Oleh: Muhaimin Iqbal
Belanja teknologi informasi dunia tahun ini diperkirakan mencapai sekitar US$ 3.9 Trilyun atau lebih dari 4 kali GDP Indonesia yang berada di kisaran US$ 900 Milyar. Bisa dibayangkan bila Indonesia bisa mengambil proporsi yang agak banyak dari belanja IT dunia tersebut, maka negeri ini akan bisa mencapai target pertumbuhannya tanpa harus banyak mengorbankan sumber daya alam dan kelestarian lingkungannya. Negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini sangat berpeluang untuk menguasai IT dunia, karena kitab kita adalah sumber dari segala sumber informasi.
Bahwasanya
saat ini penguasaan IT dan pasarnya masih lebih banyak dikuasai umat
lain, bisa saja ini terjadi karena umat ini belum mengoptimalkan sumber
informasi, ilmu dan teknologi yang berasal dari petunjukNya itu.
Ada
cerita menarik tentang ilmu ini yang bisa menjadi dasar bahwa
seharusnya umat ini bisa mengungguli umat lain khususnya Yahudi dalam
penguasaan informasi yang kemudian menjadi ilmu pengetahuannya.
Dalam tafsir At-Tabari ada mengutib hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas : Bahwasanya
para pendeta Yahudi bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam di Madinah : “Wahai Muhammad, ayat : “dan tidaklah kalian
diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit saja” (QS 17:85), kepada kami
itu engkau maksudkan ?, atau kepada kaummu ?”. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam menjawab : “Keduanya !”. Mereka
berkata : “ Apakah engkau tidak membaca ayat yang diwahyukan kepadamu,
bahwa kami diberi Taurat yang menjelaskan segala sesuatu di dalamnya ?”
Beliau menjawab : “Itu dalam ilmu Allah SWT adalah sedikit, dan yang ada
pada kalian itulah yang cukup untuk kalian”.
Setelah itu turunlah ayat : “Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 31:27)
Nah,
kepada kita diberikanlah kitab Al-Qur’an yang merupakan jawaban untuk
seluruh persoalan (QS 16:89), yang bila kita gunakan kitab tersebut
sebagai petunjuk dan pelajaran kita dijanjikan olehNya langsung bahwa
kita akan menjadi umat yang tertinggi (QS 3:138-139).
Namun
kok kenyataannya untuk saat ini kita belum mencapai derajat paling
tinggi dalam penguasan IT, baik dari sisi ilmu dan teknologinya apalagi
pasarnya ? kita masih menggunakan semua produk orang lain sehingga pasar
IT-pun juga dikuasai mereka ? Barangkali karena kita masih belum
mencari dan mengolah sumber-sumber informasi dan ilmu pengetahuan itu
dari sumber yang seharusnya – yaitu Al-Qur’an.
Bayangkan
sekarang kalau kita bisa menggali langsung dari sumber yang seharusnya,
kemudian mengolahnya menjadi jawaban untuk seluruh persoalan kehidupan
manusia di jaman ini hingga akhir jaman nanti – maka insyaAllah kita
akan bisa menjadi umat yang paling unggul – seperti yang dijanjikan oleh
Allah tersebut di atas.
Berikut
adalah salah satu contoh model pendekatannya – menggunakan Al-Qur’an
sebagai sumber jawaban untuk solusi segala persoalan. Dari pendekatan
ini kemudian bisa dikembangkan aplikasi teknologi informasi yang
terstruktur untuk segala persoalan yang ingin dipecahkan dengan
Al-Qur’an.
Karena
informasi adalah tersambungnya elemen-elemen data yang semula terpisah,
maka Al-Qur’an juga sebenarnya sumber segala sumber data. Jadi dimulai
dari data, menjadi informasi dan kemudian menjadi ilmu.
Ketika
ilmu itu bener-bener diamalkan, digunakan oleh si empunya ilmu untuk
mengatasi perbagai persoalan – maka ilmu akan menjadi semakin mendalam.
Hal-hal yang tidak tersurat secara langsung, bisa muncul dalam
pengamalan, yang semula rahasia menjadi terungkap. Di atas ilmu itulah
hikmah, yaitu pemahaman ilmu yang sangat dalam dari yang tersurat maupun yang tersyirat.
Maka
di Al-Qur’an disebutkan orang yang diberi hikmah inilah yang diberi
kebaikan yang amat sangat banyak, dan tidak bisa mencapai hikmah ini
orang yang tidak berfikir atau memiliki akal.
“Allah
menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As
Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang
dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).” (QS 2:269).
Lantas
bagaimana menuangkan konsep dari dasar data, informasi, ilmu sampai
hikmah yang bersumber dari Al-Qur’an tersebut menjadi solusi aplikatif
dari Tekonologi Informasi ? Karena Al-Qur’an adalah kitab yang amat
sangat teratur, setiap kata, posisinya, urutannya, jumlahnya dlsb tidak
ada yang kebetulan – maka kita bisa mulai dari elemen dasar atau data
ini.
Misalnya
di Al-Qur’an ada data berupa kata sebut saja contohnya kurma, ada data
berupa angka atau pengulangannya – untuk kurma muncul angka pengulangan
20 (ada 21 tetapi yang satu tidak disebutkan sebagai kurma). Dalam hal
sumber data yang akan menjadi fondasi bangunan di atasnya berupa
informasi, ilmu sampai hikmah ini - validitas data di Al-qur'an adalah
tiada duanya. Tidak ada istilah garbage in - garbage out seperti yang ada di aplikasi teknologi informasi pada umumnya, karena semua data dari Al-Qur'an valid dan bernilai tinggi.
Dari
data ini kemudian muncul informasi dalam bentuk kalimat-kalimat yang
mulia yaitu ayat-ayat yang ada di Al-Qur'an. Misalnya : “…kebun kurma dan anggur yang dibawahnya mengalir sungai-sungai…” ; “Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air” dan seterusnya.
Ketika
informasi berupa ayat-ayat atau kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan
satu sama lain, kemudian dikaitkan pula dengan data atau informasi yang
relevan dari sumber yang sama, kemudian lagi diolah menjadi teori atau
konsep – maka lahirlah ilmu. Ilmu yang terlahir-pun menjadi ilmu yang
sempurna dan berkwalitas tinggi karena didukung oleh data yang terjamin
validitasnya - yang tersaji dalam informasi berupa kalimat-kalimat yang
mulia.
Dari
data awal kurma dan ayat-ayat terkait misalnya, kini telah lahir ilmu
mengelola sumber atau mata air dengan tanaman kurma, ilmu tentang
makanan yang akan mencegah kelaparan. Ilmu tentang makanan yang
membangkitkan motivasi dan gairah hidup, ilmu pengobatan penyakit fisik
maupun psikis berbasis kurma dlsb.
Dan
ketika ilmu ini tidak berhenti sekedar ilmu, tetapi benar-benar kita
berusaha mengamalkannya di lapangan – maka lahirlah hikmah yang tidak
tersurat secara eksplisit baik ditingkat data
maupun tingkat informasi. Misalnya kita jadi semakin yakin bahwa
tanaman yang disebut sampai 20 kali di Al-Qur’an ini benar-benar untuk
kita, bukan hanya untuk orang Arab. Kita bisa benar-benar menanamnya di
negeri ini, kita menjadi semakin mengimani bahwa segala petunjuk yang
ada di dalam Al-Qur’an ini adalah berlaku untuk seluruh alam hingga
akhir jaman, dst.
Maka
sekarang menjadi waktunya bagi para ahli Al-Qur’an untuk bergabung
dengan para Ahli IT dan sebaliknya, untuk membangun solusi yang
komprehensif – untuk mengatasi berbagai persoalan multi dimensi bagi
umat yang hidup di jaman belantara informasi yang serba tidak jelas,
simpang siur dan penuh fitnah ini.
Tujuannya
tentu bukan berebut dengan orang lain dalam meraih pangsa pasar yang
nilainya lebih dari 4 kali GDP kita tersebut di atas – meskipun bisa
saja nanti hasil sampingnya atau hadiah jangka pendeknya adalah
penguasaan pasar tersebut – tetapi tujuan utamanya adalah meninggikan kalimat Allah - Li ila i kalimatillah. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar