Nilai Dan Harga Protein

Sabtu, 7 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal

Dalam dunia diet kita sering mendengar istilah kurangi lemak/minyak, kurangi karbohidrat, kurangi gula – lantas kalau semua sumber energi dikurangi, dari mana sumber energi untuk aktivitas kita ? apa ada yang perlu ditambah ? Itulah protein ! Selain bertindak sebagai sumber energi, protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel yang rusak. Kesadaran akan kebutuhan protein ini sedang bangkit di seluruh dunia, di Indonesia saja diperkirakan nilai kebutuhan tambahan protein ini akan bisa mencapai sekitar Rp 72 trilyun per tahun dalam dua tahun mendatang. Tertarik untuk terlibat ?


Kekurangan protein telah berdampak nyata pada tingkat pertumbuhan fisik rata-rata orang Indonesia yang 13 cm (wanita) sampai 14 cm (pria)-nya lebih rendah dari rata-rata dunia. Maka kalau menambah protein hanya menjadi bagian dari lifestyle baru bagi dunia, bagi rata-rata kita ini adalah kebutuhan yang sangat nyata.

Protein yang cukup menjadi trend dunia diet saat ini seiring dengan semakin baiknya kesadaran orang akan manfaatnya bagi pertumbuhan tubuh dan menjaga kebugarannya. Meskipun memiliki persamaan dengan lemak/minyak dan karbohidrat dalam menyediakan energi, protein tidak membuat orang kegemukan.

Protein memerlukan waktu lebih lama dalam proses pencernaan tubuh sehingga mempertahankan orang merasa kenyang lebih lama, dalam prosesnya ini juga dibakar lebih banyak kalori. Dengan demikian konsumsi protein yang cukup juga akan mencegah lonjakan gula darah.

Lantas dimana peluangnya ? rata-rata manusia dewasa butuh 50 gram protein murni per hari, 45 gram bagi wanita dan 55 gram bagi pria. Bila penduduk Indonesia mencapai 260 juta tahun 2017 mendatang, maka negeri ini butuh sekitar 4,745,000 ton protein murni per tahunnya. Dari mana kebutuhan ini akan dipenuhi ? di situlah peluangnya.

Pemenuhan kebutuhan protein melalui kedelai kita selama ini baru di angka sekitar 3 juta ton per tahun, atau setara 1.2 juta ton protein murni. Pemenuhan melalui daging, telur, ikan dlsb. baru mencapai sekitar 2.5 juta ton setara daging atau setara 650,000 ton protein murni. Maka masih ada kebutuhan sekitar 2,895,000 ton protein murni per tahunnya yang harusnya dapat dipenuhi.

Bila kekurangan ini disetarakan daging, maka dibutuhkan setara 11.1 juta ton daging. Bila harga daging rata-rata adalah Rp 80,000,- maka dibutuhkan dana sekitar Rp 891 trilyun per tahun hanya untuk memenuhi kebutuhan daging ini. Bila ini dibagi jumlah penduduk, maka dibutuhkan sekitar Rp 9,400/orang/ hari atau sekitar US$ 0.9/orang per hari.

Akan sulit mengharapkan rakyat kita membelanjakan US$ 0.9/orang per hari atau 45 % dari daya beli hariannya hanya untuk protein, karena sekitar separuh penduduk negeri ini hanya berdaya beli US$ 2 per hari menurut prediksinya McKinsey.

Bila kekurangan tersebut disetarakan dengan kedelai, maka dibutuhkan sekitar 7.24 juta ton kedelai. Bila harga kedelai Rp 10,000 per kg, berarti ada kebutuhan pemenuhan kedelai setara Rp 72.4 trilyun per tahun. Bila dibagi dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa, maka ongkosnya sekitar Rp 760/ orang per hari atau sekitar US$ 0.075/hari. Inilah jawaban yang sangat masuk akal, ketika rata-rata penduduk miskin kita-pun akan mampu mengeluarkan sekitar  3.75 % dari daya beli hariannya untuk membeli protein.

Lantas apa pilihan protein kita ? Dari hitungan di atas pilihannya jelas protein kedelai ! tetapi dalam bentuk apa ? bentuknya bisa macam-macam mulai dari yang sudah kita kenal tahu dan tempe, sampai produksi teknologi tinggi yang disebut Isolated Soya Proteins (ISP) yang kini mulai beredar banyak di pasar global – hanya saja kita harus ekstra hati-hati membelinya dari pasar global karena hampir pasti kedelainya GMO. Maka bentuk apapun pilihan kita, sebaiknya kita menanan sendiri kedelai kita yang alami.

Tetapi sama dengan memilih produk lain, pertimbangannya tentu bukan hanya sekedar harga. Bagi yang mampu pertimbangannya juga masalah kwalitas dari protein itu. Justru disinilah masyarakat perlu diedukasi, bahwa protein yang berkwalitas tinggi itu tidak harus mahal. Kita bisa memperoleh protein yang sangat murah tetapi juga sangat baik kwalitasnya.

Saya ambilkan contoh produk yang sangat sederhana yang saya sebut kedelai panggang – sengaja dipanggang bukan digoreng agar tidak kecampuran minyak goreng (lemak) lagi dan bisa dilakukan dimanapun – di masyarakat primitive yang hidup di hutan sekalipun ! Produk ini di dunia dikenal dengan soynuts. Produk yang sangat sederhana ini ternyata dapat menjawab seluruh kebutuhan protein kita 100% bila kita mengkonsumsinya sebanyak 126 gram per hari. Kandungan nutrisi lengkapnya dapat dilihat di link berikut.

Bagimana dengan kwalitas proteinnya ? Melalui situs yang saya beri link-nya tersebut Anda juga dapat membandingkan kwalitas suatu protein berdasarkan rasio kandungan protein per berat makanan, keseimbangan kalorinya yang digambarkan oleh Calorie Ratio Pyramid, Nutrient Balance yang menggambarkan kelengkapan kandungannya (diukur dari angka 0-100) dan yang sangat penting adalah apa yang disebut Protein Quality-nya.

Protein Quality ini diukur dari kelengkapan adanya 9 asam amino dalam suatu makanan. Angka diatas 100 menunjukkan bahwa suatu protein itu mengandung asam amino lengkap, dan sebaliknya semakin jauh dibawah angka 100 semakin tidak lengkap. Setelah semua factor tersebut kita bandingkan, Anda akan terkejut  dengan hasilnya – yang dapat dilihat pada table dibawah - dan angka Protein Quality untuk kedelai panggang/bakar adalah 118 atau lebih dari standar baik yang dibutuhkan !


Protein Quality Kedelai Panggang dan Beberapa Pembandingnya

Kedelai yang dimasak dengan cara yang paling sederhana yaitu dipanggang atau dibakar – ternyata juga memiliki kandungan protein terbesar dan terlengkap ! Runner-upnya baru kacang tanah panggang, kemudian baru daging sapi. Camilan populer seperti popcorn – jauh dibawah kedelai panggang, demikian pula roti – apalagi nasi.

Nasi sebenarnya memiliki protein yang cukup baik, angka Protein Quality-nya adalah 71 – tetapi jumlahnya sangat kecil yaitu hanya 2 % dari berat nasi matang (karena setelah nasi matang kandungan airnya sangat banyak). Daging yang selama ini kita pandang sebagai sumber protein unggulan, ternyata angka Protein Quality-nya hanya 59 – lebih rendah dari kwalitas protein yang ada di nasi – tetapi jumlahnya saja lebih besar – yaitu mencapai sekitar 25 % dalam kondisi masak.

Selain memiliki kwalitas protein yang sangat tinggi, kedelai bakar juga menjadi sumber calorie yang paling seimbang dalam Calorie Ratio Pyramid. Daging kebanyakan lemaknya, nasi dan roti kebanyakan karbohidrat-nya.


Kedelai Panggang Juga Menjadi Sumber Kalori Paling Seimbang

Lantas apakah kita akan makan kedelai bakar saja ? ya ndak harus demikian ! tetapi bila Anda ragu konsumsi harian Anda kurang protein – maka dengan mengkonsumsi 126 gram kedelai bakar seperti dalam foto di bawah, Anda sudah akan memenuhi seluruh kebutuhan protein Anda hari itu – dan ini dari jenis protein terbaik.


Produk Protein Kwalitias Tinggi - Kedelai Panggang
Bukan hanya terbaik, ini juga sumber protein yang paling murah. Karena kalau Anda mau membakarnya sendiri, biayanya tidak sampai Rp 2,500. Tetapi kalau mau membeli saja – harganya sekitar dua kalinya atau Rp 5,000,- Anda sudah tidak perlu repot.

Peluang untuk menyediakan protein yang cukup dengan kwalitas terbaik dan  harga terjangkau ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh pihak yang terkait di negeri ini. Maka inilah yang akan menjadi tema sentral Vision Sharing kita di Startup Center Sabtu depan, yang dilanjutkan dengan langkah-langkah nyata penggarapannya dalam Startup Academy full time 3 hari di awal pekan berikutnya.

Menjawab kebutuhan konkrit atas protein bagi negeri  ini ternyata tidak harus mahal, dan ini bisa menjadi peluang nyata bagi kita semua – peluang untuk membangun usaha sekaligus peluang untuk beramal bagi perbaikan kwalitas generasi mendatang. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar