Antara Yang Menguasai Bumi dan Yang Memakmurkannya…

Planting
“…. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamupemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS 11:61)

Tahun lalu saya menulis tentang konsep Muzara’ah untuk Memproduktifkan Lahan…; sejak saat itu banyak sekali pembaca yang berminat untuk ikut terlibat dalam gerakan Bumiku Hijau ini. Mohon maaf kalu terkesan lamban, namun proyek-proyek semacam ini memang sangat banyak detail yang perlu kita persiapkan – semuanya insyaallah terus berjalan, progress untuk project ini secara berkala akan  terus kita komunikasikan.
Dalam tulisan saya tahun lalu tersebut diatas saya gambarkan bumi Jawa Barat (dan Indonesia umumnya) yang sebenarnya subur namun terkesan gersang bila kita lihat melalui perjalanan darat sepanjang jalan Tol Cipularang, ini tidak terlepas dari paradigma menguasai – namun tidak memakmurkan.
Pemilik-pemilik tanah di sepanjang Tol tersebut baik itu perorangan, perusahaan swasta maupun BUMN telah menjadi penguasa atau pemilik tanah-tanah tersebut padahal mereka tidak mau atau tidak mampu memakmurkannya. Hasilnya  sepanjang jalan yang kita lihat adalah kegersangan.
Memakmurkan tanah yang utama adalah menanaminya, oleh karena itulah ada beberapa hadits yang mendorong kita untuk menanam ini. Diantaranya yang mashur adalah hadits : “Tak ada bagi seorang muslim yang menanam tanaman atau membuka persawahan kemudian ada burung, atau manusia atau hewan ternak memakannya, kecuali baginya itu sedeqah”HR. Bukhari dan Muslim.
Bahkan pemilik tanah yang tidak mampu atau tidak mau memakmurkan tanahnya lebih dari tiga tahun, dalam Islam sebenarnya dia sudah tidak dianggap sebagai pemilik atas tanah tersebut sebagaimana hadits berikut ; “Tanah-tanah lama yang pernah ditinggalkan maka menjadi milik Allah dan RasulNya, kemudian untuk kalian sesudah masa tersebut. Barang siapa yang membuka lahan (tanah) baru, maka tanah itu menjadi miliknya dan tidak memiliki hak lagi apabila selama tiga tahun diabaikannya” .
Jadi tugas kita sebenarnya bukan menjadi penguasa, penguasa tunggal hanyalah Allah semata “: Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? …”( QS 2:107). Tugas kita adalah menjadi pemakmur bumi ini !.
Tugas menjadi pemakmur bumi yang diamanatkan ke kita semua seperti ayat tersebut diatas, selama ini memang belum menjadi perhatian serius di negeri ini. Tidak ada lomba besar-besaran dengan dana trilyunan untuk ini, tidak seperti perlombaan untuk menjadi penguasa yang digelar secara besar-besaran setiap lima tahun (PEMILU). Bahkan bagi yang sudah serius pingin memakmurkan bumi dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya-pun sampai sekarang masih harus berjuang keras untuk memperoleh lahan yang siap untuk  di tanami.
Di database kami terus bertambah peminat project Bumiku Hijau, yaitu orang-orang yang ingin terlibat dalam memakmurkan bumi ini. Masalahnya adalah tanah-tanah subur tetapi masih dibiarkan ‘gersang’ seperti yang saya sebutkan diatas – kini di kuasai oleh orang-orang yang lebih suka membiarkan tanahnya terlantar daripada di-makmurkan- oleh orang lain.
Meskipun demikian kita tidak menyerah,  survey demi survey dan negosiasi demi negosiasi terus kita lakukan…insyaallah pada waktunya kita akan siap memakmurkan bumi ini – meskipun tanpa harus menjadi penguasanya !.
Semoga tulisan pendek ini menjadi up-date kepada para pembaca yang banyak menanyakan progress project Muzaraah Bumiku Hijau yang kita gagas sejak tahun lalu. Semoga pula niat baik ini dimudahkan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar