Oleh: Muhaimin Iqbal
Ada yang aneh di lapangan terbang Bangkok ketika saya baru-baru ini diundang untuk menjadi pembicara di conference mereka. Diantara yang menyambut saya dari Tourism Information mereka adalah wanita berjilbab, dan dari lapangan terbang sampai ke tempat conference – di kiri jalan tol setidaknya saya melihat dua masjid yang menonjol ! Ada apa di Thailand ? Tidak ada apa-apa, mereka hanya melihat pasar yang tumbuh pesat – yaitu pasar yang disebut Halal Tourism Industry. Thailand yang rajanya industri pariwisata di region ini, tidak mau ketinggalan dari negeri jirannya yang mayoritas muslim seperti Indonesia, Malaysia dan Brunei !
Bukan
hanya Thailand sebenarnya yang mengincar penduduk muslim dunia yang
mulai meramaikan pasar pariwisata ini. Di Inggris tempat-tempat penting
seperti Heathrow Airport, Manchester Airport, Trafford Center dlsb,
semuanya secara jelas
memberikan fasilitas sholat bagi Muslim yang mengunjungi negeri itu.
Bukan hanya lapangan terbangnya, jaringan makanan cepat saji mereka
seperti Subway, KFC dan Nando mulai menampilkan pilihan makanan halal di
daftar menu mereka.
Di
Jepang hal yang sama sedang terjadi, selain lapangan-lapangan terbang
mereka mulai menyediakan tempat sholat – juga jaringan restaurant mulai
menyediakan menu makanan halal. Adapun Thailand yang saya sebut pertama
di tulisan ini, bahkan Thailand Tourism Authority-nya sampai membuat
aplikasi halal agar Thailand lebih Muslim Friendly – kata mereka.
Tidak
hanya pada tataran terapan di lapangan, wacana dan pemikiran-pun mulai
ramai diperbincangkan di event-event global seperti Halal Tourism
Conference (Spanyol, 2014), World Halal Summit (Kuala Lumpur 2015),
World Halal and Tourism Summit (Abu Dhabi, 2015), Halal Tourism Congress
(Eindhoven, 2016) dan masih banyak lagi event sejenis tingkat global
maupun regional.
Di
Indonesia sendiri, selain Kementrian Pariwisata yang telah menetapkan
destinasi wisata halal untuk tiga provinsi yaitu Aceh, Sumatra Barat dan
Nusa Tenggara Barat – juga berbagai ajang penghargaan mulai digagas. Di
antaranya adalah destinasi wisata halal terbaik, hotel keluarga ramah
wisatawan keluarga muslim, destinasi budaya ramah keluarga muslim,
resort pantai ramah wisatawan muslim, sampai operator haji dan umroh
terbaik.
Terlepas
dari maraknya dunia menggarap pasar wisata muslim ini untuk tujuan
komersial semata, saya melihat paling tidak ada sisi positif atas
recognition dunia – bahwa ada kebutuhan yang specific bagi masyarakat muslim ini – yaitu apa yang disebut halal !
Lantas siapa yang seharusnya lebih tahu konsep halal ini dan
lebih memperhatikannya ? ya kitalah masyarakat muslim sendiri yang
seharusnya lebih tahu konsep halal ini dari pada umat yang lain. Berbeda
dengan umat lain yang menggarap ‘halal’ sebagai pasar semata, kita
mestinya lebih serius menggarap yang halal ini karena ini adalah
kebutuhan.
Kita
memang berbeda dalam banyak hal. Makanan kita harus halal, transaksi
keuangan kita harus halal – bebas riba, pakaian kita harus halal –
menutup aurat, pasar kita harus halal – bebas dari monopoli dan kartel, aktivitas kita harus halal - terbebas
dari aktivitas yang sia-sia atau laghwi, dan akan sangat panjang lagi
daftar yang perlu di-halal-kan atau dibuat standar halalnya ini.
Dari
mana kita belajar tentang halal ini ? tentu bukan dari
konferensi-konferensi Halal Tourism di tingkat dunia sekalipun, kita
harus belajar kembali ke yang halal berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan
Hadits. Apakah dengan berpegang pada Al-Qur’an dan Hadits kita akan bisa
memenangkan pasar halal dunia ? InsyaAllah bisa, karena di dalam
Al-Qur’an banyak sekali keindahan yang bisa dijadikan objek wisata
tersendiri.
Bahkan
wedus gembel atau domba pun bisa menjadi objek wisata, karena
keindahannya ketika pulang kembali ke kandang dan ketika pagi dilepas
untuk merumput (QS 16:6), bumi yang gersang bisa tiba-tiba menjadi objek
wisata yang menarik setelah bumi itu dibuat hidup dan menumbuhkan
berbagai macam tanaman yang indah (QS 22:5).
Ada
pula hadits yang bisa menjadi rujukan wisata menarik, yaitu ‘objek
wisata’ apa yang kiranya paling layak untuk mendapatkan label halal !
perhatikan hadits berikut contohnya :
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Segala
sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan
perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara),
yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah,
dan mengajarkan renang.” (HR. An-Nasa’i).
Maka
kalau umat ini ingin menggarap sendiri objek wisatanya – bukan digarap
oleh orang lain yang menjadikan kita hanya pasarnya semata – mestinya
mulai dari Al-Qur’an dan hadits seperti pada contoh-contoh di atas.
Tentu harus dibumikan sedemikian rupa professional, menarik, dan modern
tanpa harus ada yang keluar dari rambu-rambu dari syariat kita.
Ketika
istilah Halal Tourism ini digarap orang lain, dampaknya sungguh tidak
terbayangkan oleh kita. Pada sebuah konferensi tingkat dunia yang saya
diundang hadir tahun lalu, bahkan saya mendapatkan award di event
tersebut – Global Islamic Economic Summit, salah satu event Halal
Tourism di negeri teluk ini nampak sekali dia karya umat lain – bukan
karya umat ini.
Kok
saya berkesimpulan demikian ? Saya menemukan sejumlah ironi. Mulai
panitia pendaftarannya yang tidak ada yang memakai jilbab – jadi bisa
tebak siapa mereka yang tidak berjilbab di negeri teluk ini ? kemudian
musholla di convention centernya amat sangat terlalu kecil dibandingkan
pengunjungnya – dan anehnya ini cukup – lha wong tidak banyak peserta
yang sholat ! dan lebih mengerikan lagi adalah apa yang mereka sajikan
di acara hiburan malamnya.
Tidak
seburuk ini memang lokasi-lokasi tujuan wisata halal kita di tanah air,
yang jelas makanan halal sudah menjadi standard, pramuwisata yang
berpakain muslimah juga mulai banyak – ini yang coba ditiru dengan susah
payah oleh Thailand Tourism Authority di awal tulisan tersebut di atas.
Tetapi peluang menyempurnakannya di kita juga tidak kalah banyaknya.
Ambil
contoh saja misalnya dalam hal kolam renang – yang rata-rata menjadi
standard fasilitas di hotel-hotel tujuan wisata. Hampir keseluruhannya
masih merupakan kolam renang umum yang dipakai rame-rame laki-laki dan
perempuan. Maka memperbaiki pengelolaan kolam renang agar sesuai
tuntunan tentang aurat di surat 24 :31 saja sudah akan mendekatkan satu langkah lagi ke Halal Tourism yang lebih pantas menyandang namanya.
Ibarat
Industri Wisata Halal itu masih seperti hutan belantara, kita harus
bisa mulai mengesksplorasi dan melihat satu persatu tanaman dan binatang
yang mestinya ada di sana dan yang mestinya tidak ada di sana. Dan yang
bisa melihat ini mestinya muslim, bukan yang lain – karena hanya kita
yang tahu halal dan haram itu.
Salah
satu ‘pohon di hutan belantara’ Halal Tourism tersebut di atas yang
sedang kami lihat, teliti, dalami dan mulai exercise di startup center
adalah kebutuhan akan adanya kolam renang yang halal atau bahasa anak
gaulnya startup adalah HalalPool.Com ! Yang akan langsung menimbulkan
pertanyaan - memangnya kolam renang perlu yang halal ? apa yang lain
haram ? Kita akan tahu jawabannya kalau sudah ngaji di surat An-Nur : 31
tersebut di atas.
Kalau
kita ubek-ubek di satu ayat ini saja, kemudian kita hadir memberi
solusi bagi industri wisata halal – bisa dibayangkan peluangnya !
Tiba-tiba ada satu segmen di Halal Tourism yang perlu standard baru dan
kitalah yang harusnya setting the standard itu – yaitu standard fisik
bangunan maupun SOP dari kolam renang yang kita sebut Halal Pool
tersebut.
Bayangkan
peluang berikutnya, ketika negeri-negeri yang saya sebut di atas
seperti Thailand, Jepang, Inggris dlsb. nantinya perlu belajar tentang
design dan SOP kolam renang yang memenuhi standard halal dari kita
ketika mereka menggarap Halal Tourism-nya lebih jauh – bukankan ini
peluang export besar di bidang services bagi kita ? Tidak perlu membabat
hutan dan menggali tambang untuk memperoleh devisa ber-milyar dollar,
cukup mendalami dan mengimplementasikan satu ayat !
Betul
ini peluang besar di dunia bisnis, karakter startup adalah mencari
peluang-peluang besar seperti ini – dan HalalPool.Com insyaAllah bisa
saja menjadi startup hebat nantinya. Tetapi halal bagi kita bukan hanya
peluang pasar yang harus digarap, bukan hanya lifestyle yang perlu
dipopulerkan, lebih dari itu halal adalah kebutuhan hakiki kita. Siapa
lagi yang pantas menjawab dan memenuhi kebutuhan kita ini selain kita
sendiri ?
Bila
kita garap rame-rame ini akan bener-bener menjadi peluang kita lebih
dari yang lain, dan kita mestinya sangat mampu untuk menggarap segmen
kebutuhan yang belum banyak dilirik orang lain tersebut. Bila Anda dapat
melihat peluang yang sama, punya lokasi yang menarik di berbagai kota
di Indonesia dan tertarik untuk menjadikannya Halal Pool, Anda dapat
menghubungi kami untuk melihat contoh fisik, SOP sampai financial
business model-nya yang juga sudah mulai kami kembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar