Oleh: Muhaimin Iqbal
Beberapa hari berada dan bergaul dengan begitu banyak innovator di dunia energy masa depan dalam arena World Future Energy Summit, saya berusaha merangkai seperti apa kiranya dunia masa depan dengan segala temuan –temuan tersebut. Ini menjadi semacam cerita science fiction yang sudah bukan lagi fiction karena semua technology-nya sudah ada. Faktor pemungkinnya atau enabling factor-nya pun sudah ada, maka chance untuk diterapkannya technology-technology tersebut menjadi sangat besar. Maka inilah Live in Future yang saya bayangkan.
Awalnya
adalah energy murah, dengan energy yang murah hal-hal yang sebelumnya
tidak ekonomis dilakukan menjadi eknomis. Salah satu ruangan di rumah
kita bisa menjadi sentra produksi makanan kita sendiri dengan
pengendalian micro climate-nya , sehingga cita-cita kita untuk growing anything anywhere menjadi bukan lagi mimpi.
Dengan
energy yang murah kita bisa memecah partikel-partikel tanah lempung
menjadi seukuran nano, dan karena sangat kecilnya partikel ini sehingga
ketika disemprotkan ke pasir-pun dia bisa membungkus setiap butiran
pasir menjadi tanah yang subur. Apa dampaknya ?
Padang
pasir yang gersang berabad-abad kembali bisa ditanami dan disuburkan.
Bahkan sebuah perusahaan Norwegia sudah memberikan layanan Desert
Control dengan teknologi yang dia sebut Liquid Nano Clay ini, dan sudah pula mencobakan teknologinya di sejumlah wilayah di jazirah Arab.
Berbagai
energy yang murah sudah bisa diperoleh dengan berbagai cara, sebuah
perusahaan panel surya di Abu Dhabi menyatakan dirinya akan mampu
bersaing dengan penyedia energy dimanapun berada. Cost energy production
mereka kurang lebih hanya sepertiga dari rata-rata cost energy kita.
Perusahaan
lain dari Inggris bersaing di energy murah yang berasal dari gelombang
di lautan. Setiap gerakan air kearah manapun bisa dipetik energy-nya,
‘pelampung’ yang dibuatnya menghasilkan energy – padahal laut tidak
pernah diam ! Jadi pelampung ini terus menghasilkan energy 24/7/365.
Perusahaan
lain yang merupakan bagian dari konglomerasi besar di negeri Teluk,
mengincar sumber energy biomassa di Indonesia. Mereka heran mengapa kita
belum juga menjadi leader di bidang ini dengan begitu banyak biomassa
yang bisa kita hasilkan, mereka siap men-support industri apapun yang
memerlukan independent energy secara off-grid di negeri ini dengan
menggunakan biomassa ini.
Bila
kita saat ini masih sering dikejutkan dengan kenaikan harga listrik,
harga BBM dan juga gas, bila para pemain industri diliputi ketidak
pastian ongkos produksinya karena biaya energy yang bisa naik secara
berkala terus menerus, bila selama ini tidak ada opsi lain selain
membeli dari supplier energy yang hanya segelintir itu saja - maka ini
semua akan segera berubah. Kita harus mau berubah bila negeri ini ingin
menangkap peluang kemajuan yang ada, bila negeri ini ingin memajukan 60%
desa yang selama ini tertinggal dan sangat tertinggal menjadi desa-desa
yang maju.
Dengan
konsep ini kita bisa membangun potensi-potensi pulau kita yang paling
terpencil sekalipun dengan energy yang dihasilkan oleh pulau itu
sendiri. Pembangunan bisa merata ke seluruh pelosok negeri, kami sedang
menyusun detail-plan untuk ini, tetapi untuk daerah-daerah yang mau
proaktif mengembangkan potensinya sudah bisa bicara dengan kami.
Demikian pula para pemain industri yang membutuhkan sumber energy yang
independent dimanapun berada – sudah bisa berkomunikasi dengan kami.
Energy
yang murah juga akan men-disrupt industri material, yang selama ini
mengandalkan hasil penggalian tambang dan meratakan gunung. Setiap
batang pohon yang kita tanam tiba-tiba menjadi sumber berbagai material
baru dan terbarukan. Dia bisa dengan murah dipecah menjadi cellulose,
lignin dan hemycellulose yang masing-masingnya bernilai tinggi.
Belum
sampai nano-pun partikel cellulose yang dipecah menjadi sangat kecil
sudah akan bisa dibentuk menjadi material apapun tanpa memerlukan
perekat lagi, secara alami ada pereka hydrogen bond atau hydroxyl bond
yang akan mengikat atom O dan H dengan sangat kuat seperti ikatan yang
ada antara bumi dan planet lain dengan matahari.
Padahal
dengan energy yang murah, partikel tersebut bisa terus digerus sampai
seukuran nano – dan setelah itu dia bisa menjadi bahan apa saja yang
sangat kuat. Orang bahkan sudah membayangkan bisa tinggal di angkasa
luar dan untuk naik kesananya tidak lagi perlu pesawat ulang alik, cukup
dengan semacam ‘lift’ yang talinya amat sangat tipis - lebih tipis dari
kertas dan lebih kuat dari segala bentuk logam apapun yang ada saat
ini.
Energy
yang murah akan men-disrupt seluruh bentuk kehidupan yang ada saat ini,
akan merubah cara orang dalam memproduksi makanan, mengelola kesehatan,
mengelola transportasi, pendidikan dan pendek kata di seluruh bidang
kehidupan yang ada.
Kalau
saya mau menghasilkan bahan obat dari daun cengkeh yang zat aktifnya
disebut eugenol, atau dari daun zaitun yang disebut oleuropein misalnya – selama ini saya harus menanam cengkeh bertahun-tahun dan juga menanam zaitun dengan bersusah payah.
Nantinya
zat-zat aktif seperti eugenol dan oleuropein bisa langsung dihasilkan
di dalam tabung-tabung reactor melalui proses metabolisme cell. Tabung
reactor sebesar tangki air rumah tangga kita sudah akan menghasilkan zat
aktif eugenol dan oleuropein setara dengan tanaman cengkeh dan zaitun
beratus hektar !
Dengan
energy murah pula negeri ini yang memiliki lebih dari 80,000 desa namun
60 %-nya tertinggal dan sangat tertinggal – berarto sekitar 48,000 desa
! – dapat menggerakkan ekonomi pedesaan dengan sangat cepat. Desa yang
semula minus karena tidak berproduksi yang cukup untuk mengimbangi
konsumsinya, tiba-tiba bisa memiliki industrinya sendiri yang mereka
bisa pilih sesuai dengan potensi yang ada.
Ibaratnya
desa-desa teringgal tersebut hanya bisa menumbuhkan ranting dari pohon
yang tidak berbuah sekalipun, sudah amat sangat banyak yang bisa
dihasilkan dari ranting pohon ini.
Mungkin
inilah saatnya yang disebut dalam hadist bahwa bumi akan mengeluarkan
segala kesuburannya dan demikian pula langit menurunkan segala
keberkahannya. Tetapi ketika saat itu terjadi, kemungkinan hari kiamat
sudah sangat dekat – jadi kita belum tentu mengalami saat itu.
Sang
professor penemu Liquid Nano Clay untuk ‘membungkus’ pasir menjadi
tanah subur tersebut di atas terkejut ketika saya sampaikan bahwa – apa
yang dia temukan itu membuktikan bahwa hari kiamat sudah sangat dekat.
Dia bertanya – apakah buruk kalau bisa mengubah padang pasir menjadi
tanah subur – karena akan mempercepat datangnya hari kiamat ?
Saya
katakan tidak juga demikian, karena tidak ada seorang-pun yang bisa
mempercepat ataupun menundanya – hanya Dia yang tahu waktunya dan hanya
Dia yang menentukannya. Sedangkan kita semua hanya prajuritNya yang
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.
Bahkan
seandainya rankaian peristiwa kiamat sudah bener-bener mulai sekalipun,
kita masih diperintahkan untuk menanam benih pohon (kurma) yang ada di
tangan kita. Ini artinya kita tetap harus optimis dan beramal maksimal
hingga akhir jaman, termasuk ketika kita hidup di era teknologi yang
sangat maju – teknologi-teknologi ini harus sangat kia kuasai agar kita
bisa beramal maksimal sesuai jamannya ! InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar