Kita Butuh Tuas Pengungkit Untuk Perubahan Besar...


Dahulu waktu SMP kita pernah belajar tentang cara kerja tuas (pengungkit), yaitu tongkat yang dapat dipakai untuk memindahkan beban berat. Semakin panjang lengan kuasa dari tongkat tersebut, akan semakin kecil gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan beban yang ada.  Atas prinsip kerja tuas atau pengungkit inilah maka mobil-mobil besar seperti truk dan bus, perlu dilengkapi dengan besi panjang untuk membuka ban-nya. Sementara hal yang sama tidak dibutuhkan untuk mobil yang kecil, sedan, jip dsb.

Ilustrasi cara kerja tuas ini dapat dilihat pada gambar dibawah :
 Cara Kerja Tuas

Lantas apa hubungannya, pelajaran SMP tentang tuas atau pengungkit tersebut dengan problem yang kita hadapi sehari-hari ?. Hubungannya terletak pada kesamaan dalam dua hal : pertama adalah posisi dimana kita berdiri yang mempengaruhi berapa banyak gaya (usaha) yang dibutuhkan untuk mengatasi problema yang ada; kedua adalah diperlukannya alat yang bernama tuas atau pengungkit tersebut.

Untuk masalah pertama adalah posisi dimana kita berpijak. Terkadang masalah itu menjadi sangat besar dan kita sulit melihat jalan keluarnya karena kita berada terlalu dekat (titik O) atau bahkan di dalam pusat pusaran dari masalah tersebut (titik A).

Ambil contoh misalnya Anda bekerja dalam suatu perusahaan yang kerjanya membangun project. Untuk pendanaan project-project tersebut perusahaan Anda harus menggunakan uang bank konvensional yang tentu saja membebankan Anda bunga – yang menurut fatwa MUI adalah Riba.

Kemudian untuk memenangkan tender-tender project Anda, perusahaan  Anda-pun harus sering suap-sana suap sini, kong-kalikong mengatur siapa yang menang tender dan siapa yang tidak dlsb.

Baik riba, maupun suap atau riswah dan sejenisnya adalah hal yang sangat terlarang dalam Islam – namun karena Anda berada dalam perusahaan yang ‘merasa’ harus hidup dengan cara ini, maka upaya untuk keluar dari dua masalah besar ini menjadi terlalu berat.

Lantas apa solusinya ?. Merubah posisi (repositioning) dimana kita berpijak, jangan lagi berada di pusat pusaran masalah. Kalau masalah tersebut dalam contoh adalah riba dan riswah, maka menjauhlah dari keduanya dahulu. Takut ‘sulit’ hidup di tempat berpijak yang baru ?, temukan ‘tuas’ Anda – maka Insyallah perubahan besar akan dapat Anda lakukan.

‘Tuas’ Anda bisa berupa hal-hal berikut misalnya ;

·       Keahlian yang unique, yang dengan itu Anda dapat menemukan niche market tersendiri.
·       Jaringan persahabatan dengan orang-orang yang berprestasi, visioner sehingga Anda ikut ‘terlempar’ keatas.
·       Bila Anda berwiraswasta, menemukan karyawan-karyawan yang jujur dan tulus ikut membangun usaha Anda – bukannya menggerogoti dari dalam.
·       Pasangan hidup (suami/istri) yang secara proaktif menjadi mitra diskusi Anda yang produktif, bukan pasangan hidup yang membuat Anda stress atau ayub-ayuben.
·       Mitra kerja/usaha  yang bisa mengisi kekurangan Anda.
·       Momentum perubahan lingkungan (teknologi, sosial, politik dlsb) yang dapat Anda manfaatkan.
·       Dlsb. dlsb.

Namun perlu diingat bahwa tuas tersebut hanya bermanfaat bila Anda berpijak di tempat yang benar. Dalam ilustrasi diatas, Anda harus berada di titik B, bukannya O apalagi A. Tuas menjadi tidak berguna ketika Anda berada dititik O atau A. Inilah yang menjelaskan mengapa banyak orang hebat, dengan ilmu yang hebat – dan juga pasangan hidup yang hebat, tetapi tidak berhasil membuat karya yang hebat – karena mereka berada di tempat berpijak yang salah.

Untuk bumi tempat berpijak ini, Islam mempunyai syariat berhijrah yang Indah. Bahkan kita tidak bisa excuse bahwa kita terpaksa harus melakukan ini dan itu yang dilarang agama (riba dan riswah misalnya) hanya karena kita hidup di dalam negeri dimana hal-hal yang terlarang tersebut masih menjadi budaya.

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". ... (QS 4 : 97).

Ayo kita ‘berhijrah’ dan menemukan ‘tuas’ kita masing-masing; maka insyaallah problem besar umat ini bisa diatasi....Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar