Oleh: Muhaimin Iqbal
Dua hari ini saya sengaja luangkan waktu untuk pulang kampung – tempat saya setengah abad lalu dilahirkan. Rasanya seperti berada di zona waktu yang berbeda – waktu yang seolah bergerak dalam slow motion. Di Desa saya semuanya masih sama, madrasahnya masih menggunakan kursi yang ada sejak saya kecil. Di masjid, tongkat pak kyainya masih tetap sama, di jalan masih jalan yang sama yang dibangun oleh Belanda entah tahun berapa. Sungai irigasi yang lebih tinggi dari posisi jalan juga jelas nampak teknologi pengairan Belanda-nya, belum ada lagi pembangunan sejak saat itu. Ironinya desaku – pembangunan infrastruktur terakhir adalah pembangunan di jaman Belanda.
Di
desa ini yang ada hanya orang-orang tua dan anak-anak, pemuda/pemudi
atau keluarga muda-nya sangat terbatas. Mencari tenaga kerja di desa ini lebih
sulit ketimbang mencari tenaga kerja di perkotaan. Mungkin karena itu
pembangunan nyaris tidak menyentuh desa ini setelah 67 tahun merdeka.
Bisa jadi kondisi ini bukan sesuatu yang unique,
bisa jadi ini gambaran yang umum terjadi di desa-desa jawa sumber tenaga
kerja. Mereka pergi berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota, dan
membiarkan desa-desanya hanya sebagai tempat bernostalgia.
Menghadapi situasi seperti ini, kita punya dua pilihan. Pertama melanggengkan status quo,
tetap tidak ada pembangunan sehingga desa ini yang kondisinya masih
sama dengan setengah abad lalu – mungkin juga akan tetap sama dengan
kondisi seabad yang akan datang. Anak-anak yang terlahir di sini
mayoritasnya bercita-cita untuk hidup dan berkarir di kota.
Kedua berbuat sesuatu untuk menghidupkan desa ini sehingga anak-anak - paling
tidak sebagiannya -tidak perlu terus membanjiri kota. Tetapi apa yang
bisa kita perbuat untuk bersaing dengan kota-kota besar dalam memikat
pemuda-pemudi desa agar bersedia tetap tinggal di desa dan membangun
desanya ? Inilah pertanyaan besar itu.
Untungnya
di tempat yang waktu terasa berputar lambat ini, banyak hal bisa
dilakukan dalam satu hari yang sama. Pak Camat yang temen sekolah
sebangku di SD – sangat eager membangun wilayahnya – dia bisa
saya temui dua kali pada hari yang sama. Kemudian dia memanggil kepala
desa yang langsung datang – dan ternyata adik kelas di SD yang sama.
Arsitek , Kepala Kantor Bank Syariah, sampai kantor BPN Kabupaten –
semua bisa ditemui juga pada hari yang sama – bahkan mereka bersedia
ketemu di lapangan.
Insyaallah dalam satu hari kemarin semua win,
desa dan kecamatan ini tiba-tiba punya project yang tidak terpikirkan
sebelumnya. Pak camat dan pak kepala desa jadi memiliki gagasan besar
untuk bisa membangun desannya, team arsitek jadi punya gawean besar dan
demikian pula perbankan syariah jadi ada bayangan portfolio besar dari
desa dan kecamatan ini. Pemuda-pemudi desa ini akan memiliki pekerjaan
yang insyaAllah tidak kalah menariknya dengan yang ada di kota.
Apa proyek yang bisa kita introdusir di desa ini ? saya share di tulisan ini siapa tahu – bisa menginspirasi para pembaca situs ini untuk bisa membangun desanya masing-masing.
Proyek di desa ini kita bernama Madrasah Perdagangan Cum Plasa Barong. Madrasah Perdagangan idenya mengadopsi Madrasah Biotechnology
yang sudah saya tulis di situs ini sebelumnya – hanya ini di bidang
perdagangan. Yaitu untuk menampung anak-anak muda yang sudah selesai
sekolahnya di desa – pada umumnya tingkat Aliyah atau SMU – untuk
belajar dan sekaligus praktek berdagang di Madrasah Perdagangan ini.
Plasa
Barong adalah pertokoan yang insyaallah kita bangun di tempat paling
strategis di desa atau kecamatan ini. Di suatu tempat yang namanya
Barong – yaitu pertigaan jalan antar propinsi yang menghubungkan
Surabaya – Solo –Kediri.
Di tempat seperti inilah nantinya generasi GusJiGang (berakhlak bagus, pandai mengaji dan pandai berdagang)
seperti yang dahulu dibangun para wali itu akan kita lahirkan kembali –
Insyaallah. Sebuah Plasa (Pertokoan) yang mengitari Masjid/Madrasah.
Mirip dengan yang ada di Mekah atau Madinah sekarang, begitulah kurang
lebih idenya.
Santri di madrasah ini nantinya mengaji dan mendalami ilmunya
dan ketika istirahat mereka berdagang. Atau sebaliknya, para pegawai
atau pedagang di tempat ini nantinya – ketika mereka beristirahat –
istirahatnya adalah mengaji. 24 jam waktu kurang lebih
dibagi 8 jam kerja, 8 jam mengaji dan 8 jam istirahat. Insyaallah
semuanya cukup, bekerja cukup, mengaji cukup dan beristirahat-pun secara
cukup.
Pertanyaannya
adalah untuk proyek seperti ini kan membutuhkan dana besar, dari mana
dananya ?. Itulah yang sehari kemarin kita lakukan, mengumpulkan semua resources yang ada desa dan kecamatan ini – mulai dari pemilik tanah, pak lurah, pak camat, BPN, arsitek, Bank Syariah dlsb. Semuanya resources yang sudah ada atau dalam jangkauan dari desa/kecamatan ini.
Yang saya lakukan sederhana saja, memberi mereka visi untuk berbuat sesuatu dengan mengintegrasikan resources yang memang sudah ada.
Visi itu harus begitu jelas sehingga seolah-olah mereka bisa melihat
pertokoan (plasa) yang mengitari masjid/madrasah, ramai oleh lalu lalang
orang berjual beli di pertokoannya, ramai orang mengaji di masjidnya.
Visi yang begitu jelas sehingga setiap keraguan akan kemampuan mereka,
harus di diskusikan dan dicarikan jalan keluarnya.
Semua
terjadi dalam satu hari – dan ini memungkinkan di tempat yang waktunya
berputar lambat seperti desa dan kecamatan ini. Insyaallah hari ini
ketika saya dalam perjalanan balik ke Jakarta, di benak saya terbayang
visi yang saya share dengan sejumlah pihak di desa ini. Mereka
insyaAllah akan berbuat sesuatu, mereka sudah memperoleh visinya –
tinggal mewujudkannya agar visi ini tidak berubah menjadi sekedar mimpi.
Tugas saya selanjutnya adalah mendorong dari belakang, dan terus menyatukan resources
yang ada – sambil terus memupuk percaya diri mereka bahwa kita bisa
membangun desa, bisa bersaing dengan kota besar, dan lebih dari itu bisa
melahirkan generasi GusJiGang – generasi yang bahkan tidak kita temui
di kota-kota besar.
Mohon
di doakan oleh para pembaca, kelak kalau visi ini sudah benar-benar
terwujud – insyaAllah saya ajak rame-rame nyantri akhir pekan di tempat
ini – untuk bisa ditularkan ke seluruh negeri. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar