Oleh: Muhaimin Iqbal
Tidak selamanya apa yang kita usahakan atau perjuangkan itu membawa keberhasilan atau kemenangan, adakalanya kita gagal atau kalah. Kegagalan atau kekalahan sebenarnya adalah hal yang biasa, karena umumnya kegagalan inilah yang lebih sering kita hadapi ketimbang keberhasilan. Maka sikap ketika kita menghadapi kegagalan atau kekalahan itulah yang akan membedakan kita, apakah kita seorang yang kalah (loser) atau seorang pemenang sejati (winner). Bagi pemenang sejati, Anda hanya mengenal dua hal yaitu kadang Anda menang terkadang pula Anda harus belajar – sometimes you win, sometimes you learn.
Pememang
sejati menggunakan waktu-waktu dia gagal atau kalah sebagai proses
pembelajaran untuk menggapai kemenangan berikutnya. Ketika kebanyakan
orang menerima realita kekalahan sebagai pemakluman bahwa sometimes you win, sometime you lose
, pemenang sejati bisa memaknai kekalahan atau kegagalannya secara
berbeda – yaitu waktunya untuk mengambil pelajaran dan bukan waktunya
untuk meratapi kekalahan.
Hal
ini berlaku umum baik di dunia politik, dunia olah raga, dunia bisnis
dan berbagai aktifitas lainnya yang menuntut perjuangan tersendiri. Di
dunia politik misalnya, umat yang mayoritas ini sedang tidak berada di
panggung kemenangan karena kita gagal di dua tempat sekaligus. Pertama
gagal mengambil hati umat yang mayoritas ini dan gagal pula mengambil
pelajaran darinya.
Ketika
umat Islam tidak mau bersatu meng-goal-kan pemimpinnya untuk memenangai
Pilkada Tingkat I yang paling bergengsi DKI misalnya – sehingga umat
ini harus kalah – kita tidak mengambil pelajaran dari kekalahan
tersebut. Dampaknya hanya dalam dua tahun berikutnya umat harus menerima
kekalahan yang lebih besar yaitu kegagalan untuk memenangkan
kepemimpinan nasional.
Di
dunia ekonomi umat yang mayoritas juga terperdaya oleh kekuatan ekonomi
minoritas, kekuatan minoritas yang bagi mereka tidak mengenal halal
haram dan tidak mempedulikan riba-pun akhirnya diikuti oleh umat
mayoritas dengan bahkan mewajibkan yang riba.
Dalam
dunia olahraga-pun sama saja, negeri dengan pendududuk seperempat
milyar ini gagal memilih satu atau dua orang terbaiknya di dunia olah
raga individu seperti badminton dan sejenisnya. Kita gagal juga memilih
11 orang terbaiknya untuk unggul di persepak bola-an dunia. Bahkan
persepak bolaan kita lebih menjadi ajang permusuhan antar daerah atau
antar club ketimbang membangun sportifitas yang tangguh.
Lantas
pelajaran apa yang sesungguhnya bisa kita ambil dari
kekalahan-kekalahan kita di perbagai bidang tersebut di atas ?
Setidaknya saya ketemu lima pelajaran yang bisa kita ambil dari
kekalahan-kekalahan tersebut, yang saya kumpulkan dari Al-Qur’an dan
sirah sebagai berikut :
Pertama
ketika kita kalah atau gagal, waktunya untuk instrospeksi atas niat
kita untuk berusaha atau memperjuangkan sesuatu. Bila niat kita berusaha
atau berjuang itu untuk menolong Agama Allah, Allah pasti menolong
kita. Dan bila Allah menolong kita – tidak ada yang bisa mengalahkan
kita.
“Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS 47:7). “Jika Allah
menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika
Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? ….”
(QS 3 : 160)
Kedua
kita kalah karena kita terlalu terburu-buru untuk menang dan buru-buru
ingin menikmati hasil kemenangan itu, sehingga kita melalaikan tugas
kita masin-masing. Kita terlalu menuntut hak dengan melupakan kewajiban.
Kita
bisa belajar dari kekalahan umat di perang Uhud. Perang ini melibatkan
sahabat-sahabat pilihan dan mereka berperang bersama Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam. Perang inipun hanya berjarak satu tahun dari perang
sebelumnya dimana umat memperoleh kemenangan besar – yaitu perang Badr.
Tetapi umat kok kalah saat itu ?
Disitulah
pelajarannya, bahwa pejuang-pejuang terbaik-pun bisa lalai dan
meninggalkan tugasnya ketika tergiur dengan hasil duniawi yang menggoda
mereka. Kekalahan di perang Uhud ini secara spesifik diperintahkan untuk menjadi pelajaran bagi kita melalui ayat berikut :
“Jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir)
itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar
mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang
beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang lalim” (QS 3 : 140)
Ketiga
kekalahan itu bisa menghampiri kita justru ketika kita merasa kuat dan
besar sehingga kurang waspada. Dalam perang Hunain yang berjarak kurang
dari tiga pekan setelah penaklukan kota Mekah, dan melibatkan 12,000
pasukan – pasukan umat ini sempat kocar-kacir.
Perang
Hunain ini akhirnya bisa dimenangkan pasukan kaum muslimin setelah
Allah mengabulkan do’a Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan
menurunkan sakinah dan malaikat-malaikatNya.
“Sesungguhnya
Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi
congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak
memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah
terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan
bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan sakinah kepada Rasul-Nya dan
kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang
kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang
yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.”
(QS 9 : 25-26)
Keempat
adalah ketika kita kalah atau gagal memimpin di berbagai bidang
kehidupan, bisa jadi itu karena kurang kuatnya iman kita dan kurang
banyaknya kita melakukan amal shaleh-amal shaleh yang terkait bidang
kehidupan itu. Sebab janji Allah pasti berlaku, bahwa kepemimpinan itu
diberikan kepada orang yang beriman dan beramal shaleh.
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS 24 :55).
Kelima
adalah kita kalah dalam berbagai bidang kehidupan dan di berbagai medan
perjuangan bisa jadi karena kita belum menggunakan Al-Qur’an sebagai
petunjuk dan pelajaran. Umat ini dijanjikan untuk menjadi umat yang
tertinggi, manakala kita sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan
pelajaran – di setiap urusan kita.
“(Al
Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah,
dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang
yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
(QS 3 : 138 -139).
Maka
dengan lima pelajaran tersebut, insyaAllah kita bisa selalu dalam salah
satu dari dua kebaikan. Kita sedang mensyukuri dan mensucikanNya dalam
kemenangan kita, atau kita sedang belajar dari kekalahan saat ini untuk
meraih kemenangan yang akan datang. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar