi inti setiap persoalan – para ulil albab –
untuk bisa memahami ada yang salah dalam system ekonomi dunia modern
sekarang, termasuk yang mereka gagas tentang bioeconomy menurut versi
mereka. Saya ambil contoh kasus tentang satu kebutuhan rumah saja
misalnya.
Bahwa
membangun rumah dengan mengandalkan semen seperti yang dilakukan
manusia jaman ini - itu tidak sustainable. Mengapa ? Sekarang sudah
begitu banyak gunung yang habis dipapras untuk diambil sebagai bahan
baku semennya. Lantas bahan bangunan apa yang terisisa untuk anak cucu
kita ? Selagi masih ada-pun masyarakat yang jauh dari Pabrik semen akan
membayar biaya rumah yang jauh lebih mahal – seperti masyarakat yang ada
di pedalaman papua misalnya.
Bahwa
bila bahan bangunan itu mengandalkan hasil tambang seperti besi, baja,
hasil samping minyak (resin untuk fiber dlsb) – itu juga tidak
sustainable. Betapa banyak manusia abad terakhir menguras
tambang-tambang tersebut, apa masih akan tersisa untuk anak cucu kita ?
Membangun
rumah dari kayu-pun bisa tidak sustainable, mengapa ? Umumnya
dibutuhkan kayu-kayu yang usianya sangat panjang untuk bahan bangunan.
Maka untuk menumbuhkan kayu-kayu ini, sumber daya alam (bumi dan air) di
suatu daerah terkunci untuk memenuhi satu kebutuhan ini saja untuk masa
yang sangat panjang.
Secara
khusus saya melakukan pengamatan ini di sejumlah daerah yang tanahnya
dipakai menanam jati dalam jumlah besar. Di daerah-daerah jati seperti
ini, ada kecenderungan masyarakatnya berpenghasilan rendah. Mengapa ?
Biasanya mereka menanam jati untuk dipanen generasi cucu. Lantas dia dan
anaknya hidup dari mana ? disinilah masalahnya – tanaman-tanaman jangka
panjang tersebut berdampak buruk bagi cashflow penanamnya.
Lantas
kita apa tidak perlu memiliki tanaman-tanaman jangka panjang seperti
jati ini ? menurut saya sendiri tidak masalah untuk tetap ditanam –
tetapi jangan di daerah yang membutuhkan lahannya untuk tanaman-tanaman
pangan atau tanaman-tanaman lain yang bisa memberikan perputaran
cash-flow yang lebih cepat bagi masyarakatnya – untuk memenuhi kebutuhan
yang lebih mendesak.
Kalau
bukan dari semen, bukan hasil tambang dan bukan pula mengandalkan kayu –
dari bahan apa bangunan kita yang sustainable ? Inilalah sesungguhnya
pekerjaan para ulil albab untuk memikirkannya. Bahan apa yang diciptakan
Allah untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang satu ini tetapi tidak
mengorbankan kebutuhan yang lain ?
Maka
manusia dengan segala macam ilmu dan teknologinya, bila bisa membuat
rumah dari bahan yang sama – insyaAllah bahannya melimpah di sekitar
kita. Kita bisa memilih lignosellulose yang tidak perlu tahunan untuk
memanennya sehingga bahan rumah dapat diproduksi secara cepat dan
sustainable – salah satunya dari pohon pisang karena bisa bersinergi
langsung dengan pemenuhan kebutuhan pangan.
Yang
secara spesifik ditunjukkan oleh Allah juga adalah rumah dari kulit
binatang (QS 16:80), mungkin tidak masuk akal di benak kita sekarang.
Tetapi coba dipikirkan sekali lagi secara lebih mendalam, akan nampak
jelas bahwa inilah salah satu bahan rumah yang sustainable itu.
Ketika
manusia pingin makmur, bisa makan secara cukup – kita disuruh
menggembala (QS 16:10). Dengan melakukan ini maka kita akan memperoleh
banyak buah-buahan (karena dipupuk oleh kotoran ternak yang
digembalakan) dan tentu juga banyak daging dan kulit. Buah-buahan-pun
akan mengundang hadir dan tumbuhnya lebah untuk penyerbukan.
Jadi
seiring dengan bertambah makmurnya manusia, bintang yang digembalakan
akan semakin banyak (sehingga tidak rebutan dengan makanan manusia) รจ
menghasilkan daging dan kulit juga lebih banyak, pohon-pohon akan
menghasikan buah yang lebih banyak, lebih banyak lagi menumbuhkan koloni
lebah, madu lebih banyak demikian pula hasil samping lebah seperti
beeswax. Bersama-sama dengan kulit binatang tersebut, beeswax ini akan
menjadi bahan baku dari komponen rumah-rumah dan perabot masa depan yang
sustainable.
Artinya
ada peluang tidak terbatas diluar sana terkait dengan bioeconomy yang
didasari petunjuk itu, kita hanya perlu terus mengingatNya sambil terus
memikirkan ciptaanNya – yang dengan itu mudah-mudahan Dia menurunkan
hikmah untuk kita – yaitu kebaikan yang sangat banyak yang memang sangat
kita butuhkan saat ini dan nanti. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar