Oleh: Muhaimin Iqbal
Ketika ada sahabat yang bertanya kepada Siti Aisyah RA tentang Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dia menjawab : “Akhlak Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam adalah Al-Qur’an”. Dengan Al-Qur’an uswatun hasanah kita itu mengelola keluarga, mengelola negara dengan segala aspeknya dan bahkan juga mengelola segala urusan umat akhir jaman. Al-Qur’annya masih sama, mengapa seolah aneh bila kita ingin mengelola segala urusan kita dengan petunjuk yang ada di Al-Qur’an ? InsyaAllah hanya perlu pembiasaan saja.
Saya
ambilkan contoh yang sebenarnya sangat sempit diantara sangat luasannya
urusan kehidupan – yaitu urusan pertanian khususnya dan lingkungan pada
umumnya. Jauh sebelum dunia ribut-ribut soal kerusakan lingkungan
global, soal perlunya menjaga kelestarian lingkungan, soal sustainable
development dan sejenisnya – Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
telah membuat apa yang disebut Himaa.
Himaa
adalah suatu kawasan yang dijaga kelestariannya, sebelumnya sudah ada –
namun konsep yang diperkenalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam adalah berbeda. Dimana perbedaannya ? Himaa dalam Islam hanya
untuk Allah dan RasulNya, maksudnya adalah untuk kepentingan masyarakat
secara luas lintas jaman. Himaa sebelumnya hanya untuk kepentingan
pribadi atau kelompok.
Himaa
adalah satu dari sekian banyak contoh, bahwa uswatun hasanah kita
mengurusi berbagai aspek kehidupan umatnya secara detil dan berbeda
dengan yang dilakukan oleh umat lain. Dari
mana beliau menempuh cara yang berbeda ini ? dari Al-Qur’an – karena
sesuai dengan hadits tersebut di atas bahwa akhlak beliau adalah
A-Qur’an.
Bagaimana
sekarang kalau prinsip yang sama tersebut kita gunakan juga untuk
memajukan pertanian negeri ini sekaligus menjawab kebutuhan jaman di
bidang tiga kebutuhan pokok yaitu Pangan , Energi dan Air – Food, Energy
and Water (FEW) ?
Sekarang
konon industri pertanian sebenarnya sudah sangat maju, tetapi ironinya
begitu banyak orang tidak bisa makan. Akhir bulan lalu FAO me-release
suatu laporan bahwa di Indonesia masih 19.4 juta orang kelaparan !
Bisakah kita tidur nyenyak sementara di negeri kita masih begitu banyak
yang kelaparan ?
Maka
inilah saatnya untuk kembali mencontoh uswatun hasanah kita, yaitu
mengelola urusan pangan, energi dan air ini dengan Al-Qur’an yang sama.
Apakah Al-Qur’an juga mengajari kita bertani ini secara sangat detil ?
tergantung keseriusan kita dalam mentadaburinya. Bila kita
sungguh-sungguh mencarinya di dalam Al-Qur’an, akan selalu ada jawaban
di dalamnya.
“…Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.” (QS 16:89)
Ketika
kami coba mendalami Al-Qur’an untuk menjawab masalah-masalah pertanian
kita tersebut, ternyata jawaban Al-Qur’an itu sungguh-sungguh detil dan
lengkap. Bahkan untuk setiap tahap dalam siklus bertani secara modern –
selalu ada petunjukNya yang tepat untuk ini.
Petunjuk-petunjuk
pada setiap tahapan untuk siklus pertanian modern yang disebut 7 P
(Perencanaan, Persiapan, Penananam, Pemeliharaan, Perlindungan, Produksi
dan Pasar ) dapat saya summary-kan dalam gambar di atas.
Ketika
kita masih dalam perencanaan (P1 ) hendak menanam di mana, tanah
seperti apa , kapan dlsb. PetunjukNya ada di sejumlah surat mulai dari
surat Al-Baqarah sampai surat An-Naba’. Inti petunjuknya menyangkut dataran tinggi, akses sinar matahari , akses air dan kwalitas tanah.
Untuk pengolahan lahan (P2) ada di surat Al-A’Raaf, surat Hud, Ar-Ruum sampai surat Ar-Rahman. Inti petunjuknya adalah terkait dengan penjagaan keseimbangan.
Untuk penanaman (P3) petunjuknya ada di surat Al-Baqarah,
Al- An’aam, Ar-Ra’d, ‘Abasa dlsb. Intinya pada kwalitas benih/benih
yang tidak di rusak, kwalitas pekerjaan dan kombinasi antara sejumlah
jenis tanaman.
Untuk pemeliharaan tanaman (P4) ada di surat Al-Baqarah, Yusuf, An-nahl, Al-Kahfi, Saba’ dan Thahaa. Intinya pada kecintaan/keseriusan dalam melakukannya, menjaga kwalitas lahan dan tanamannya sendiri.
Untuk
perlindungan hama dan penyakit tanaman (P5) ada pada surat Ali Imran,
Al-Hijr, Al-Mukminun, Saba’ , Ar-Rahmaan dlsb. Intinya pada penjagaan kwalitas lahan dan tanaman, dan penjagaan ecosystem lingkungan.
Untuk
produksi (P6) ada di surat Al-Baqarah, surat Al- An’aam, surat
Al-A’raaf dlsb. Intinya adalah menjaga keberkahan dan menjaga hak orang
lain.
Untuk
pasar (P7) ada pada surat Al-An’aam, Al-A’raaf, Huud dlsb. Intinya ada
pada keadilan, keujuran pada timbangan dan takaran serta tidak merugikan
orang lain.
Dari
penerapan Al-Qur’an untuk tahapan-tahapan di pertanian tersebut,
sesungguhnya tersirat pelajaran lain – yaitu akan selalu ada perunjuk
yang pas dengan kebutuhan kita, kapan saja kita perlukan. Bila Akhlak
uswatun hasanah kita adalah Al-Qur’an, setiap ucapan dan tindakan beliau
berdasarkan wahyu yang diwahyukan (QS 53:4) – dan wahyu yang sama dalam
bentuk Al-Qur'an itu kini ada di sekitar kita, bukankah waktunya kita
untuk juga menggunakan wahyu tersebut agar bisa menjawab seluruh
tantangan jaman ini ? InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar