Oleh: Muhaimin Iqbal
Menurut laporan McKinsey beberapa tahun lalu, Indonesia butuh meningkatkan produktifitas setiap individu skilled-labor-nya hingga 60 % dan meningkatkan jumlahnya hingga lebih dari 100% - bila ingin menggapai potensinya menjadi kekuatan ekonomi nomor 7 terbesar di dunia. Saya melihat ada peluang lain untuk mencapai dua target itu sekaligus melalui cara yang tidak konvensional, bahkan lebih dari itupun insyaAllah bisa. Dengan apa ? Dengan melatih kesabaran ! Kok bisa ?
Pasti
bisa karena ini dijanjikan oleh Allah, orang yang sedikit bisa
mengalahkan yang banyak (QS 2:249), yang kecil mengalahkan yang besar
(QS 2:250-251), satu orang bisa memiliki kekuatan 10 orang (QS 8:65)
atau minimal satu orang berkekuatan dua orang (QS 8:66) – ini semua kata
kuncinya adalah sabar.
Sabar
tidak identik dengan nrimo, sabar adalah teguh pendirian dalam berjuang
dan bertahan dalam kebenaran. Ada sekitar 100-an ayat-ayat Al-Qur’an
tentang sabar ini, diantaranya ada yang disandingan dengan keunggulan
atau kekuatan seperti dalam ayat-ayat tersebut di atas.
Ada
yang disandingkan dengan syukur, ada yang disandingkan dengan kasih
sayang , kejujuran, keyakinan, ketaatan, kebenaran, ketakwaan, amal
shaleh dan berbagai kebaikan lainnya.
Hasil
dari sabar bukan hanya untuk kehidupan di dunia, orang yang sabar dan
beramal shaleh juga dijanjikan ampunan dan pahala yang besar di akhirat
(QS 11: 11).
Bila
sabar identik dengan seluruh kebaikan tersebut di atas, sebaliknya
hilangnya kesabaran adalah sumber petaka yang ada di jaman modern ini.
Sabar nampaknya telah pergi dari masyarakat kita sehingga kebaikan-pun
pergi bersamanya.
Sabar
pergi dari pemerintahan, karenanya pemerintah tidak menggunakan
ayat-ayatNya dalam memimpin negeri (QS 32:24). Sabar pergi dari system
hukum kita sehingga kebenaran menjadi barang yang langka. Sabar-pun
pergi dari kalangan pegawai dan pekerja sehingga produktifitas dan daya
saing kita menjadi lemah.
Pertanyaannya
adalah lantas bagaimana kita bisa memanggil kembali agar sabar hadir
bersama kita ? Bisa jadi subject sabar inilah yang harus masuk di setiap
kurikulum pendidikan sejak dini hingga kita mati. Berlatih sabar harus
masuk kurikulum pelatihan pegawai sipil maupun swasta agar mereka meningkat produktifitasnya.
Pelatihan
sabar harus masuk kurikulum pelatihan militer agar mereka unggul di
medan peperangan. Sabar bahkan harus menjadi kurikulum inti di setiap
pelatihan kepemimpinan – karena hanya dengan sabar inilah seorang
pemimpin akan bisa memimpin dengan ayat-ayatNya.
Lantas siapakah para pelatih bidang kesabaran ini ? inilah yang saat ini sedang kita cari. Di project SkillsWhiz
nantinya akan dibutuhkan pelatih soft skill untuk kesabaran ini, Anda
yang yakin bisa melatih kesabaran ini dapat mulai melayangkan idenya ke
kami.
Yang
kami bayangkan adalah bila kita bisa menebarkan soft skills berupa
kesabaran secara terstruktur, sistematis dan massive – maka bangsa ini
akan menjadi bangsa yang unggul karena kekuatan pada setiap pribadinya
setara dengan minimal dua orang lain di luar sana. Kita bahkan akan bisa
mengalahkan siapapun pada bidang apapun yang sudah jauh lebih besar
dari kita sekarang. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar