DME : One More Step For Independent Energy

Kalau kami  memberi angka, upaya Indonesia Startup Center untuk menghasilkan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang bener-bener sustainable,  murah, terdistribusi dan massif itu kini telah mencapai 50%. InsyaAllah separuh langkah lagi, semua keluarga sampai seluruh pelosok negeri tidak lagi perlu kawatir tentang kelangkaan gas melon, dan secara nasional kita tidak lagi kawatir masa depan suram gara-gara minyak akan habis dalam sekitar 10-11 tahun lagi. Begitu hebohkah ? Lets see what we’ve been doing , dan apa yang kira-kira Anda bisa membantu merealisasikannya.
Salah satu bahan bakar baru yang banyak sekali dikembangkan di luar dalam seperampat abad terakhir adalah apa yang disebut Dimethyl Ether atau disingkat DME dengan rumus kimia CH3OCH3. DME ini adalah bahan bakar yang sangat bersih, bebas korosi yang bisa diproduksi dari sumber-sumber alam yang melimpah di sekitar kita yaitu biomassa.

Tidak kurang dari perusahaan-perusahaan besar dunia seperti Volvo, Mitsubishi, Korean Gas, China Gas dan masih banyak lagi raksasa-rakasa dunia yang berusaha menghasilkan DME ini dari berbagai skala. Tetapi kita juga masih memiliki peluang yang tidak kalah menariknya.


Karena DME ini mirip gas LPG kita, bisa langsung digunakan untuk mesin diesel – bahkan dengan hasil yang lebih baik karena nilai Cetane-nya (kalau di bensin Octane) sedikit lebih tinggi dari diesel. Kalau diesel angkanya dalam kisaran 40-55, DME angka Cetane ini berkisar 55-60. Karena kemiripan properties-nya dengan LPG pula, maka kalau kita mengembangkan DME ini – semua facilities yang biasa digunakan untuk LPG dapat digunakan untuk DME.

Penggunaan DME juga sangat luas, bisa langsung digunakan untuk mobil diesel tinggal mengganti tangki bahan bakar dengan tangki gas DME – mirip dengan mobil-mobil bis dan taksi di Jakarta yang sebagian sudah menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG). Selain untuk transportasi, tentu DME juga ideal untuk pembangkit listrik, bahan bakar rumah tangga pengganti gas melon yang kadang langka dlsb.

Lantas bagaimana kita yakin bisa bersaing dengan raksasa-raksasa dunia yang sudah lebih dahulu mengembangkan bahan bakar DME tersebut di atas ? Perbedaannya ada di mindset, dan ini pernah saya tulis di tulisan Dari Mainframe ke Mobile. Perusahaan-perusahaan besar selalu berfikir bahwa usaha begini harus dengan pabrik-pabrik yang sangat besar.

Di era distributed economy, pabrik-pabri yang sangat besar itu akan jauh kalah efisien dengan yang kecil-kecil tetapi terstandarisasi dan terkoneksi satu sama dalam jaringan yang membentuk apa yang disebut No Single Point of Failure. Ketika satu pabrik kecil gagal berproduksi misalnya, selalu bisa tergantikan oleh pabrik yang lain .

Khususnya dalam pengolahan bahan baku biomassa menjadi energy, prinsip distributed economy ini menjadi sangat penting. Karena bahan bakunya murah bahkan kadang harganya negative – Anda diberi bahan baku dan dibayar – kalau bahan baku itu sampah organic misalnya, maka memobilisasi bahan baku ini yang akan menimbulkan biaya dan perbagai masalah lainnya seperti masalah social dlsb.

Kalau bahan baku yang sangat murah ini kemudian diolah in situ – di lokasi dan pada waktu kemunculan bahan baku tersebut – maka biaya yang timbul hanya pada biaya proses, tenaga kerja dan biaya operasi lainnya.

Disinilah letak competitiveness-nya produksi DME skala kecil dibandingkan dengan DME skala besar. DME skala besar yang diproduksi oleh para raksasa tersebut umumnya menggunakan bahan bakar gas alam, sehingga biaya terbesarnya ada pada harga gas alam dan biaya transportasinya ke lokasi pabrik.

Keunggulan lain pabrik skala kecil era distributed economy yang kami siapkan ini jauh lebih efisien dibandingkan pabrik DME yang menggunakan bahan baku gas. Selain bahan bakunya yang harus dibeli dan ditransportasikan secara mahal, gas alam juga harus diproses menjadi Syngas (H2 dan CO) dahulu sebelum menjadi DME.

Sebaliknya, Biomass Gasification Reactor yang kami buat – justru hasilnya sudah Syngas tersebut, tinggal satu reaksi lagi dia menjadi DME – itulah mengapa kami katakan bahwa pencapian kami sudah 50% ! Kita tinggal memilih salah satu reaksi kimia di samping untuk menuntaskan pekerjaan ini, yaitu merubah Syngas menjadi DME. Kita tinggal memilih yang hasil sampingnya air atau hasil sampingnya CO2 – masing-masing dengan plus-minusnya.

Untuk Syngas-nya sendiri, dapat dihasilkan dari Biomass Gasification Reactor yang alhamdulillah sudah kami buat dan berhasil seperti pada gambar ini. Karena bahan baku reactor ini dan versi modifikasinya sangat fleksible, bisa sampah maupun biomassa dalam aneka bentuk – selangkah lagi insyaAllah kita bisa menghasilkan DME di komplek-komplek perumahan , bahkan sampai ke pelosok-pelosok negeri.

Bayangkan apa yang akan dicapai dari konsep ini, Anda yang di komplek perumahan di kota-kota , Sampah Anda akan balik ke rumah Anda dalam bentuk tabung-tabung DME yang dapat Anda gunakan untuk masak sebagaimana Anda sekarang masak dengan gas. Tabung yang lain lagi Anda gunakan untuk bahan bakar Pajero Anda, yang hanya perlu modifikasi supply bahan bakar sedikit – mobil diesel ini sudah langsung jalan dengan bahan bakar dari sampah tadi.


Gasification Reactor Karya Indonesia Startup Center
Dan bagi kami ini sudah bukan lagi mimpi, karena kami melihat roadmap-nya yang amat sangat jelas - bahkan kami sudah menempuh separuh perjalanan itu. Lantas mengapa konsep yang begitu menarik dishare di public ? Berikut alasan kami.


Pertama dengan melakukan share ini, diharapkan Anda yang memiliki passion yang sama di bidang ini dapat membantu kami mempercepat pencapian target tersebut di atas. Khususnya kami butuh scientist yang memahami betul  reaksi kimia tersebut di atas kemudian mampu mewujudkannya dalam bentuk mesin atau reactor yang paling efisien untuk memproses Syngas (bahan baku yang sudah ada di kami) menjadi DME – yang kami tahu bisa dibuat melalui direct synthesis dari bahan baku ini.

Kedua, meskipun prototype-prototype yang sudah maupun yang akan kami buat berikutnya sudah ada dananya sendiri – untuk scale-upnya menjadi produk massal tentu butuh dana yang tidak sedikit. Anda yang berminat untuk mendanai project ini juga dapat bergabung dengan kami, sebelum kami mencari dana public lewat bursa insyaAllah 1-3 tahun mendatang. Startup dalam bidang renewable energy yang kami sebut AfterOil, bahkan kini sudah berbadan hukum –  Anda berpeluang untuk menjadi pemegang saham pra public-nya.


Ketiga, bila karena satu dan lain hal kami tidak bisa menyelesaikan project ini dan kemudian ada orang lain yang menangkap idenya kemudian meng-implementasikannya lebih baik dari kami – insyaAllah kami mendapatkan pahalnya, karena menunjukkan suatu kebaikan – sama dengan berbuat kebaikan sendiri. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar