Melindungi Diri Dari Kebijakan Para Penguasa Mata Uang…

US Deficit
Sudah dua hari ini harian nasional kenamaan  - Kompas , memuat tentang defisit AS. Head Line hari ini bahkan lebih spesifik lagi yaitu “Defisit AS Itu Genting – Indonesia Sebaiknya Melakukan Antisipasi Dini”. Inti pesan ini sebenarnya sudah menjadi bahan dari tulisan-tulisan saya di situs ini sejak akhir 2007, tetapi baguslah sekarang ada yang mengangkatnya secara lebih luas – mudah-mudahan bangsa ini siap kalau sesuatu yang sangat besar terjadi terhadap US Dollars.


Masalah kegentingan defisit AS memang hal yang sangat serius yang sebaiknya kita aware. Betapa tidak, tahun ini defisit tersebut mencapai US$ 1.09 trilyun atau 12.7% dari Produk Domestik Bruto. Padahal menurut  IMF (yang suara terbesarnya juga ada di AS), ancar-ancar defisit yang aman itu maksimum hanya 3% dari PDB. Jadi defisit AS ini sudah jelas tidak aman menurut standar mereka sendiri.

Hal ini pun diakui oleh mereka seperti yang terungkap dari pernyataan Maya McGuinnes – Presiden dari Committee for a Responsible Federal Budget negeri itu : “Hampir semua orang yang bersikap jujur tahu betul bahwa kita telah mencapai sebuah titik, dimana kita berada dalam kondisi fiskal berbahaya”.

Lantas apa yang akan dilakukan oleh penguasa negeri itu ?, ini yang harus kita waspadai. Ibarat balon yang terus ditiup, hanya ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah dihentikan tiupannya – kemudian balon dikempeskan; artinya akan terjadi depresi besar-besaran di negeri itu, kemungkinan ini ada tetapi kecil karena karakter bangsa itu yang tidak mau mengakui ‘salah’ dalam sejarahnya.

US Deficit
Kemungkinan kedua adalah terus meniupnya, sampai balon benar-benar meletus. Ini pernah mereka lakukan dengan ledakan besar yang terjadi tanggal 15 Agustus 1971 dengan apa yang disebut Nixon Shock. Ledakan tersebut adalah ketika Amerika secara sepihak mengumumkan bahwa mereka tidak lagi mengkaitkan mata uangnya dengan emas – padahal ini yang diperjanjikan dalam perjanjian yang mereka motori sendiri yaitu Breton Wood Agreement.

Ketika seluruh dunia shock dan menjadi korban dari keputusan ini; tidak demikian halnya dengan para pemimpin mereka – mereka paling siap karena merekalah yang merancang dan memutuskan. Hal-hal demikian terus terjadi dalam sejarah negara-negara di dunia yang menggunakan uang selain emas dan perak. Di Indonesia kitapun ingat pernah ada yang namanya Sanering Rupiah tahun 1965/1966.

Kedhaliman penguasa mata uang ini tidak akan terjadi bila mereka mengikuti sarannya  Ibnu Taimiyyah : “Jumlah fulus ( uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.

Sebaliknya bila system keuangan yang adil berbasis emas dan perak tidak diterapkan; kejutan –demi kejutan terhadap rakyat atau bangsa lain akan terus terjadi.

Seperti balam novel sejarah terkenal The Virgin Lover’s karya Phillippa Gregory (Touchstone, 2004), sang penulis yang mendasari tulisannya dari riset yang dalam ini  menceritakan dialog di kerajaan Inggris tahun 1560 ketika ratu yang masih muda - Elizabeth harus menceritakan kepada kekasihnya Sir Robert Dudley mengenai kebijakan devaluasi mata uang  yang sedang dipersiapkannya. Saat itu mata uang Inggris masih menggunakan logam meskipun bukan emas atau perak.

Meskipun sudah diberitahu lebih dahulu ketimbang rakyatnya, kekasih sang ratu masih saja merasa kecewa bahwa dia tidak dikasih tahu lebih awal ketika sang ratu mempunyai rencana mengganti mata uang; dia merasa dirugikan karena uang yang dimiliki-nya tidak lagi akan senilai nominal yang tertera, tetapi hanya sedikit lebih tinggi dari nilai bahan yang dipakai untuk membuatnya. (Saat itu uang masih berupa metal, meskipun bukan emas – bayangkan kalau uang itu kertas dan hanya bernilai sedikit diatas bahannya ?).

Setelah menyampaikan rencananya tersebut, sang ratu berpesan kepada kekasihnya : “Saya pikir ini seharusnya rahasia, rahasia yang sangat serius, karena kalau tidak masyarakat akan ingin selekasnya melepaskan koin lamanya dan akan semakin tidak berharga koin tersebut.”  Ratu-pun melanjutkan “Sebenarnya sungguh menyedihkan, Robert, mengetahui  bahwa masyarakat akan tahu bahwa uang yang mereka pegang akan segera tidak bernilai”.

Memang dialog diatas hanyalah dari sebuah novel, namun belajar dari kejadian nyata Nixon Shock 1971 – kejutan-kejutan besar yang merugikan rakyat memang bisa saja dilakukan oleh penguasa mata uang fiat di negara manapun.

Kita juga tidak seberuntung Robert yang menjadi kekasih sang ratu – yang diberi tahu sebelumnya bahwa sesuatu yang sangat tragis akan diumumkan oleh penguasa mata uang terhadap nilai uang yang kita pegang. Untuk melindungi kita dari menjadi korban kejutan-kejutan tersebut, hanya satu solusinya yaitu menggunakan mata uang yang bernilai intrinsik, mata uang yang nilainya terbawa dalam benda yang membentuk uang itu sendiri – bukan mata uang yang nilainya bisa dipermainkan oleh penguasa mata uang dunia. Wa Allahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar