Oleh: Muhaimin Iqbal
Bisa jadi ada hikmah besar di balik minimnya anggaran pemerintah dan enggannya bank –bank membiayai sektor pertanian, yaitu kita diberi kesempatan agar produksi makanan kita tidak tercampur dengan pembiayaan ribawi. Tantangannya kemudian adalah dari mana sektor ini akan mendapatkan kapitalnya bila tidak dari pemerintah dan tidak dari bank ? Bisa dari masyarakat langsung seperti yang kita lakukan rame-rame di project iGrow atau melalui pembiayaan yang aman tetapi belum banyak dikenal seperti pembiayaan Sistem Resi Gudang.
Bank-bank syariah umumnya bisa memberikan pembiayaan Sistem Resi Gudang ini dengan akad yang sesuai kebutuhan nasabah seperti mudharabah, murabahah atau musyarakah.
Masalahnya adalah untuk bisa dilakukan pembiayaan seperti ini, barang
dagangan atau komoditi Anda harus berada dalam pengelolaan gudang yang
independent – independently controlled warehouse – mereka menyebutnya.
Barangkali
karena kurangnya sosialisasi dan kurangnya kesiapan infrastruktur
Sistem Resi Gudang ini – yang membuat pembiayaan yang aman dan baik
untuk kedua belah pihak ini belum juga memasyarakat.
Saya
melihat ada peluang lain untuk menyelamatkan petani melalui pembiayaan
resi gudang ini. Aset petani yang berupa benda riil yaitu komoditi hasil
penenannya tidak harus terpaksa dijual
pada saat harga jatuh di musim panen, karena mereka akan bisa
memperoleh modal untuk menanam lagi meskipun hasil panenan sebelumnya
belum habis terjual. Tentu saja bila produknya juga bisa diolah agar
bisa tahan lama.
Bagi
pemilik modal ini juga aman karena setiap pembiayaannya dijamin oleh
adanya komoditi yang dikelola oleh pihak independent, komoditinya juga
bukan komoditi yang tidak laku dijual – melainkan komoditi yang tidak
harus dijual pada saat musim panen ketika harga komoditi tersebut
umumnya jatuh.
Masalahnya
lagi adalah siapakah pihak independent yang mengelola gudang yang bisa
dipercaya kedua belah pihak tersebut, siapakah mereka ini yang paling
siap ? Disinilah peran teknologi informasi bisa memberikan terobosannya –
jadi teknologi informasi bisa membantu mengatasi riba ! Bagaimana
caranya ?
Bila
dalam pengertian pembiayaan Sistem Resi Gudang konvensional yang
disebut gudang adalah tempat menyimpan barang terpusat – dimana
pengelolaan keluar masuk barangnya ada pada pihak yang independent,
sehingga pemilik barang tidak dengan mudah mengeluarkan barangnya tanpa
sepengetahuan/seijin pemberi modal – maka teknologi informasi bisa
mengatasi hal ini.
Yang
disebut gudang tidak lagi harus tempat menyimpan stok dalam jumlah
besar dan terpusat – karena ini justru membuat barang sulit berputar.
Gudang bisa berupa stok kecil-kecil di sejumlah lokasi yang terintegrasi
dengan jalinan system informasi.
Pemilik
barang dan pemodal bisa sama-sama mengakses data stok setiap saat,
termasuk berkurangnya stok ketika barang laku terjual. Untuk mengamankan
kepentingan pemodal, bisa saja disepakati bahwa setiap hasil penjualan
yang telah menjadi uang tunai – tidak boleh dicairkan oleh pemilik
sebelum modal dari pemodal dikembalikan terlebih dahulu.
Project Natural.ID
yang telah saya perkenalkan di beberapa tulisan sebelumnya selain untuk
mengidentifikasi, memaksimalkan nilai tambah dan mempromosikan
komoditi-komoditi hasil bumi terbarukan dari negeri ini – juga sangat
dimungkinkan untuk mendukung pembiayaan Sistem Resi Gudang tersebut di
atas.
Dengan
solusi teknologi yang saat ini sedang kami kembangkan, akan sangat
dimungkinkan misalnya Anda ( juga bank atau pihak lain yang mebiayai
Anda ) secara real time memantau stok Anda yang menyebar di ratusan outlet konsinyasi – dimana outlet –outlet tersebut bukan milik Anda.
Bahkan lebih jauh dari itu bank atau pihak lain yang akan membiayai Anda akan bisa tahu secara real time pula
dinamika pergerakan stok Anda baik yang telah lewat (history) maupun
yang sedang berjalan – yang berarti juga mereka bisa mengetahui turn-over
riil dari barang dagangan Anda. Semakin cepat stok berkurang berarti
semakin laku, semakin tinggi pula kemampuan Anda untuk membayar atau
mengembalikan modal.
Barangkali
inilah salah satu rahasianya, mengapa satu dari dua lawan riba itu
adalah perdagangan – sedangkan lawan riba lainnya adalah sedekah : “… Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ... Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS 2 : 275-276).
Artinya
bila kita bekerja keras untuk mempromosikan perdagangan
komoditi-komoditi hasil bumi kita, khususnya yang terkait kebutuhan
pangan – maka melalui jalan inilah kita insyaAllah juga akan bisa
mengeliminasi riba dari pengadaan komoditi pangan kita.
Jadi
bonus dari majunya perdagangan adalah mundur atau berkurangnya riba,
karena pemilik modal akan memilih modalnya untuk membiayai perdagangan
langsung ketimbang modalnya diam dalam timbunan atau jaman sekarang
dalam tabungan dan deposito.
Sebaliknya
juga terjadi, ketika perdagangan tidak kita kuasai – sebagian dari kita
yang memiliki modal tidak tahu bagaimana memutar harta yang seharusnya,
akibatnya mereka memilih jalan yang sepintas aman – dengan menyimpan
dananya dalam tabungan dan deposito – yang ujung-ujungnya adalah
menumbuh kembangkan riba.
Dengan Project Natural.ID
yang pengadaan systemnya pernah saya tawarkan kepada para pembaca situs
ini, insyaAllah akan segera ada cikal bakal atau rintisan swasembada
pangan yang sekaligus membebaskan pengadaan pangan ini dari pengaruh
riba. Alhamdulillah kini sudah siap beberapa team yang telah mulai mengembangkan system tersebut secara terintegrasi. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar