Pengolahan (Bahan) Pangan Untuk Mencegah Kelaparan

Jum'at, 5 Desember 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal

Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi bahwa sekitar 1.3 milyar ton bahan makanan terbuang secara sia-sia setiap tahunnya. Sementara di satu sisi dunia berjuang untuk memproduksi makanan, di sisi lain makanan yang sudah diproduksi disia-siakan. Salah satu kunci untuk menurunkan jumlah bahan makanan yang terbuang adalah dengan mengolahnya dengan baik, agar bahan pangan bisa disimpan lebih lama dan mudah didistribusikan ke daerah yang membutuhkannya. 


Bukan hanya mencegah pemborosan yang membuat kita bersaudara  dengan setan (QS 17:27), mengolah pangan dengan baik juga akan menjadi peluang tersendiri bagi yang bisa atau mau melakukannya. Inilah yang antara lain juga dipelajari di Agroforestry Apprenticeship Program (AAP) yang saat ini sedang berlangsung di Jonggol Farm.

Kita diberi makanan yang sangat cukup dan petunjukNya langsung dimulai dari perintah untuk kita memperhatikan makanan kita tersebut (QS 80 :24), maka bisa kita lihat penjabarannya dalam table dibawah – betapa lengkap makanan yang disediakanNya untuk kita tersebut. Setiap unsur yang makro maupun mikro terlengkapi satu sama lain dari berbagai sumber makanan yang kita disuruh memperhatikan ini.

Sumber Lengkap Food Security Kita

Setelah sumber-sumber keamanan pangan yang paling lengkap tersebut kita ketahui, challenge berikutnya tentu saja adalah bagaimana memproduksinya secara efisien – inilah yang sedang kita lakukan di kebun model kita.

Tetapi katakanlah kita nantinya insyaAllah sukses memproduksi berbagai bahan makanan tersebut secara lengkap dan cukup, pencapaian ini belum akan berarti banyak bila akhirnya toh sebagiannya terbuang karena tidak berhasil dikonsumsi oleh orang yang membutuhkan pada waktunya.

Maka disinilah letak perlunya kita sambil menunggu panen dari kebun-kebun tersebut, kita sudah harus bisa membangun ketrampilan mengolah (bahan) makanan kita sendiri. Berikut adalah aneka proses pasca panen yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan manfaat dari hasil tanaman-tanaman kita tersebut.

Pengolahan Pasca Panen Untuk Food Security

Sebagai contoh adalah zaitun yang sudah kita tanam rame-rame bersama peserta program SKP dan KKP , kita sudah mulai membangun ketrampilan untuk mengolah daunnya menjadi obat herbal yang lagi nge-trend di dunia yang disebut Olive Leaf Extract.

Puluhan hektar kacang tanah yang rame-rame kita tanam di Buleleng Bali melalui program SKP, kita tidak ingin akhirnya hanya menjadib kacang goreng saja. Sebagiannya tentu untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kacang goreng yang tahun lalu nilai impornya masih melebihi impor beras, tetapi kedepannya kita juga harus bisa memprosesnya dengan nilai tambah yang lebih baik – misalnya menjadi minyak kacang tanah.

Ketika masyarakat menengah atas mulai sadar kesehatan yang membuat mereka butuh minyak goreng yang lebih sehat, salah satu pilihan terbaiknya setelah minyak zaitun dan minyak kelor (ben oil) adalah minyak kacang tanah.

Ketersediaan modal, skills , mesin –mesin pengolahan yang efektif serta terjangkau dlsb. yang selama ini menjadi kendala bagi masyarakat pada umumnya untuk bisa mengolah sumber-sumber bahan pangan yang ada – memang masih terus harus diatasi, tetapi inipun mestinya juga tidak terlampau sulit –sulit amat.

Para peserta AAP misalnya termasuk bagian dari prakteknya adalah membuat mesin pengering berteknologi tinggi – namun murah. Hasilnya diharapkan dapat mengeringkan hampir seluruh bahan makanan yang ada di sekitar kita tanpa mengurangi nilai gizinya. Pengeringan yang baik adalah yang mampu mempertahankan seluruh nutrisi yang ada di bahan makanan, maka inilah yang kita sedang lakukan  dan inilah antara lain yang menjadi peluang.

Sebagai contoh di musim manga seperti ini mangga harganya murah dan banyak yang terbuang karena tidak berhasil dikonsumsi pada waktunya. Dikirim ketempat lain juga sering tidak ekonomis karena biaya ongkos pengiriman yang melebihi harga mangganya sendiri.

Lagi pula kalau kita menyimpan mangga atau mengirimkannya ketempat lain sebenarnya yang kita simpan dan kirimkan tersebut mayoritasnya adalah air karena 90% dari isi daging mangga adalah air.

Setelah dipisahkan bijinya dan dagingnya dikeringkan sampai kandungan air mangga kurang dari 5 % dan dijadikannya bubuk mangga, maka nutrisi yang sama dengan sebuah mangga bisa disimpan dan dikirimkan dalam berat yang hanya sekitar 1/15 dari berat mangga semula.

Dengan menjadikannya tepung, pilihan bentuk-bentuk makanan berbasis mangga bisa  menjadi tidak terbatas. Bisa menjadi juice, sirup, smoothies , pudding, kue manga, dodol dlsb-dlsb. Intinya adalah kita bisa menyimpan , mengirimkan dan mengolah nutrisi yang ada di dalam sebuah mangga dengan cara yang jauh lebih  efisien. Tidak ada lagi hasil mangga yang melimpah di musimnya yang terbuang. Hal yang sama Anda bisa lakukan untuk durian, rambutan dan berbagai hasil pertanian lainnya.


Bayangkan sekarang bila kita rame-rame mengajak masyarakat untuk memperhatikan sumber-sumber makanan yang ada di sekitarnya – perintah di surat ‘Abasa ayat 24, kemudian mengajarinya untuk mengolah secara murah dan efisien – insyaAllah kita akan bisa mengurangi resiko krisis pangan dan mengusir peluang setan jauh-jauh dari menjadi saudara kita. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar