Oleh: Muhaimin Iqbal
Seperti analisa McKinsey, negeri ini punya resources cukup untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar no 7 di dunia. Challenge terberatnya menambah skilled workers sampai lebih dari dua kali dari yang ada sekarang hingga tahun 2030-pun, saya melihat ada jalannya. Orang-orang dengan skilled terbaik yang dibutuhkan tersebut sebenarnya sudah ada di negeri ini, tinggal bagaimana menggandakannya saja. Dan untuk menggandakan inipun kita sudah punya contoh dan proses terbaiknya di depan mata kita, tinggal masalah eksekusinya saja.
Untuk
contoh terbaik, sejak kecil belajar agama kita diajari untuk belajar
dari contoh terbaik atau yang kita sebut uswatun hasanah kita – yaitu
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Karena yang dibawa beliau
adalah petunjuk jalan hidup yang menyeluruh, maka konsep belajar dari
yang terbaik ini mestinya juga yang mewarnai seluruh aspek kehidupan
kita.
Dalam bidang pekerjaan kita sehari-hari, contoh terbaik itu kita sebut SkillsWhiz – yang berasal dari dua kata Skills (/skil/ - the ability to do something well) dan Whiz (/(h)wiz/ - a person who is extremely clever at something). SkillsWhiz adalah orang yang mampu melakukan sesuatu dengan sangat baik dan dialah yang sangat pandai di bidangnya ini.
SkillsWhiz
tidak harus yang bergelar Doktor atau Professor – karena bila mereka
tidak melakukan sesuatu yang terbaik di bidang pekerjaannya – dia
bukanlah SkillsWhiz. Sebaliknya dia bisa saja seorang yang berpendidikan
rendah, tetapi dia sangat mampu melakukan yang terbaik di bidang
pekerjaannya – maka dia bisa menjadi SkillsWhiz.
Dalam
pengalaman saya sendiri membangun kompetensi di bidang pertanian dalam
arti luas misalnya, sebagian dari guru-guru saya adalah orang-orang desa
kebanyakan – yang bahkan masyarakat sekitarnya-pun tidak menyadari ada
guru yang sangat tinggi kalibernya yang menjadi tetangga mereka.
Saya
belajar domba dari praktisi domba terbaik – yang bahkan namanya
diabadikan dalam bentuk nama jenis domba tersendiri – yaitu domba
Waringin yang saya pelajari langsung dari Pak Waringin, penduduk desa
yang untuk sampai ke sana saya perlu menempuh setengah hari perjalanan
melalui pesawat dan jalan darat.
Saya
belajar kedelai dari petani kedelai terbaik yang masih hidup hingga
saat ini, yaitu Pak Timin – di pedesaan Nganjuk – yang juga perlu
setengah hari perjalanan dari Jakarta. Saya juga belajar tentang ilmu
alfaafa dan microba dari praktisi dan ahli terbaiknya di negeri ini yaitu Dr. Nugroho.
Intinya adalah SkillsWhiz
yang kita butuhkan itu pada umumnya ada di sekitar kita – well, sekitar
kita itu bisa berarti setengah hari perjalanan ! tetapi ini belum
seberapa bila dibandingkan ulama-ulama dahulu yang rela menempuh
perjalanan berbulan-bulan – untuk mendapatkan satu atau dua hadits yang
tidak terputus sanatnya.
Namun terkadang juga harus diakui bahwa skills yang hendak kita kuasai itu belum ada SkillsWhiz-nya
di negeri ini. Contohnya ketika kami mau membangun skill di bidang
pembibitan zaitun atau skill dalam membuat qirbah – keduanya belum ada
gurunya di negeri ini.
Untuk pembibitan zaitun, Alhamdulillah kami berhasil membangun skill-nya dalam waktu 7 bulan yaitu mulai saya meminta bantuan pembaca situs ini untuk memperoleh bibit zaitun ( melalui tulisan Kebunku Kebun Al-Qur’an 02/05/2013), sampai kami mampu melatihkan cara membibitkan zaitun di negeri tropis ini (melalui tulisan Materi Pelatihan pembibitan Zaitun 21/12/2013).
Untuk
skill membuat qirbah lebih cepat lagi prosesnya, yaitu tidak sampai
tiga bulan dari menggagasnya waktu I’tikaf akhir Ramadhan 1436 H (dalam
tulisan Qirbah Untuk Kesehatan dan Lingkungan 19/07/2015) sampai mengajarkannya ke siapa saja yang mau mulai bulan haji tahun yang sama (dalam tulisan Collective Skills dan Collective opportunities 05/10/2015).
Apa
yang hendak saya sampaikan di sini intinya adalah, dengan atau tanpa
guru – skills baru itu bisa kita bangun pada diri kita – dari novice
sampai menjadi guru tanpa pakai waktu yang lama. Tentu bila sudah ada
guru terbaiknya, kita tidak perlu reinvent the wheel – pastinya akan
lebih mudah dan terarah, di banding yang harus memulainya dari nol.
Pertanyaan
pentingnya kemudian adalah tentang bagaimana kita bisa membangun
berbagai skills baru tersebut dengan relative mudah dan cepat ? untuk
proses ini-pun kita sudah ada petunjuk dan contoh terbaiknya – yaitu
Al-Qur’an. Bagaimana Al-Qur’an bisa mengajari kita berbagai skills baru
secara mudah dan cepat ?
Kita
ketahui bahwa Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber ilmu.
Sedangkan Al-Qur’an dijanjikan oleh Allah mudah untuk dipahami dan
dihafal – bahkan sampai empat kali Allah mengulang janjiNya ini. “Dan Sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan (dipahami dan diingat), maka adakah orang yang mau mengingatnya ?” (QS 54 ayat 17, 22, 32 dan 40).
Nah
bila sumber dari segala sumber ilmu itu mudah diingat atau dihafal,
pastinya ilmu-ilmu apapun yang menjadi turunan dari sumber ilmu itu juga
mudah diingat atau dihafal. Sedangkan dari ilmu yang diamalkan itulah
akan lahir skills.
Tanpa
kemampuan untuk menghafal atau mengingat – kita tidak akan pernah
menjadi tenaga terlatih di bidang kita. Terbayang tidak Anda seorang
sopir yang lupa dimana pedal gas dan dimana pedal rem, seorang
programmer yang lupa syntax bahasa pemrogramannya, seorang dokter ahli
bedah yang lupa dimana letak organ tubuh tertentu – bisa salah membedah
dia !
Jadi
hafalan yang tertanam di otak kitalah – yang sesungguhnya menjadi dasar
untuk terbangunnya sebuah skills di bidang apapun. Saya punya team inti
yang mempunyai soft skills yang menakjubkan di bidang human
relationship misalnya, modal utama dia adalah photographic memory dalam
mengenal wajah dan nama. Baru sekali ketemu sesorang, dia bisa mengenali
orang yang sama – meskipun orang tersebut sedang berjalan kaki
sementara team saya ini semobil dengan saya yang sedang melaju kencang !
Lantas
bagaimana caranya kita agar kita bisa menghafal ilmu yang akan menjadi
dasar dari skills yang sedang kita bangun tersebut ? Kembali contohnya
adalah Al-Qur’an. Mengapa sumber segala sumber ilmu itu bisa dihafal ?
karena semua kata atau bahkan
hurufnya penting dan penuh makna. Maka setiap kita mendapatkan sesuatu
ilmu yang otak kita mencatatnya sebagi penting dan bermakna, maka dia
menjadi semacam jalan aspal di tengah belukar otak kita - insyaAllah
kita akan hafal selamanya.
Mengapa
orang yang jatuh cinta meskipun sangat pendek akan sangat membekas
pengalamannya, tidak terlupakan seumur hidupnya – ya karena selama
periode yang pendek tersebut semua peristiwa dan bahkan benda-benda yang
terkait dengan orang yang dicintainya – teregister sebagi peristiwa dan
benda penting dan bermakna di otaknya.
Maka
seperti jatuh cinta inilah kita membangun skills itu. Kami bisa menjadi
ahli yang bahkan mampu mengajarkan membuat qirbah – hanya dalam waktu
tiga bulan misalnya – ya karena saat itu kami ‘jatuh cinta’ pada qirbah
itu. Demikian pula ketika kami membangun skills untuk membibitkan
zaitun, siang malam kami pikirkan segala aspek yang terkait zaitun ini –
persis seperti orang yang ‘jatuh cinta’.
Dan
Allah menjanjikan, bila kita terus memikirkan ciptaanNya siang dan
malam ketika sedang beraktifitas (berdiri), sedang istirahat (duduk) dan
bahkan sedang tidur sekalipun – kita akan menjadi ahli yang menguasai
inti persoalan – ulul albab – dari yang kita pikirkan tersebut.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab),
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS 3:190-191)
Lantas
bagaimana kita membumikan konsep ini dalam membangun skills tertentu
misalnya ?, untuk mudahnya dipahami saya beri contoh nyata dari
pelatihan yang insyaallah kami berikan bulan depan ke 100-an orang, yang
rata-rata baru di bidang organic farming. Nama workshopnya Integrated Organic Farming, tapi mohon maaf Anda sudah tidak bisa mendaftar untuk yang pekan depan ini karena sudah penuh – mungkin untuk yang berikutnya.
Bagaimana kami akan ajarkan organic
farming skills ke 100-an orang yang rata-rata baru di bidang ini –
hanya dalam tempo 2 hari ? Caranya kembali persis seperti orang yang
jatuh cinta di atas.
Kami
akan membuat dalam dua hari ini para peserta bisa jatuh cinta pada
skills baru yang akan digelutinya ini – sehingga setiap benda dan
peristiwa yang terkait akan tertanam sangat kuat di otaknya – membentuk
jalan aspal di antara belukar otak yang sudah dipenuhi oleh berbagai
skills sebelumnya.
Untuk
melakukan ini ada dua cara yang kami tempuh, pertama mem-break-down
materi organic farming itu kedalam lima hal yang mudah diingat. Bila
organic farmingnya adalah skills, lima hal kunci yang mudah diingat ini
adalah kita sebut sub-skills.
Lima
hal tersebut adalah tentang tanah, air, hara, micro climate dan tentang
tanamannya itu sendiri. Bila kita bisa menanamkan sleuk beluk yang
terkait lima hal ini di dalam otak kita, dengan mudah kita bisa
menguasai skills di bidang pertanian organic ini secara pari purna.
Ketikan skils baru ini dintegrasikan dengan set of skills yang sudah
dimiliki peserta seperti finance, marketing, management dlsb – maka dari
sanalah insyaAllah akan terlahir para petani organic yang professional
dalam waktu yang cepat.
Yang
kedua yang kami lakukan untuk mudahnya terbangun memory di otak
tersebut, pelatihannya sendiri kami lakukan di tempat dimana para
peserta bisa langsung melihat contoh-contoh aplikasinya di lapangan.
Ketika dia mendengar dan melihatnya langsung, maka memory itu akan
dengan mudah tertanam kuat.
Selebihnya
adalah membangun pengalaman sendiri dengan benar-benar melakukannya di
tempat masing-masing ketika peserta balik dari pelatihan. Maka
insyaAllah dalam dua hari-pun bisa menyebar luaskan skills di bidang
integrated organic farming ke 100-an orang.
Hal
yang sama dapat dilakukan di bidang apapun, kuncinya adalah yang
pertama memperoleh contoh terbaiknya dan kemudian yang kedua
mengikutinya juga dengan proses yang terbaik. Bila yang pertama (contoh
terbaik) belum ada, maka proses yang terbaik saja juga bisa melahirkan
skills baru – seperti contoh qirbah dan zaitun tersebut di atas,
meskipun lebih berat membangunnya tentu saja – karena harus mulai segala
sesuatunya dari awal.
Nah
sekarang Anda berkesempatan untuk bisa ikut menyebar luaskan berbagai
skills baru yang dibutuhkan negeri ini untuk menggarap potensinya
menjadi negeri dengan kekuatan ekonomi no 7 terbesar di dunia. Caranya ?
Identifikasi para SkillsWhiz
– orang yang sangat menguasai bidangnya dan telah melakukannya dengan
sangat baik. Beritahu kami tentang orang ini dan skills-nya, maka
insyaallah kami bersedia memandunya, agar skills beliau-beliau ini bisa
disebar luaskan secara efektif dan efisien.
Atau
sebaliknya, bila Anda membutuhkan skills tertentu yang penting –
beritahu kami, siapa tahu kami bisa menemukan SkillsWhiz-nya yang
bersedia menjadi TMC (Trainer, Mentor and Coach) di bidang yang ingin
Anda geluti tersebut.
Misalnya
saat ini karena tingkat kerawanan yang tinggi di masyarakat, para
remaja putri dan ibu-ibu sangat membutuhkan skills di bidang
self-defense. Maka bila Anda menemukan SkillsWhiz di bidang self-defense
untuk para ibu dan remaja putri misalnya, ini akan sangat bermanfaat
untuk disebar luaskan – karena insyaAllah kita akan bisa melindungi para
wanita kita dengan cara yang terbaik, terstruktur, sistematis dan
massive. InsyaAllah.
Bagi Anda yang tertarik untuk tahu lebih jauh tentang SkillsWhiz dan
bagaimana membangun skills baru dengan menggunakan metode Al-Qur’an
ini, insyaAllah besuk pagi Sabtu 5/03/2016 , kami di Startup Center -
Jl. Juanda 43 Depok akan mengadakan kajian terbuka dan gratis dengan
tema "Building New Skills Set With Al-Qur'an As Reference". Seperti
biasa, peserta dibatasi maksimal 100 orang dan parkir mobil yang
tersedia hanya 50 mobil. Yang berminat selain mendaftarkan nama, juga
menyebutkan apakah membawa mobil pribadi atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar