Oleh: Muhaimin Iqbal
Kalaulah ada sebuah bacaan yang bisa mengguncang gunung dan membuat bumi terbelah, itulah Al-Qur’an (QS 13:31). Pekerjaan yang amat sangat besar, yang tidak dimungkinkan dengan cara lain – maka dengan Al-Qur’an menjadi mungkin. Inspirasi dari ayat ini bisa menjadi dasar bagi kita untuk melakukan sesuatu yang sangat besar yang selama 70 tahun kemerdekaan, kita belum berhasil mekakukannya dengan baik. Yaitu tercukupinya tiga kebutuhan dasar berupa makanan , energi dan air (Food, Energy and Water – FEW).
Tiga
kebutuhan dasar yang ringkasnya saya sebut saja FEW tersebut, dalam
Al-Qur’an semuanya terkait dengan satu hal yaitu tanaman. Maka
sesungguhnya kita bisa mengatasi tiga hal ini sekaligus dengan merangkuh
satu dayung yaitu menanam !
Untuk
bercocok tanam dalam memenuhi kebutuhan pangan, ini sudah jelas dan
sudah saya tulis dalam sejumlah tulisan sebelumnya. Tetapi bagaimana
kita bisa bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan energi ?
Setidaknya saya menemukan tiga ayat di Al-Qur’an yang saling menguatkan bahwa sumber energi yang renewable itu datangnya memang dari tanaman. Bahkan energi yang renewable itu adalah multipurpose, selain bisa digunakan untuk energi dia juga bisa dimakan.
Ini
kita temukan misalnya di surat An-Nur ayat 35 yang menyebutkan api yang
dinyalakan dari minyak zaitun, sedangkan di surat Al-Mu’minun ayat 20 –
disebutkan minyak zaitun yang sama digunakan untuk penyedap makanan.
Ayat-ayat
lain yang menyebutkan api atau energi itu dari pohon yang hijau ada di
surat Yaasiin ayat 80 dan yang senada dengan ini di surat Al-Waaqi’ah
ayat 71-72.
Baik
di surat An-Nuur, surat Yaasiin maupun surat Al-Waaqi’ah semuanya
menggunakan istilah pohon (syajara). Tidak digunakan istilah lain
misalnya tanaman semusim (zar’a).
Ini
memudahkan kita dalam mencari energi terbarukan yang berasal dari
tanaman. Tidak perlu terjadi dilemma seperti yang terjadi di dunia barat
misalnya, ketika mereka bingung menggunakan jagung dan kedelainya –
apakah digunakan untuk bahan makan atau bahan bakar.
Bagi
kita biji-bijian jelas untuk makananan, sedangkan energi alternative
terbarukan berasal dari tanaman pohon – bisa apa saja dari hasil pohon
tersebut, batangnya, buahnya dlsb.
Selain
di surat An-Nuur yang menyebutkan tanaman spesifik sebagi sumber api
atau energi adalah zaitun, surat Yaasiin maupun surat Al-Waaqi’ah tidak
menyebutkan nama pohonnya secara spesifik – artinya ini memberi keluasan
kita untuk mencari pohon-pohon sumber energi masa depan –yang ada di
sekitar kita.
Di
Indonesia misalnya, saya melihat salah satu satu pohon yang berpotensi
besar untuk menjadi cadangan bahan bakar alternatif adalah pohon sukun
(Artocarpus communis) karena memiliki karakter yang mirip zaitun yaitu
selain menghasilkan energi, juga bisa menjadi bahan makanan. Karakter bahan bakar yang multipurpose
ini mengandung hikmah besar bagi para petani yang menanamnya. Untuk
sukun misalnya dia menjadi cadangan untuk dua hal sekaligus, kalau
problem kita pangan, maka hasil panenannya untuk makanan. Kalau yang
lebih kita butuhkan energi, maka hasil panenannya bisa diproses untuk
menjadi energi. Sukun
mengandung pati yang sangat tinggi sekitar 89 %, pati ini bisa dengan
mudah dan bahkan teknologinya sederhana untuk bisa diolah menjadi
bioethanol – pengganti bensin, kalau nanti bensin menjadi terlalu mahal
atau bahkan stoknya menghilang di pasar.
Selain
sukun tentu sangat banyak pohon-pohon lain yang bisa dielaborasi
sebagai sumber makanan atau kegunaan lainnya tetapi pada saat yang
bersamaan juga menjadi sumber bahan bakar. Dengan pemilihan tanaman yang
baik, dengan pola tanam yang juga baik megikuti petunjuk-petnjukNya
insyaAllah kita tidak akan kesulitan bahan bakar dalam jangka panjang.
Sekarang
bagaimana dengan unsur satu lagi dari tiga unsur kebutuhan pokok yaitu
air ? bukankan bertani akan membutuhkan air yang banyak sehingga
bersaing dengan kebutuhan untuk minum manusia dan ternak ? Justru
disinilah letak pentingnya kita bertani menggunakan petunjuk-petunjukNya
yang detil.
Dalam
memberi petunjuk untuk bertani ke kita, Allah kadang menggunakan
istilah zar’a atau tanaman semusim dan kadang menggunakan istilah
syajara untuk pohon atau tanaman menahun. Kemudian Allah juga menekankan
bahwa segala tumbuhan tersebut sudah dibuat sesuai ukuran :
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS 15:19)
Demikian pula airnya diturunkan sesuai ukuran :
“Dan
Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan
air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.” (QS 23:18)
Nah sekarang segala sesuatu mulai dari tanamannya sesuai ukuran, airnya juga sesuai ukuran – lha kok
manusia modern ini sering kehabisan air untuk minum, kekurangan air
untuk tanamannya dan kadang kelebihan air sampai menjadi musibah banjir ?
Pasti manusianya yang salah urus karena tidak mengikuti petunjukNya.
Dengan
menanam tanaman-tanaman semusim dan pohon-pohon yang proporsional, air
yang dibutuhkan tanaman semusim ( padi, jagung dlsb) akan tersedia cukup
dan tidak perlu bersaing dengan kebutuhan manusia.
Dengan
menanam pohon-pohon secara proporsional pula, air yang turun dari
langit juga akan menetap di bumi untuk dikeluarkan lagi pada saatnya
dibutuhkan – melalui akar-akar tanaman yang menyerapnya untuk memproses
makanan kita (photosynthesis) , melalui mata air – mata air untuk sumber
minuman kita, dan kemudian juga mengalir ke sungai-sungai untuk
kebutuhan tanaman semusim kita.
Melalui
proses transpirasi, air dari daun pepohonan yang rindang juga akan
kembali ke udara menyejukkan bumi, membentuk awan dan akhirnya turun
kembali ke bumi dalam bentuk hujan – semuanya sesuai takarannya !
Maka
sesungguhnya segala kebutuhan kita dalam bentuk makanan, energi dan air
itu tersedia cukup – tetapi kita juga diuji dengan perintah untuk
memakmurkan bumi (QS 11:61) – untuk melihat siapakah yang terbaik
amalnya ( QS 67:2). Kita dilarang mengganggu keseimbangan yang ada di
bumi ini, dan lebih jauh juga ditugaskan untuk menjaga keseimbangannya. (
QS 55 : 8-9). Kita sanggupi penugasan-penugasanNya ini, Agar Dia
memberi kita bimbinganNya , ilmu dan juga sarannya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar