Mencari Berkah Yang Hilang…

Senin, 3 Juni 2013
Oleh: Muhaimin IqbalBerkah itu kini seperti sesuatu yang hilang. Sesuatu yang sangat penting yang hilang dari negeri, sehingga negeri yang seharusnya makmur dengan sumber daya melimpah – tetapi gagal memakmurkan rakyatnya. Hilang dari keluarga, sehingga anak-anak tidak tumbuh seperti harapan orang tuanya. Hilang dari perusahaan, sehingga perusahaan tidak pernah puas dengan karyawannya dan karyawan-pun tidak puas dengan perusahaannya. Lantas berkah yang hilang ini, dimana mencarinya ?


Menyikapi masalah-masalah tersebut, belum lama ini saya mengaji bersama teman-teman lama, eksekutif dan mantan eksekutif perusahaan-perusahaan besar di Jakarta. Tema pengajian ini adalah “Mencari Berkah Yang Hilang…” . Karena peserta pengajian yang unik – maka saya yang menjadi fasilitator, menawarkan pendekatan yang unik pula. Saya berusaha mempertemukan ilmu para ustadz, dengan pendekatan problem solving yang biasa ditempuh oleh teman-teman eksekutif tersebut.

Jadi pengajian ini lebih mirip acara brainstorming, dengan whiteboard – lengkap dengan gadget-nya masing-masing dan dengan post-it berwarna-warni yang siap ditempel di papan tulis putih tersebut. Maka dengan peralatan a la orang kantoran ini pengajian-pun dimulai.

Pertama yang kami lakukan adalah mendefiniskan masalah yang dihadapi oleh para peserta pengajian. Intinya para eksekutif tersebut merasa belum hidup dengan keberkahan di keluarganya apalagi di perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya.

Mereka adalah orang-orang yang berkecukupan, tetapi banyak yang tidak merasa bahagia di rumahnya. Sebagian bahkan merasa kecukupan yang dimilikinya tidak membuat anak-anak mereka tumbuh seperti yang diharapkannya. Di perusahaan-pun mereka tidak pernah merasa puas, prestasi demi prestasi diukirnya tetapi mereka seperti hidup mengejar fatamorgana.

Lebih sulit lagi adalah para eksekutif ini merasa tidak mampu memuaskan tuntutan para karyawannya. Perusahaan-perusahaannya sudah memberikan yang maksimal tetapi tetap saja karyawan tidak puas.

Lantas apa masalah yang sesungguhnya mereka hadapi ?, dalam bahasa ustadz yang hadir – itulah masalah berkah, yaitu berkah yang hilang dari keluarga, dari perusahaan, dan juga sangat bisa jadi hilang pula dari negeri ini.

Tetapi apakah berkah itu sesungguhnya ?, ustadz menjelaskan makna kata berkah ini dari tiga ayat di dua surat berikut.

Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS 44 : 2-3)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.” (QS 97:1).

Tiga ayat dalam dua surat tersebut mudah dimengerti untuk menjelaskan makna kata berkah karena disitu digunakan istilah “…malam yang diberkahi…” sama dengan istilah “malam lailatul qadr”. Sedangkan kita tahu dari kecil bahwa “malam lailatul qadr” adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jadi malam yang diberkahi adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Dengan kata lain sesuatu yang diberkahi adalah sesuatu yang secara matematis lebih baik dari sesuatu sejenis x 30 x 1000. Mungkin sulit membayangkannya tetapi ringkasnya sesuatu yang diberkahi adalah sesuatu yang mengandung kebaikan yang sangat banyak !.

Jadi kalau berkah itu hilang dari keluarga, perusahaan atau negeri – maka keluarga, perusahaan ataupun negeri tersebut kehilangan suatu kebaikan yang sangat banyak !. Lantas dimana mencari keberkahan atau kebaikan yang sangat banyak ini ?, maka dari sinilah acara ‘brainstorming’ dimulai.

Pertama karena Al-Qur’an adalah jawaban atau penjelasan untuk segala hal (QS 16:89), maka kami mencari ‘berkah yang hilang’ inipun tidak perlu jauh-jauh – semuanya insyaAllah terjawab dalam Al-Qur’an.

Dari sini pengajian tersebut mulai menarik para eksekutif. Dengan gadget-nya masing-masing mereka diminta mencari segala sesuatu yang mengandung pengertian ‘berkah’ di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Yang menemukannya kemudian diminta menuliskannya di atas post-it dan menempelkannya di whiteboard yang tersedia.

Dengan software Al-Qur’an, dengan internet dan dengan berbagi gadget yang dimiliki para eksekutif tersebut – hanya perlu waktu kurang dari satu jam – whiteboard sudah penuh dengan post-it yang berwarna-warni. Yang sama digabungkan di satu warna dan dikumpulkan di whiteboard berikutnya. Hasilnya kurang lebih seperti pada ilustrasi berikut :


Berkah Ada Di Mana ?

Dari temuan-temuan tersebut kemudian didiskusikan satu-persatu, makna kata ‘berkah’ dalam masing-masing ayat dan bagaimana kita bisa ikut mengambil pelajaran dari ‘keberkahan’ tersebut.

Pertama ‘berkah’ yang terkait dengan waktu tertentu – yaitu suatu malam di bulan Ramadhan yang disebut malam Lailtul Qadr. Keberkahannya bisa diambil dengan banyak-banyak beribadah pada malam tersebut.

Kedua adalah ‘berkah’ yang terkait dengan tempat atau kota yaitu Mekkah. Maka keberkahannya bisa kita ambil pada saat kita pergi berhaji atau umrah.

Ketiga adalah ‘berkah’ yang terkait dengan sumber daya alam tertentu yaitu air. Air adalah sumber segala kehidupan, maka keberkahannya bisa kita ambil untuk memenuhi segala kebutuhan hidup kita, ternak kita dan tanaman-tanaman kita.

Keempat adalah ‘berkah’ yang terkait dengan kitab tertentu yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah sumber segala sumber ilmu, petunjuk, penjelasan dan jawaban atas segala hal. Maka keberkahannya bisa kita ambil manakala kita baca, pahami, amalkan dan bahkan juga kita ajarkan.

Kelima adalah ‘berkah’ yang terkait pohon tertentu yaitu zaitun. Sangat banyak ahli dari berbagai bidang yang mengkaji zaitun ini, sebagai bahan bakar, makanan maupun obat. Keberkahannya akan bisa kita rasakan langsung, manakala kita bisa menanamnya dan memanfaatkan buahnya untuk berbagai kebutuhan tersebut.

Keenam adalah ‘berkah’ yang terkait dengan negeri tertentu – yaitu negeri-negeri di sekitar Al-Aqsha atau secara umum disebut negeri Syam. Keberkahan negeri ini karena sebagian besar nabi-nabi dilahirkan di negeri ini dan buminya-pun diberkahi. Kita bisa ikut merasakan keberkahannya manakala kita bantu saudara-saudara se-iman kita yang lagi berjuang mengambil kembali negeri-negeri muslim yang kini terjajah dan terbelah dari negeri syam tersebut.

Ketujuh adalah ‘berkah’ yang terkait dengan negeri-negeri secara umum. Ini yang paling menarik, karena kalau enam jenis keberkahan sebelumnya bersifat given – diluar kemampuan kita untuk mengupayakannya. Bentuk keberkahan yang ketujuh bersifat conditional atau bersyarat, bila kita bisa penuhi syaratnya – maka kitapun bisa memperoleh keberkahan yang ketujuh ini.

Maksudnya adalah begini : Malam yang penuh berkah itu ya hanya suatu malam di bulan Ramadhan yaitu malam Lailtul Qadr, kita semua tidak bisa mengubah atau memindahkan keberkahan malam Lailatul Qadr itu ke malam yang lain – misalnya malam tahun baru. Seheboh apapun malam tahun baru tidak akan mendatangkan keberkahan sebagaimana malam Lailtul Qadr.

Demikian pula dengan keberkahan kota Mekkah, kita tidak bisa membuat kota lain se-berkah kota Mekkah. Kita tidak bisa membuat benda lain seberkah Air untuk kehidupan seisi bumi. Kita tidak bisa membuat satu kata-pun yang bisa menandingi keberkahan ayat-ayat Al-Qur’an. Kita tidak bisa menanam sawit misalnya untuk menggantikan keberkahan pohon zaitun meskipun keduanya sama-sama menghasilkan minyak. Semakmur apapun negeri-negeri lain, tidak bisa menggantikan keberkahan negeri Syam.

Tetapi Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Adil, juga memberi kesempatan bagi kita untuk dapat memperoleh keberkahanNya  secara tersendiri. Meskipun bukan Mekkah dan bukan pula negeri Syam, negeri inipun bisa menjadi negeri yang dibukakan berkah dari langit dan dari bumi – asal kita memenuhi syarat yang diberikanNya yaitu penduduknya beriman dan bertakwa.

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS 7 :96)

Dengan analogi yang sama, maka insyaAllah kita-pun bisa menghadirkan keberkahan di perusahaan kita, instansi kita dan tentu juga keluarga kita – bila memenuhi syarat yang sama yaitu individu-individu didalamnya beriman dan bertakwa.

Maka dengan ini berkah - sesuatu yang selama ini hilang tersebut – bisa kita temukan kembali yaitu dia hadir bersama iman dan takwa. Dimana ada iman dan takwa, insyaAllah di situ ada berkah. Maka insyaallah pengajian eksekutif berikutnya mencari iman dan takwa ini…InsyaAllah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar