Oleh: Muhaimin Iqbal
Dalam sejumlah ayat ketika Allah mengabarkan proses tumbuh-nya tanam-tanaman, mayoritasnya dimulai dari turunnya hujan. Demikian pula ketika Dia bercerita tentang air, mayoritasnya adalah air hujan. Tetapi juga ada ayat dimana Allah langsung bercerita tentang tumbuhnya tanaman tanpa dimulai dari ayat tentang hujan – seperti di surat Yaasiin ayat 33 misalnya. Karena memang ada daerah tertentu yang meskipun sangat jarang hujan – buminya tetap subur, seperti bumi di delta sungai Nil. Lantas kalau kita lagi tidak ada hujan, tidak pula berada di delta sungai – dari mana kita bisa memperoleh kesuburan ? Salah satunya dari laut !
Air
hujan adalah air yang paling baik kwalitasnya dan paling banyak
kwantitasnya untuk digunakan sebagai sumber kehidupan bagi tanaman,
hewan dan bahkan manusia – maka tidak heran bila air hujan ini yang
paling banyak disebut Allah di Al-Qur’an. Pertanyaannya adalah dari mana
air hujan memperoleh unsur-unsur mineral untuk kesuburan tersebut ?
Kita
tahu air hujan timbul utamanya dari air laut yang menguap kemudian
menggumpal menjadi awan sebelum akhirnya turun hujan. Jadi dari mana
sumber kesuburan sebelum menjadi air hujan ? jawabannya adalah dari air
laut tadi. Musim hujan di Indonesia terjadi ketika angin Muson barat
membawa uap laut dari Laut China Selatan, Samudra Pacific dan Samudra
Hindia.
Sebaliknya musim kering terjadi ketika angin Muson
timur yang membawa udara kering dari gurun di Australia melewati
laut-laut sempit di sekitar Timor – sehingga tidak banyak uap air yang
bisa dibawanya.
Jadi
hujan yang penuh berkah itu adalah ketika angin membawa gumpalan awan
yang mayoritasnya adalah hasil penguapan air laut yang kaya akan
mineral. Hal ini di-confirm oleh sebuah penelitian di Universitas Carleton – bahwa kandungan mineral air hujan bervariasi tergantung dari kondisi geografisnya terhadap lautan.
Tetapi
dari mana mineral-mineral air laut berasal ? Dahulunya selama jutaan
tahun mineral itu menyebar di permukaan bumi. Di lapisan-lapisan
permukaan tanah yang subur – hampir di seluruh dunia.
Kemudian
bersamaan dengan berlalunya waktu, mineral-mineral itu terkikis sedikit
demi sedikit oleh air hujan, kemudian mengalir sampai hulu sungai dan
akhirnya ke laut. Proses ini kemudian dijaman modern ini terakselerasi
ketika manusia semakin banyak menebang pohon dan membangun bangunan
beton di permukaan bumi, air lebih mudah lagi lari ke laut dan membawa
serta sumber-sumber kesuburan ke laut.
Beruntung
masyarakat yang berada di hulu sungai, seperti masyarakat di Delta
Sungai Nil tersebut di atas. Kesuburan lahan mulai dari Tanzania,
Burundi, Uganda sampai Sudan terbawa air sungai dan paling banyak
dinikmati oleh masyarakat di sepanjang sungai Nil di Mesir – sebelum
akhirnya air sungai ini sampai ke laut.
Mayoritas
kita tidak menikmati kesuburan dari akumulasi mineral seperti yang
terbawa oleh air Sungai Nil tersebut, tetapi dari proses ini kita bisa
ambil pelajaran yang sangat berharganya – yaitu mengambilnya dari
akumulai mineral yang sudah mengumpul di laut.
Wilayah
di Indonesia dikelilingi oleh sejumlah laut yang sangat kaya akan
mineral tersebut. Seluruh unsur kimia yang kita pelajari di SMA IPA
dahulu, yang disebut di dalam table periodik – semua unsur-unsurnya ada
di laut - totalnya ada 90 unsur lebih.
Bayangkan
sekarang air laut yang sangat kaya akan mineral ini bila dipakai untuk
memupuk tanaman-tanaman kita, maka tanaman-tanaman kita akan subur dan
buah atau daunnya ketika dikonsumsi oleh manusia juga akan menjadi
makanan-makanan yang sehat.
Sekilas
ini seperti teori yang ngawur, karena kita tahu tidak banyak tanaman
yang bisa tumbuh di daerah yang airnya asin. Ini betul, bahkan asinnya air garam bisa dijadikan pembasmi hama untuk membunuh tanaman-tanaman gulma yang tidak dikehendaki.
Tetapi
bila kadarnya pas, air garam ini bisa menjadi pupuk yang efektif.
Adalah seorang dokter THT Dr. Maynard Murray, M.D yang banyak melakukan
riset penggunaan air laut untuk pupuk ini sejak tahun 1930-an. Karyanya
ini dibukukan dengan judul Sea Energy Agriculture dan diterbitkan tahun
1976.
Buku tersebut cetakannya habis di pasar dan tidak dijual lagi selama 25
tahun lebih sampai diterbitkan lagi tahun 2003. Buku ini sekarang
banyak diincar para penggerak tanaman organik di seluruh dunia , dan
salah satunya Alhamdulillah sudah ada di saya atas rekomendasi salah
satu pembaca rutin situs ini.
Pupuk
dari air laut ini bisa mengisi missing link kebutuhan pupuk yang
efektif bagi para penggerak tanaman organik. Cara penggunaannya-pun
sederhana, tinggal Anda cari garam yang masih asli dari laut – yang sama
sekali belum dikutak-katik dengan pemurnian, pemutihan dlsb. Warna
aslinya agak mangkak dan terkesan agak kotor, tidak mengapa – inilah
garam yang asli hasil penguapan air laut.
Garam
seperti ini mudah diperoleh di daerah-daerah petani garam yang
mengeringkan air laut langsung seperti di Madura dan beberapa daerah di
sepanjang pantai Jawa Barat. Garam
yang masih asli inilah susunan mineralnya paling lengkap, bukan garam
dapur yang warnya putih menarik tetapi isinya tinggal NaCl.
Lantas
berapa banyak dosis penggunaannya ?, yang disarankan Dr. Murray
tersebut adalah untuk mencoba diantara 1,000 – 8,000 ppm (part per
million) atau gampangnya mulai dari 1 sendok garam asli dicampur satu
gallon (3.8 liter) air. Dicoba disiramkan tanaman antara sekali sepekan
atau sekali dalam dua pekan.
Masing-masing
tanaman akan bereaksi secara berbeda, karena selain karakter tanamannya
sendiri - kandungan mineral yang sudah ada di air yang Anda gunakan
juga ikut mempengaruhi. Tetapi kalau tanaman Anda mati gara-gara disiram
dengan air garam ini, kurangi dosisnya dan dicoba lagi. Bila tidak
berefek, coba dinaikkan sedikit demi sedikit. Sampai ketemu dosis yang
pas, kemudian ketika Anda berhasil – tolong kami dikasih tahu – agar
bertani dengan cara yang murah dan sederhana ini bisa disebar luaskan
lebih lanjut.
Menurut
penuturan Dr. Murray tersebut, bukan hanya tanamannya menjadi tumbuh
lebih baik dan lebih sehat, ternak maupun manusia yang diberi makan
tanaman yang dipupuk dengan air laut ini-pun menjadi lebih kuat dan
lebih sehat. Manfaat ini dijelaskan oleh beliau secara panjang lebar,
lengkap dengan bukti hasil penelitiannya dan dibukukan dalam buku-nya
tersebut di atas.
Selain
dari pada itu, pemupukan dengan garam asli air laut juga akan
sedikit-demi sedikit mengembalikan kelengkapan mineral yang seharusnya
memang menyebar di permukaan bumi seperti aslinya bumi di awal
penciptaannya dahulu. InsyaAllah bumi akan semakin subur secara gradual,
seiring dengan pertumbuhan penghuninya.
Bila
air laut begitu canggihnya untuk pupuk, mengapa sangat sedikit
masyarakat yang tahu masalah ini ? Ada dua kemungkinan untuk ini.
Kemungkinan pertama karena tidak adanya sosialisasi ilmu-ilmu semacam
ini ke masyarakat, maka saya mengambil inisiatif untuk menulisnya agar
lebih banyak yang tahu.
Kemungkinan
kedua adanya interest pihak-pihak tertentu yang akan terganggu bisnis
atau kepentingannya bila masyarakat bisa memperoleh pupuknya nyaris
gratis, kemudian para pemilik kepentingan ini secara global bisa saja
melakukan counter campaign terhadap hasil-hasil temuan yang bisa
mengancam kepentingannya ini.
Maka
tidak ada jalan yang lebih baik untuk membuktikannya selain mencobanya
langsung, bila Anda berhasil sebar luaskan – agar banyak yang memperoleh
manfaat. InsyaAllah kami juga akan mencobanya dan mengabarkan lagi pada
waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar