Dari Debat Calon Presiden…

Senin, 16 Juni 2014
Oleh: Muhaimin Iqbal
Sebagai (calon) pemilih yang kritis, semalam saya sempat mencermati acara debat dua calon presiden di televisi. Dari materi yang disampaikan oleh keduanya, maupun jawaban yang diberikan atas pertanyaan calon lain – saya menemukan kesalahan-kesalahan yang cukup fatal dari keduanya. Kesalahan-kesalahan ini bisa menjadi masalah bagi negeri ini bila nantinya salah satu dari mereka menjadi presiden dan menerapkan konsep yang salah tersebut dalam program kerjanya.


Dari calon presiden nomor urut satu, kesalahan itu menurut saya ada pada program penciptaan 2 juta hektar sawah. Orde Baru dahulu pernah berusaha membuka lahan sawah sejuta hektar dan hasilnya adalah sejuta masalah. Saya kawatir proyek 2 juta hektar sawah , akan menjadi 2 juta  masalah !

Masalah-masalah tersebut antara lain adalah lahan siapa atau dari lahan apa yang akan diubah menjadi sawah tersebut ? dari hutan ? maka yang terjadi adalah kerusakan lingkungan yang bisa menjadi sangat dasyat. Dari lahan tegalan yang kurang produktif ?, perkebunan-perkebunan yang kurang produktif ?

Anda tahu betapa susah dan mahalnya mengubah tanah darat menjadi tanah sawah ? Para petani atau pemilik lahan pasti tahu masalah ini, maka sangat-sangat sedikit tanah padat tegalan yang diubah menjadi sawah. Yang paling banyak terjadi malah sebaliknya, yaitu dari tanah sawah menjadi tegalan.

Katakanlah setelah sawah yang subur berhasil dengan susah payah dibentuk dari mengkonversi hutan atau perkebunan, tanah sawah yang subur sekalipun dengan pola tanam yang ada selama ini yang cenderung monokultur – akan sangat sulit untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.

Bahkan di daerah yang lahan sawahnya paling subur sekalipun di Magelang, petaninya lebih suka menjual lahannya untuk dapat masuk menjadi pegawai negeri. Gaji pegawai negeri yang paling rendah sekalipun akan dapat lebih menarik dari kepemilikan sawah rata-rata petani.

Kesalahan berikutnya yang terkait dengan program pembukaan sawah 2 juta hektar adalah rencananya untuk menanam jagung dan dibuat ethanol. Di negara maju seperti Amerika saja, program membuat bioethanol generasi pertama dari jagung diakui oleh mantan wakil presiden mereka sebagai suatu kesalahan karena rasio konversinya yang sangat rendah – masak hal yang sama mau kita lakukan disini.

Untuk calon presiden nomor urut 2, kesalahan yang menurut saya cukup fatal itu terletak pada jawaban yang disampaikan ketika menjawab pertanyaan dari calon nomor urut 1 - tentang ancaman serbuan pemain asing di era ASEAN Economic Community yang sudah akan terjadi tahun depan di 2015.

Calon presiden nomor urut 2 menjelaskan rencananya bahwa untuk mencegah serbuan pemain asing itu, pemerintahannya atau pemerintah daerah dibawah pimpinannya akan diminta ‘sedikit mempersulit’ masuknya para pemain asing ini dengan peraturan-peraturan yang dibuatnya nanti. Jawaban ini cukup fatal karena diungkapkan secara terbuka dalam debat capres yang bisa disaksikan oleh masyarakat dari seluruh dunia yang memiliki kepentingan terhadap Indonesia.

Para pemimpin negara ASEAN dan para pelaku usahanya bisa melihat niat yang ‘kurang baik’ dari calon presiden nomor urut 2 dalam merespon kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat oleh pendahulunya – yang sudah menyetujui kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut.

Terlepas dari kesalahan-kesalahan tersebut, kita harus menerima kenyataan bahwa salah satunya akan terpilih menjadi presiden kita nantinya. Kesalahan-kesalahan teknis dari dua calon ini masih tidak seberapa dibandingkan dengan kesalahan mendasar – dimana keduanya masih akan menerapkan ekonomi ribawi dalam pemerintahannya. Bahkan sang moderator-pun tidak memandang perlu mengangkat isu riba ini dalam debat ekonomi presiden, ini menunjukkan betapa permisifnya bangsa ini terhadap riba !

Walhasil siapapun yang terpilih, perjuangan umat untuk tidak menjadi musuh Allah dan rasulNya karena tidak menghentikan riba (QS 2:278-279) – masih akan sangat panjang. Tugas para ulama untuk membacakan dan menjelaskan tafsir ayat-ayat Al-Qur’an semuanya termasuk ayat-ayat riba ini, mestinya menjadi prioritas di jaman seperti ini ketimbang malah menjadi pembela dari salah satu pasangan capres-cawapresnya.

Mengenai kesalahan teknis tersebut insyaAllah lebih mudah diatasi, bila calon no 1 yang terpilih – bisa saja strategi membuka 2 juta hektar lahannya diganti dengan konsep agroforestry. Dimana lahan hutan dipertahankan tetap hutan, lahan kebun dipertahankan tetap kebun tetapi isinya yang secara bertahap diubah menjadi hutan atau kebun penghasil pangan – yang sudah banyak saya tulis dalam konsep Kebun Al-Qur’an.

Energi bioethanol-nya juga tetap bisa dijalankan tetapi bukan generasi pertama yang berebut dengan pangan manusia, tetapi generasi berikutnya yang tidak berebut dengan pangan. Inipun sudah saya tulis panjang lebar dalam Kesimbangan Pangan, Pakan dan Energi.

Kesalahan teknis calon no 2-pun bisa dikoreksi, jangan pemerintah atau unsur pemerintah yang membuat diskriminasi peraturan – yang menghambat masuknya pemain asing. Tetapi ini bisa dilakukan ditingkat pelaku usaha, melalui asosiasi-asosiasinya mereka, melalui standar-standar yang mereka berlakukan dalam berbagai asosiasinya masing-masing.

Masuknya pemain asing bisa dibendung oleh standar profesionalisme yang tinggi dari para pelaku ekonomi lokal, bukan melalui peraturan-peraturan pemerintah pusat sampai daerah – yang selain rawan tekanan dari pihak luar, juga rawan kepentingan dari  pihak-pihak tertentu dalam penyusunannya.

Bila hal-hal teknis insyaAllah bisa diatasi, tidak demikian dengan dengan pilihan keberpihakan kita – apakah kita berada di pihak yang dimusuhi oleh Allah dan RasulNya sebagaimana ayat-ayat tersebut di atas, atau kita berada di pihak yang diberkahi / ditolong Allah.

Keberpihakan ini tidak tergantung pada partai dan tidak tergantung pula pada pilihan kita di no urut 1 atau 2, keberpihakan ini hanya tergantung pada apakah ada keimanan dan ketakwaan kita atau tidak.

Mudah-mudahan Allah menunjuki kita jalan yang lurus, jalan panjang yang nampaknya masih harus ditempuh umat ini untuk sampai kepada ridhloNya semata. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar