Bila China Tidak Lagi Percaya US $....

Yuan
Diantara negara-negara besar dunia yang nampak betul kegelisahannya terhadap kinerja dan masa depan US$ adalah China.

Setelah bulan lalu China mengajak negara-negara besar lain yaitu Brasil, Rusia dan India (termasuk China sendiri menjadi BRIC) untuk memikirkan pengganti US$ ; pekan lalu China berusaha mengagendakan perdebatan tentang the New Global Reserve Currency dalam forum G-8 namun tidak berhasil.


Mengapa China begitu getol ingin memiliki alternatif  Reserve Currency selain US$ ?. Ini yang kita bisa belajar dari mereka.

Dalam sepuluh tahun terakhir, ternyata kinerja US$ jauh lebih buruk dibandingkan dengan kinerja Yuan. Perbandingan ini hanya bisa dilihat apabila keduanya disandingkan dan diukur dengan mata uang yang lain – yang adil sepanjang zaman – apalagi kalau bukan Dinar. Grafik diatas menujukkan hal ini.

Bila dianggap harga Dinar tahun 2000 adalah 100 %; maka dalam nilai US$ harga saat ini adalah 340 %, sedangkan dalam yuan hanya 281 %. Artinya US$ lebih cepat turun daya belinya ketimbang Yuan – bila ditimbang dengan timbangan yang baku. US$ memang masih lebih baik dibandingkan dengan Rupiah karena dalam Rupiah harga Dinar saat ini 410% dari harga tahun 2000; jadi yang bagi rakyat Indonesia kinerja US$ masih menarik (karena lebih baik dari Rupiah –uang kita sendiri), bagi China US$ tidak lagi menarik karena kinerjanya yang lebih buruk dibandingkan kinerja uang mereka sendiri.
Yang menjadi masalah adalah kekayaan mereka yang berupa cadangan devisa dalam bentuk US$ saat ini telah mencapai US$ 2 trilyun; maka penurunan daya beli riil dari cadangan devisa inilah yang menggelisahkan mereka.

China nampaknya juga tidak terlalu optimis dengan masa depan US$ ini karena banyaknya ekonom yang sudah memprediksikan kehancuran US$ ini; bahkan diantara mereka ada yang mulai mengkawatirkan kemungkinan adanya apa yang disebut sudden devaluation dari US$ yang bisa terjadi sebelum akhir tahun  ini. Bayangkan bila hal ini terjadi, kekayan cadangan devisa negeri itu yang US$ 2 Trilyun menjadi tidak berarti nilainya dibandingkan dengan uang Yuan mereka yang nilainya terus naik.

Setelah langkah-langkah dengan BRIC yang belum menunjukkan hasil dalam waktu dekat, dan juga kegagalannya mengagendakan perdebatan di G-8 ; sangat mungkin China secara unilateral mengambil langkah-langkahnya sendiri . Dan diantara langkah-langkah tersebut, yang sudah mulai berjalan adalah meningkatkan cadangan emasnya seperti yang dilakukannya dalam beberapa tahun terakhir.

Karena langkah-langkah yang dilakukan oleh China ini, harga emas dunia bisa jadi akan naik seperti spiral yang memutar keatas; pertama  uang yang dipakai untuk menghargai emas dunia (US$) akan turun nilainya ; kemudian permintaan emas dunia akan naik sebagai akibat dari turunnya kepercayaan terhadap global reserve currency saat ini yaitu US$; begitu seterusnya spiral berputar.

Bila saat itu terjadi, maka China-lah yang nampaknya paling siap….begitu pula orang-orang yang mau belajar sampai negeri China. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar