Rabu, 20 Mei 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
Untuk
mengetahui berapa pohon yang harus ditanam untuk mengimbangi kebutuhan
oksigen dan makanan kita misalnya, kita dapat mendekatinya dengan proses
photosynthesis berikut :
Untuk
setiap molekul glucose (C6H12O6), dibutuhkan enam molekul carbon
dioxide (CO2) dan 6 molekul air (H2O). Setiap menghasilkan satu molekul glucose, photosynthesis juga menghasilkan 6
molekul oxygen (O2) – oxygen yang diproduksi oleh pepohonan secara
kontinyu ke udara inilah yang kita butuhkan untuk aktivitas pernafasan
kita.
Pohon-pohon
yang sudah besar, dia bisa dengan mudah menghasilkan lebih dari 100 kg
oxygen per tahun. Tetapi untuk pernafasannya, manusia membutuhkan
sekitar 9.5 ton udara per tahun, dari sini sekitar 23 %nya adalah oxygen
– dan dari oxygen yang kita hirup tersebut – kurang lebih hanya 1/3-nya
yang diserap tubuh kita.
Artinya
rata-rata manusia membutuhkan sekitar 730 kg oxygen setiap tahunnya.
Bila ini dikonversikan ke jumlah pohon yang harus ada untuk men-supply
kebutuhan oxygen kita , dibutuhkan rata-rata 7 pohon untuk setiap jiwa.
Di
jaman kakek-nenek kita, jumlah pohon tersebut tidak menjadi masalah
karena manusianya jauh lebih sedikit dan pohonnya jauh lebih banyak. Di
jaman kita masalah itu mulai terasa manakala manusia terus bertambah
banyak sedangkan jumlah pohonnya justru berkurang.
Masalah
yang serius akan terjadi pada generasi anak cucu kita kelak, bila kita
tidak segera menanam pohon itu saat ini. Anda yang memiliki tiga orang
anak kini, kemudian masing-masing anak punya dua anak lagi misalnya –
maka di generasi cucu Anda sudah ada 6 jiwa – yang perlu perimbangan setidaknya 42 pohon.
Dan
pohon yang seharusnya kita tanam ini juga bukan sembarang pohon.
Melalui Al-Qur’an Allah sudah mengindikasikan tentang pohon-pohon yang
seharusnya ditanam. Negeri yang baik (Baldatun Thoyyibah) digambarkanNya
sebagai negeri dua kebun (di mana-mana kebun) dan kebunnya terdiri dari
kebun yang menghasilkan makanan (QS 34:15).
Sebaliknya
di ayat lanjutannya, negeri orang-orang berpaling ternyata juga masih
negeri yang hijau karena disitu masih ditumbuhkan pepohonan. Yang
membedakan dengan negeri yang baik adalah di negeri yang orang-orangnya
berpaling – buah dari pepohonan yang ditanam tidak bisa dimakan (QS
34:16) !
Dengan
menggunakan kacamata Al-Qur’an demikian ini, akan dengan mudah dan
terang benderang kita bisa mengukur, negeri seperti apa negeri kita ini ?
Bisa saja sepanjang jalan kanan kiri kita masih pepohonan hijau –
tetapi adakah kita makan buahnya ?
Bayangkan
sekarang bila setiap jiwa kita menghadirkan 7 pohon, dan setiap
pohonnya menghasilkan buah (carbohydrate) yang enak dimakan 100 kg saja
perpohon – akan ada 700 kg bahan pangan per jiwa , bukan hanya kita
mendapatkan cukup oxigen, tetapi juga cukup makan.
Jika
kita buat gerakan untuk menanam tujuh pohon buah (buah apa saja) setiap
jiwa misalnya, maka selain menjaga pemenuhan kebutuhan oxygen dan
makanan untuk kita - kita juga bisa berharap kelak negeri kita ini
menjadi negeri baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur.
Selama
kita masih rajin menanam pohon yang tidak dimakan - apalagi kalau sudah
tidak lagi gemar menanam, maka darimana kita bisa berharap menjadi
negeri yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafuur ? lha wong prasyarat
fisiknya saja untuk menjadi negeri kebun dimana penduduknya makan cukup
dari kebun itu – belum terpenuhi ! Wa Allahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar