Oleh: Muhaimin Iqbal
Kita sadari atau tidak, kita kini sesungguhnya senantiasa hidup dalam bahaya. Ada yang mengancam kehidupan kita secara fisik dan accidental seperti pembegalan dan perbagai bentuk kejahatan kemanusiaan lainnya, ada yang fisik tetapi gradual seperti masuknya berbagai jenis racun/toxin yang memasuki tubuh kita, ada yang non fisik tetapi accidental seperti pembungkaman pemikiran kita dan ada pula yang non fisik dan gradual seperti perang dingin pemikiran dan budaya yang menggerogoti keimanan kita. Namun, Alhamdulillah ada satu obat yang bisa kita gunakan untuk membentengi diri kita dari semua jenis bahaya tersebut.
Hanya
Allahlah yang menjadi sebaik-baik pelindung kita itu, Allah dan
RasulNya-pula yang memberikan contoh jalannya agar kita bisa berikhtiar.
Seperti sakit misalnya, Hanya Allah yang bisa menyembuhkan penyakit
kita – tetapi berupaya mencari penyembuhan yang baik juga menjadi sunnah
yang dicontohkan.
Maka
membentengi diri dari berbagai bahaya yang mengepung kita dari segala
penjuru tersebut juga ada yang dicontohkan berdasarkan petunjukNya dan
sunnah yang dilakukan oleh NabiNya. Kisah dibawah ini bisa menjadi
inspirasi yang komplit bagaimana ayat dan sunnah itu bekerja membentengi
diri kita dari bahaya yang mengancam.
Diriwayatkan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa setelah turunnya surat Al-Lahab : “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa…”
(QS 111:1-5), Ummu Jamil – istri Abu Lahab menjadi kalap, dengan
berteriak sambil membawa alu (alat penumbuk) dari batu dia hendak
mencelakai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Saat
itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wasallam sedang duduk bersama Abu
Bakar Radliallahu ‘Anhu, melihat gelagat tidak baik dari istri Abu Lahab
tersebut, Abu Bakar menyampaikan kekawatirannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “ wanita ini telah datang dan saya takut dia melihat engkau”. Rasulullah ‘Alaihi Wasallam-pun menjawab “innahaa lan taraanii – sungguh dia tidak akan melihat aku”, kemudian beliau membacakan ayat berikut :
“Dan
apabila kamu membaca Al Qur'an niscaya Kami adakan antara kamu dan
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding
yang tidak terlihat.”
Pelajarannya
adalah bahwa melalui membaca Al-Qur’an-lah umat ini dilindungi Allah
dari segala macam bahaya yang mengancamnya – yang datang dari
orang-orang yang tidak beriman.
Bisa
saja yang (berusaha) mencelakai kita itu juga sesama muslim, karena di
negeri yang mayoritas penduduknya (ber-KTP) muslim seperti kita ini –
tentu besar pula peluangnya bahwa yang merampok di jalan juga muslim,
yang menyengsarakan rakyat dengan korupsinya juga muslim, yang membunuh
juga muslim. Hanya saja semua kejahatan itu dilakukan oleh muslim yang
(sedang) kehilangan imannya. Kok bisa ? dasarnya adalah Sahih Bukhari
berikut :
Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas Radliallahu ‘Anhu, Rasulullallah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda : “ Tidaklah
berzina seorang hamba yang berzina ketika ia berzina dalam keadaan
beriman, tidaklah mencuri ketia ia mencuri dalam keadaan beriman, tidaklah
meminum khamr ketika meminumnya dalam keadaan beriman, dan tidaklah
membunuh sedang ia dalam keadaan beriman” Kata Ikrimah, aku bertanya
kepada Ibnu Abbas, bagaimana iman bisa dicabut padanya ? Ia menjawab
begini, sambil menjalinkan jari-jemarinya lalu dia keluarkan, maka jika
dia bertaubat, iman itu kembali kepadanya, sambil ia menjalin jari
–jemarinya.
Dalam kisah pembacaan ayat oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut diatas untuk
menghadapi ancaman istri Abu Lahab, pembacaan ayat-nya itu sendiri yang
menyebabkan Allah menurunkan dinding yang tidak terlihat sehingga
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terlindung dari bahaya yang
mendatanginya.
Pengertian
yang lebih luas juga mencakup membaca ayat-ayatnya, memahaminya dan
kemudian mengamalkannya. Sama dengan pengertian Al-Qur’an sebagai obat
(QS 17:82), dibacakannya ayat-ayat Al-Qur’an sudah bisa menjadi obat,
apalagi bila dipahami maknanya dan diamalkannya sebagai petunjuk – maka
Al-Qur’an secara keseluruhannya akan menjadi jawaban untuk segala macam
penyakit yang ada hingga kini dan bahkan hingga akhir jaman nanti.
Bahwasanya kita sekarang dalam bahaya dari segala penjuru seperti di awal tulisan ini, bisa
jadi instrospeksi kita semua bahwa kondisi kita sekarang yang sangat
kurang dalam membaca Al-Qur’an apalagi memahaminya dan mengamalkannya.
Maka inilah jalan keselamatan kita di dunia dan di akhirat, membaca
banyak-banyak Al-Qur’an itu sambil terus dalam bahasa jawa disebut angen-angen sak maknane – mebaca sambil membayangkan maknanya.
Membaca Al-Qur’an banyak-banyak (beserta shalat dan berinfaq) juga bukan hanya perlindungan dari bahaya, tetapi menjadikannya
perniagaan yang tidak akan merugi, mendatangkan pahala yang berlipat
dan karunia/rezeki yang terus bertambah. Ini yang dijanjikan Allah dalam
dua ayat berukt :
“Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan
menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala
mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS 35:29-30)
Bukankan
ini semua yang kita butuhkan saat ini ? bebas dari segala macam mara
bahaya, perdagangan yang tidak akan merugi, kesempurnaan pahala dan
terus bertambahnya karuniaNya ? maka jalannya jelas yaitu selalu membaca
Al-Qur’an ! tentu sambil diikuti upaya terus menerus untuk memahaminya
dan mengamalkannya . InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar