Oleh: Muhaimin Iqbal
Hampir setiap kita memiliki tantangan besar untuk ditaklukkan, sebagai pribadi, sebagai perusahaan/institusi, sebagai umat dan juga sebagai bangsa. Tantangan itu kadang seolah terlalu besar untuk bisa ditaklukkan sehingga kita malah memilih untuk tidak berbuat apa-apa, meskipun kita terpaksa harus hidup bersama gajah di ruang tamu kita – seperti yang pernah saya ceritakan di situs ini empat tahun lalu. Padahal sesungguhnya ada jawaban dan petunjukNya untuk setiap masalah (QS 16:89) yang kita hadapi - termasuk dalam menghadapi tantangan terbesar sekalipun.
Sebagai
pribadi misalnya, banyak di antara kita yang harus hidup di lingkungan
kerja yang tidak semestinya. Lingkungan kerja yang bergumul dengan riba,
riswah dan sejenisnya. Kita sangat ingin keluar dan membersihkan diri
dari semua itu, tetapi amat sangat berat untuk meninggalkannya – sampai
waktunya tiba – yaitu dipaksa meninggalkannya karena usia pensiun – baru
saat itu ‘terpaksa’ meninggalkannya.
Sebagai
umat yang sebenarnya mayoritas dalam jumlah di negeri ini, kita
terperdaya oleh sekelompok minoritas yang mengurusi berbagai aspek
keperluan hidup kita. Karena yang mengurusi bukan umat ini sendiri,
tidak heran bila urusan keuangan kita masih 95 % lebih ribawi. Urusan
obat kita 99.3 % belum terjamin kehalalannya. Urusan terbesar dalam
pangan, papan dan sandang dikuasai umat lain – dan bahkan kini yang riba-pun diwajibkan ke umat ini.
Sebagai
bangsa kita seoalah tidak berdaya dalam menghadapi masalah-masalah
kronis yang sudah begitu mengakar, seperti korupsi yang nyaris merata di
seluruh bidang kehidupan dan di seluruh tingkatan. Kita juga terus
menghadapi musibah demi musibah yang sebenarnya karena perbuatan tangan
kita sendiri, seperti banjir, asap dlsb.
Lantas
bagaimana solusinya ? dimana petunjukNya yang meliputi segala sesuatu
itu ? PetunjukNya itu antara lain datang melalui kisah yang hampir semua
kita mengetahuinya. Hanya selama ini ketika kita mendengar kisah
tersebut, barangkali kita hanya memandangnya sebagaimana kisah-kisah
yang lain. Menghibur, menambah pengetahuan – tetapi tidak menjadi
pelajaran apalagi petunjuk untuk berbuat sesuatu.
Nah
kisah ini saya sajikan lagi dari sumber aslinya, tetapi dengan target
untuk menjadi pelajaran dan petunjuk untuk berbuat sesuatu. Inilah kisah
Daud ( yang masih belia) melawan penguasa perkasa bernama Jalut.
“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai.
Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan
barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia
adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di
antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama
dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."” (QS 2 : 249)
“Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".” (QS 2 : 250)
“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut,
kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah,
(sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian
manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi
Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS 2 : 251)
Peperangan
tersebut sebenarnya antara Thalut melawan Jalut masing-masing dengan
pasukannya. Sedangkan Daud adalah remaja belia (konon usianya baru 9
tahun) yang keberadaannya dalam perang tersebut-pun sebenarnya tidak
diperhitungkan sebagai pasukan – karena belianya ini. Tetapi justru
melalui tangan remaja belia bernama Daud inilah musuh besar mereka yaitu
Jalut berhasil dibunuh.
Kemenangan
Thalut bersama tentaranya (dengan melibatkan didalamnya Daud) melawan
kekuatan besar Jalut dan bala tentaranya tersebut, menjadi pelajaran dan
petunjuk untuk kita semua dalam menghadapi berbagai tantangan terbesar
kita. Inti pelajarannya ada pada beberapa poin berikut ;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar