Oleh: Muhaimin Iqbal
Selain tanah, komponen yang sangat vital dalam pertanian adalah tersedianya air. Karena tingkat kepentingannya yang sangat tinggi, maka prasyarat adanya air untuk tumbuhnya pohon ini disebutkan di sejumlah ayat dalam Al-Qur’an – saya menemukan tidak kurang dari 40 ayat ! Tetapi air saja tidak cukup, tanaman juga sangat membutuhkan nitrogen dan mineral. Dari mana nitrogen dan mineral ini ? dan apa yang diajarkan Al-Qur’an tentang sumber-sumber-nya ? Saya akan bahas ini dahulu sembelum kembali membahas air.
Indahnya
mahakarya dari Sang Pencipta itu antara lain nampak pada detil dan
konvergensi ciptaanNya – untuk menunjukkan bahwa semua itu hanya ada
satu Sang Pencipta. Untuk menjelaskan ini saya ajak Anda untuk melihat
perspektif yang lebih luas dari pertanian, yaitu kehidupan itu sendiri –
yang saya sederhanakan dalam tiga pelaku utamanya yaitu manusia, hewan
dan tanaman.
Manusia
seperti kita mengalami pertumbuhan sejak lahir sampai usia tertentu,
ketika kita tumbuh – milyaran sel-sel baru terbentuk setiap hari. Pada
usia tertentu pertumbuhan ini berhenti, milyaran sel-sel rusak setiap
hari. Meskipun kita tetap makan banyak tetapi yang rusak lebih banyak
dari yang baru – itulah proses penuaan.
Dari
mana asal sel-sel baru tersebut terbentuk ? dari makanan yang kita
makan, baik dari hewan ternak maupun dari tanam-tanaman. Pada hewan
ternak prosesnya mirip manusia, sel-sel baru terbentuk setiap hari yang
berasal dari makanannya – yaitu tumbuh-tumbuhan.
Jadi
kita tahu bahwa sumber produksi makanan yang sesungguhnya adalah
tanaman, melalui pabriknya yaitu pada daun-daun tanaman – melalui proses
yang disebut photosynthesis. Photosynthesis memerlukan air (H2O),
carbon dioksida (CO2) dan butuh energi.
Tetapi
bila hanya dengan tiga komponen Hidrogen (dari H2O), Carbon (dari CO2)
dan Oxygen (dari air H2O maupun CO2), proses photosynthesis hanya akan
menghasilkan dua dari setidaknya lima komponen makanan yang kita
butuhkan – yaitu baru menghasilkan karbohidrat dan lemak.
Untuk
menghasilkan tiga yang lain yaitu protein, vitamin dan mineral –
tanaman membutuhkan nitrogen dan perbagai mineral. Nitrogen bisa
diperoleh langsung oleh tanaman tertentu dari udara ( keluarga legume),
tanaman yang lain harus mengambilnya dari nitrogen yang sudah ada di
dalam tanah – demikian pula mineral diambil dari dalam tanah.
Masalahnya
adalah ketika manusia bertambah banyak, makan ternak juga lebih banyak –
manusia dan ternak membutuhkan makanan dari tanaman yang lebih banyak
lagi. Nitrogen dan mineral terus tersedot oleh tanaman untuk memproduksi
makanan yang dibutuhkan manusia dan ternak tersebut, lama-lama menipis
dan akhirnya habis.
Ketika
hara tanah ini menipis atau bahkan habis, tanaman tidak tumbuh sempurna
atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Maka manusia modern berusaha
menggantikan hara tersebut dengan pupuk-pupuk kimia hasil industri.
Karena
ilmu manusia hanyalah dzon – dugaan, sementara kelihatan benar tetapi
di belakang hari akan ketahuan kelemahannya. Demikianlah yang terjadi
dengan pupuk kimia, setelah berpuluh tahun dianggap berjasa mendongkrak
produksi pertanian – kini begitu banyak riset yang mulai menunjukkan
sebaliknya.
Kandungan
phosphor yang berlebihan dari penggunaan pupuk kimia menyebabkan
tanah-tanah mengeras karena phosphor tidak larut dalam air. Demikian
pula dengan kandungan nitrogen yang berlebihan dalam pupuk kimia –
justru membuat tanah kehilangan kesuburannya dalam jangka panjang.
Barangkali
inilah salah satu bentuk kerusakan nyata jaman ini di darat akibat ulah
tangan-tangan manusia yang disebutkan di ayat : “Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS 30 :41)
Nah
sekarang kita tentu ingin kembali ke jalan yang benar – termasuk dalam
urusan bertani ini. Agar kita tidak merusak tanah dan kesuburannya, agar
bumi ini terus bisa mencukupi kebutuhan makanan untuk kita dan anak
cucu serta ternak-ternak kita – yang ujungnya juga untuk kita ! Apa yang
harus kita lakukan ?
Karena
kita disuruh kembali olehNya, pasti Dia juga memberikan solusi dan
petunjukNya. Bentuk petunjuk specifik untuk Nitrogen dan mineral yang
dibutuhkan tanaman itu ada setidaknya pada dua ayat berikut :
“Dia-lah,
Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya
menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada
(tempat tumbuhnya itu) kamu menggembalakan ternakmu.” (QS 16:10)
“Makanlah
dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54)
Kita
diberi petunjuk spesifik untuk menggembala, bahkan di ayat yang kedua
menggunakan kalimat perintah – untuk menekankan pentingnya untuk
dilaksanakan. Karena berupa perintah, kalau tidak kita laksanakan pasti
ada akibatnya. Kita diperintah untuk makan, bila tidak makan – kita
tidak akan survive. Demikian pula kita diperintahkan menggembala, bila
tidak kita laksanakan maka bumi kita yang tidak survive dalam menunjang
kebutuhan makanan kita. Dan bila bumi tidak survive dalam menunjang
tumbuhnya tanaman-tanaman secara berkelanjutan, maka manusia juga tidak
akan survive !
Maka
melalui penggembalaan ternak inilah Allah antara lain hendak
mengembalikan nitrogen dan berbagai mineral – yang telah disedot tanaman
untuk memberi makan manusia dan ternak – agar tanaman tetap dapat
tumbuh secara berkelanjutan.
Ketika
digembalakan, ternak menebarkan kotoran padat dan cair. Kotoran padat
domba misalnya mengandung N,P dan K masing-masing sekitar 0.9
% ; 0.5 % dan 0.8 %. Untuk kotoran cairnya malah mengandung K sekitar
2.1 %. Unsur K inilah yang sangat dibutuhkan tanaman di fase pertumbuhan
generatifnya – yaitu menghasilkan buah yang kita makan.
Dari
begitu pentingnya penggembalaan pada rantai keseimbangan makanan yang
baik di alam inilah kita bisa lebih menghayati hadits sahih yang
menyebutkan bahwa seluruh nabi (pernah) menggembala dalam hidupnya. Para
nabi adalah orang-orang pilihan terbaik, orang-orang yang adil – maka
perilakunya menunjukkan tingkat keadilannya termasuk terhadap alam
dimana mereka tinggal.
Ini
juga terkait pada yang diperintahkan kepada para Rasul untuk makan
makanan yang baik, baru kemudian diperintahkan untuk ber-amal shaleh. “Hai
para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 23:51)
Dari
ini semua kita bisa melihat saling keterkaitan antara ayat-ayatNya dan
sunnah-sunnah nabiNya, mengapa kita harus makan yang baik (thoyyib) –
karena kalau makanan kita tidak thoyyib pasti kita sulit beramal shaleh
(prasyarat untuk beramal shaleh tidak terpenuhi).
Untuk
bisa makan yang baik kita harus menanam tanaman yang baik, dan juga
memelihara ternak yang baik. Menanam dan memelihara ternak khususnya
menggembala adalah dua hal yang tidak terpisahkan – dan untuk keduanya
ada petunjuk yang begitu detail di Al-Qur’an mapun sunnah nabiNya.
Masihkan kita ragu untuk kembali ? insyaAllah tidak ada keraguan, bersambung ke masalah Air. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar