Oleh: Muhaimin Iqbal
Gaya hidup hijau kini melanda di hampir semua aspek kehidupan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kerusakan lingkungan yang meluas di tingkat global. Mulai dari green car, green energy, green building, green industry bahkan sampai ke dunia investasi dikenal adanya green investment dalam bentuk green bond dlsb. Orang bersedia membayar lebih untuk sesuatu yang diberi label atau disertifikasi ‘green’. Padahal untuk menjadikan sesuatu itu ‘green’ sebenarnya tidak sulit-sulit amat, tinggal mengamalkan syariat yang ada di ‘green deen’ ini – yaitu satu-satunya agama yang dengan sangat detilnya memberi petunjuk untuk bagaimana melestarikan kehidupan.
Secara
eksplisit umat Islam ini diperintahkan untuk menjaga keseimbangan di
alam dan sangat dilarang untuk merusak keseimbangan itu ;
“…Matahari
dan bulan beredar menurut perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan
keduanya tunduk kepadaNya, dan langit telah ditinggikanNya dan Dia
ciptakan kesimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan itu, dan
tegakkanlah keseimbangan/timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi keseimbangan/timbangan itu…” (QS 55 :5-9)
Bila sampai kita lalai dengan merusaknya, maka kita-pun akan diingatkan olehNya untuk segera kembali ke jalanNya : “Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS 30:41)
Kita
diberi tahu caranya, bagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati
sekalipun (QS 36:33) – agar kita bisa menjalankan tugas dariNya pula
untuk memakmurkan bumi ini (QS 11:61). Kita diberi contoh-contoh KPIs
(Key Performace Indicators)-nya bila kita berhasil memakmurkan bumi
ini, yaitu negeri ini akan dipenuhi dengan kebun di kanan kiri kita
(sejauh mata memandang), penduduknya makan dengan cukup dari hasil kebun
ini, penduduknya pandai bersyukur dan hingga Allah-pun akan memberi penilaian negeri kita sebagai negeri yang baik dan Dia Maha Pengampun – Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur (QS 32:15).
Untuk
bumi yang sudah hidup – sudah hijau royo-royo, tetapi kemakmuran belum
datang juga – dalam bentuk berbagai mankanan dari jenis daging, susu dan
buah-buahan yang masih terus kita datangkan dari negeri lain, maka
petunjuk detilnya untuk mengkoreksi produktifitas lahan ini juga sudah
diberikanNya – yaitu dalam bentuk penggembalaan ternak ditempat-tempat
turunnya hujan dan ditempat tumbuhnya pepohonan (QS 16:10). Dari
penggembalaan inilah kemudian kita akan bisa memiliki kebun dari segala
macam buah-buahan (QS 16:11).
Untuk
mengatasi krisis air bersih dunia, petunjukNya juga sudah sangat jelas.
Yaitu dengan membangun kebun-kebun kurma dan anggur yang berdaya guna
ganda, dia menghasilkan
buah-buahan sebagai sumber makanan kita sekaligus memancarkan mata air
(QS 36:34). Bahkan ketika pohon-pohon kurma tersebut semakin banyak,
anak-anak sungai-pun akan mengalir dibawahnya (QS 19:24)
Ketika dunia panik dengan menurunnya cadangan non-renewable energy – sementara renewable energy yang bisa dijagokan belum jelas bentuknya, bagi orang beriman arah pengembangan renewable energy itu sudah sangat jelas – yaitu dari pepohonan yang hijau (QS 36:80 dan QS 56:71-72).
Walhasil
seluruh aspek yang membentuk gaya hidup hijau dalam memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti pangan, energy, air dan udara bersih itu telah
secara lengkap petunjuknya diturunkan olehNya lebih dari 14 abad sebelum
manusia modern di dunia memikirkannya.
Teorikah
ini semua ? insyaAllah bukan sebatas teori. Langkah-langkah awal menuju
kesana telah kita mulai dengan konsep Kebun Al-Qur’an, WATANA (Wana
,Tani dan Ternak), iGrow dlsb. Buku-buku teknis implementasi telah
ditulis, bibit-bibit tanaman Al-Qur’an telah mulai berhasil dikembang
biakkan dan mulai ditanam dan bahkan penggembalaan ternak-pun telah
dimulai.
Maka
pada bulan Ramadhan ini, insyaAllah kami akan adakan workshop khusus
untuk sharing pengalaman bagaimana menggunakan petunjukNya tersebut
untuk menjawab masalah-masalah kontemporer – dengan Kebun Al-Qur’an
sebagai contoh atau model. Dari contoh pengamalan ayat-ayat tentang
berkebun – untuk mengatasi kebutuhan dasar manusia Food, Energy, Water (FEW) plus clean air ini –
insyaallah akan bisa menginspirasi peserta workshop untuk mulai
benar-benar mengamalkan Al-Qur’an dalam menjawab semua problem
kehidupannya (QS 16:89) secara adil dan seimbang.
Selain
pembicara dari kami (GeraiDinar & Sahabat Al-Aqsha), dalam workshop
ini insyaAllah juga akan hadir pembicara pakar tafsir Al-Qur’an Dr.
Mustafa Umar, Lc. MA. Workshop tidak dipungut biaya, dan silahkan
dicatat tempat dan waktunya sebagai berikut:
Masjid Baitul Ihsan – BI
Kompleks bank Indonesia, Jl. Budi kemuliaan 23 Jakarta Pusat.
Hari Ahad, 6 Juli 2014 mulai pukul 09:00 s/d 15:00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar