Oleh: Muhaimin Iqbal
Bila di tulisan sebelumnya saya menulis tentang krisis yang begitu nyata berserta garis besar solusinya, maka tulisan ini akan membahas secara detil bagaimana solusi itu bekerja mengikuti petunjukNya. Bahkan lebih dari itu, bumi ini insyaAllah bisa terus bertambah makmur – bila hal yang diperintahkan ke kita bersamaan dengan perintah menyembah dan mengesakanNya yaitu memakmurkan bumiNya (QS 11:61) – sungguh-sungguh kita laksanakan. InsyaAllah kita semua bisa terlibat langsung dalam melakukannya.
Bahwa
petunjuk Al-Qur’an itu detil dan jelas, ini antara lain ditunjukkan
dengan sejumlah ayat di surat yang berbeda-beda yang saling menguatkan
dan menjadi penjelas satu sama lainnya – kita temukan rangkaian
ayat-ayat ini misalnya dalam ayat-ayat yang terkait dengan perintah
untuk memakmurkan bumi tersebut di atas.
Untuk
menjelaskan konvergensi ayat-ayat kemakmuran tersebut, bahkan bisa saya
visualisasikan dalam ilustrasi tiga dimensi untuk menggambarkan
sepotong bumi yang makmur. Untuk bisa kita lihat bersama dengan jelas,
seandainya bumi yang makmur itu seperti bulatnya buah semangka – maka
gambar dibawah adalah irisannya untuk 1/8 dari semangka tersebut.
Dalam
hal kemakmuran bumi misalnya surat Yaasiin bercerita tentang bagaimana
bumi yang mati (no 1 di gambar) dihidupkan dengan biji-bijian (QS 36 :
33), kemudian ayat 34-nya bercerita tentang kurma (2), anggur (3) dan
mata air (4). Maka dua ayat ini bercerita suatu proses dari bumi yang
mati sampai menjadi bumi yang subur dengan mata air yang memancar.
Bagaimana
proses detilnya kok bisa demikian ? Setelah ditanami biji-bijian,
dengan bantuan mikroba yang berkoloni pada perakarannya - tanaman
biji-bijian ini bisa langsung menyerap Nitrogen (N2) di udara dan
mengubahnya untuk menjadi Nitrogen yang siap konsumsi oleh tanaman (NH3
kemudian NH4). Bumi yang mati, kini telah mulai hidup dengan unsur utama
yang diperlukannya – yaitu Nitrogen.
Bersamaan
dengan hadirnya Nitrogen tersebut, permukaan tanah akan tertutup oleh
daun dari tanaman biji-bijian ini sehingga mencegah penguapan dari air
hujan yang jatuh di permukaan tersebut serta menurunkan suhu
permukaannya.
Dengan
modal inilah maka kemudian tanah bisa ditanami oleh tanaman-tanaman
berikutnya khususnya kurma dan anggur seperti di QS 36 ayat 34 tersebut.
Perakaran kurma yang rapat dan dalam – bisa sampai 10 meter, membantu
menahan air di dalam tanah.
Air yang tertahan ini terus merembas ke bawah dan dalam waktu yang lama akan menaikkan permukaan air tanah (water table). Water table ini adalah kodisi dimana permukaan air di dalam tanah memiliki tekanan 0 atm. Water table
yang terus terisi akan naik mendekati permukaan tanah, maka bila ketemu
bagian tanah yang posisinya sama atau lebih rendah dari water table ini – disitulah air akan memancar sebagai mata air (posisi no 4 dalam gambar).
Setelah
ada mata air, maka lebih luas lagi opsi tanaman yang bisa kita tanam.
Lahan berupa sawah ladang untuk menanam padi-padian-pun mulai terbentuk,
maka di ayat berikutnya (QS 36 : 35) disebutkan bahwa kita bisa makan
dari hasil usaha tangan kita – yaitu hasil bercocok tanam jenis
padi-padian.
Komposisi
kebun yang terdiri dari kurma, anggur dan kemudian sungai-sungai yang
mengalir dibawahnya ini juga diungkapkan oleh Allah di Surat Al-Baqarah
ayat 266. Senada dengan ini juga di surat Al-Kahfi (QS 18 : 32-33). Bila
ilustrasi 1/8 semangka tersebut saya gandakan menjadi ¼ semangka –
yaitu sisi kirinya yang sama persis seperti cermin dari gambar yang ada
di kanan - maka akan menjadi ilustrasi seperti di bawah.
Dengan
ilustrasi yang baru ini, Anda akan jauh lebih mudah memahami dua kebun
yang dijelaskan dalam dua ayat di surat Al-kahfi berikut.
“Dan
berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami
jadikan bagi seorang di antara keduanya dua buah kebun anggur dan Kami
kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua
kebun itu Kami buatkan ladang.
Kedua
buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya
sedikit pun dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu” (QS 18 : 32-33)
Prinsip
dua kebun yang mengindikasikan kemakmuran dan kebaikan sebuah negeri
ini juga diceritakan oleh Allah dalam kasus kaum Saba : “Sesungguhnya
bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada
mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS 34 : 15)
Adapun
disandingkannya kebun kurma dan anggur – yang disebut secara khusus
oleh Allah di surat 13 : 4 bahwa diantara tanaman-tanaman itu ada yang
berdampingan dan ada yang diunggulkan – pasti mengandung hikmah yang
luar biasa dan hingga kini belum sepenuhnya bisa diungkapkan oleh ilmu
pengetahuan pertanian yang paling modern sekalipun.
Karena
bukan hanya di ayat ini kurma dan anggur disandingkan dalam
penyebutannya, tetapi juga di sembilan ayat di surat-surat yang berbeda
lainnya. Jadi totalnya ada sepuluh ayat dimana kurma dan anggur disebut
secara berurutan, yaitu QS 13:4 ; 2 : 266; 6: 99; 13:4; 16:11; 16:67 ; 17:91; 18:32; 23:19 dan QS 36 :34.
Yang
jelas kurma adalah tanaman yang bernilai tinggi dan demikian pula
anggur, maka ketika keduanya berada dalam satu kebun – pastilah kebun
itu memiliki hasil yang sangat tinggi – maka keduanya juga disebutkan Allah sebagai rezeki yang baik (QS 16 :67).
Bila
kebun kurma dan anggur inipun belum memberikan hasil yang maksimal,
Allah turunkan resep berikutnya agar tanaman-tanaman ini berbuah banyak
dan juga buah-buahan lainnya. Resep itu adalah menggembala sebagai mana
ayat berikut :
“Dia-lah,
Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi
kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan
segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16:10-11)
Jadi
tempat menggembala terbaik-pun (no 10 di gambar) ternyata juga terkait
dengan pohon kurma, anggur dan berbagai buah-buahan lainnya.
Penggembalaan terbaik bukan di negeri-negeri padang rumput tempat dari
mana kita mengimpor daging dan susu selama ini !, tetapi bisa jdi di
negeri ini bila kita bisa bener-bener melaksanakan petunjukNya.
Bila
ini kita lakukan, maka berlakulah janji Allah bahwa sumber-sumber
makanan itu akan datang dari atas kita dan dari bawah kaki kita (QS
5:66), dan demikian pula keberkahannya akan datang dari langit dan dari
bumi (QS 7 : 96).
Kemudian keberadaan mata air dan juga sungai sebagai salah satu indikator kemakmuran
juga disebutkan di sejumlah ayat-ayat yang sangat banyak, tetapi
bagaimana kita bisa berbuat untuk berkontribusi dalam hadirnya mata
air-mata air dan sungai-sungai ini ? Dengan menanam pohon dan khususnya
kurma !.
Selain
disebutkan secara khusus bahwa tanaman kurma ini memancarkan mata air
(QS 36:34) dan mengalirkan anak sungai (QS 19 : 23-24) , hadits perintah
menanam pohon sampai kiamat – itu juga khususnya untuk pohon kurma,
meskipun tidak salah kalau kita menanam pohon lainnya juga. Yang jelas
salah adalah bila kita tidak menaman pohon dan bahkan cenderung
menebangnya saja !
“Jika
hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian
terdapat bibit pohon kurma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia
menanamnya, maka lakukanlah”. [HR. Ahmad]
Apa yang terjadi di dalam tanah ketika kita menanam pohon kurma di tanah yang kering sekalipun ?
Tanah yang kering adalah tanah yang tidak ada mata airnya, permukaan air tanah atau water table-nya (no 9) ada tetapi posisinya sangat dalam. Molekul-molekul air bisa jadi masih ada di zone tidak jenuh (no 7 pada pada
gambar di atas) – tetapi jumlahnya yang tidak memadai untuk diambil
sebagai air untuk kebutuhan manusia dan ternak. Hanya system perakaran
tanaman – khususnya kurma – yang masih bisa memanfaatkan air yang sangat
sedikit ini.
Ketika
air hujan turun dan ditahan di perakaran kurma ini, air merembes terus
kebawah sampai kepada zona jenuh (no 8). Seperti tetesan-tetesan air
hujan yang jatuh ke kolam, maka dia tidak terus bergerak kebawah lagi –
perlahan-lahan dia mengangkat permukaan kolam – yang dalam hal ini
adalah mengangkat permukaan water table.
Ketika proses ini berjalan terus, maka saatnya nanti akan tiba – dimana permukaan water table akan sampai di permukaan tanah – dan saat itulah mata air muncul.
Meskipun
hanya Allah-lah yang bisa menyimpan air ini, kita sebagai khalifahNya
diperintahkan untuk memakmurkan bumi antara lain melalui penanaman
pohon ini, karena dari pohon-pohon yang kita tanam tersebutlah air
disimpan di dalam tanah dan dikeluarkanNya dalam bentuk terbaiknya yaitu
mata air-mata air.
Sebagaimana
air adalah sumber segala kehidupan, maka menanam pohon adalah bentuk
konkrit keterlibatan manusia untuk bisa ikut melestarikan kehidupan di
bumi ini. Sebaliknya menebang pohon tanpa diikuti penanaman kembali,
menyedot air secara berlebihan dari dalam tanah tanpa upaya untuk ikut
mengembalikannya lagi – adalah mengancam ketersediaan air bersih di bumi
ini yang berarti juga mengancam kehidupan itu sendiri.
Bila
Anda tergerak untuk ikut menanam pohon khususnya pohon kurma ini, Anda
bisa lakukan di manapun di tanah yang boleh Anda tanami. Cara
membibitkan kurma-kurma tersebut telah saya tulis lebih dari satu
setengah tahun lalu dalam tulisan Mencari Kebahagiaan Dengan Membibit Kurma Sendiri.
Bila
Anda ingin lebih dari itu, pohon kurma yang Anda tanam ingin yang sudah
jelas jenis kelaminnya – sehingga berpeluang lebih tinggi untuk berbuah
– insyaAllah komunitas pembaca situs ini sekali lagi sedang dalam
proses mengimpor bibit-bibit kurma yang sudah teridentifikasi jenis
kelaminnya. Anda-pun sudah bisa indent untuk bergabung dari sekarang.
Dengan
petunjuk yang begitu jelas, juga konsekwensi dari perbuatan kita saat
ini yang begitu penting untuk kelestarian kehidupan di bumi ini
selanjutnya – maka mudah-mudahan kita dimudahkanNya agar kaki ini ringan
untuk melangkah, untuk mulai berbuat yang kita bisa. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar