Oleh: Muhaimin Iqbal
Keesokan harinya setelah selesai sholat subuh Pak Kyai ingin menggali lebih dalam lagi dari santrinya, pelajaran apa sesungguhnya yang telah dia pelajari dari mbah Google. Pak Kyai ingin tahu, bagaimana perusahaan yang belum juga berusia dua dasawarsa itu begitu mempengaruhi peradaban dunia saat ini. Betapa tidak, setiap menit ada 2 juta orang di dunia yang mencari sesuatu di Google. Apa rahasianya sehingga hampir semua orang yang melek internet di dunia menggunakan Google dalam pencariannya ?
Pak
Kyai mengutus santrinya yang paling cerdas untuk belajar di Google agar
dia bisa menangkap pelajaran yang paling berharga, bukan pada
kulit-kulitnya tetapi sampai kepada intinya. Maka Pak Kyai membuka
diskusi yang kedua ini dengan pertanyaan sebagai berikut :
“Dari
sekian banyak yang kamu pelajari dari Google, saya hanya pingin tahu 3
hal terpenting – apa yang membuatnya ‘menguasai’ dunia saat ini ?”
Si santri menjawab : “Begini
Pak Kyai, di perusahaan raksasa yang telah menyeleksi dengan amat
sangat ketat 40,000-an karyawannya tersebut – tentu banyak sekali
orang-orang hebat di bidangnya masing-masing di sana. Jadi kalau saya
disuruh menyimpulkannya hanya dalam tiga hal – tentu ini tidak mudah,
kesimpulan saya juga belum tentu sama dengan kalau Pak Kyai kirim orang
lain untuk mendalaminya !”
Pak Kyai tidak sabar : “Wis, ora opo-opo, menurut kowe wae, opo telu perkoro sing gawe Google mbaurekso dunyo ?”
Setelah
berpikir sangat keras mengingat semua yang dia pelajari selama
belusukan di markasnya mbah Google, si santri memberanikan diri
menyimpulkan.
“Pertama
mereka selalu memulai dari emphaty Kyai, mereka tidak serta merta
merancang sesuatupun sebelum benar-benar mendalami apa yang dirasakan
atau dibutuhkan oleh para penggunanya. Mereka banyak sekali meriset,
mendengarkan, mencoba dengan prototype, memverifikasi dlsb. targetnya
sampai itu tadi – bener-bener merasakan apa yang dirasakan oleh (calon)
pengguna produk-produknya – mereka tidak berasumsi!”.
“Kedua mereka selalu berusaha memahami persoalan sampai ke akar masalahnya, bukan pada gejala atau penampakannya.” Pak Kyai kurang paham dengan yang ini, maka dia menyela : “Opo maksude ?”.
“Begini
Kyai, mereka akan terus bertanya ‘why’ sampai ke akar persoalan.
Misalnya ada seorang pasien datang ke dokter dengan kepalanya yang
berdarah, dokter akan bertanya : “kenapa kepala Anda berdarah ?”.
Pasiennya menjawab : “jatuh terbentur batu dok !”, dokternya akan
bertanya lagi : “mengapa ?” , pasien menjawab : “lagi mendaki gunung,
terpeleset terbentur batu”, dokter bertanya lagi : “mengapa ?” , pasien
menjawab lagi : “ingin olah raga dok, ingin menurunkan berat badan”.
Si santri kemudian melanjutkan : “ jadi
dalam contoh tadi inti persoalannya bukan kepala yang berdarah, kepala
yang berdarah hanya akibat saja. Inti persoalannya adalah si pasien
ingin menurunkan berat badan. Maka kepala yang berdarah diobati, tetapi
yang lebih penting adalah dicari berbagai alternative solusi lain untuk
menurunkan berat badan secara lebih aman dan tanpa efek yang lebih
berbahaya”. Pak Kyai kemudian manggut-manggut tanda memahami apa yang dijelaskan si santri, dan memberi isyarat untuk dilanjutkan.
“Yang
ketiga mereka tidak kenal menyerah Kyai, mereka bisa seperti pelari
sprint yang berlari sangat kencang untuk waktu yang pendek, tetapi
sekaligus juga pelari marathon yang mampu berlari secara stabil untuk
jarak yang sangat panjang ! Mereka tidak kenal menyerah dalam mengatasi
persoalan dan persaingan, maka satu demi satu pesaingnya berguguran karena kalah cepat dalam berlari sprint dan kalah stamina dalam berlari marathon!”
Sampai
disini Kyai sudah paham, apa yang berhasil diraih oleh santrinya dari
berburu ilmu dunia di sarang mbah Google. Kemudian Kyai menyampaikan
pernyataan yang membuat santrinya ini justru terkejut : “Ini
membuat saya tambah yakin, saya sudah menugasi kamu – santri pilihan
saya untuk merebut ilmu dunia sampai ke mbah Google, tetapi sesungguhnya
kamu tidak perlu jauh-jauh kesana, semua yang kamu cari ada disini !”
"Pertama
tentang apa yang kamu sebut emphaty, kita sudah diberi contoh terbaik
olehNya – yaitu seorang Rasul yang sangat ber-emphaty terhadap apa yang
dirasakan oleh umatnya. Kalau saja umatnya ini bisa belajar emphaty dari
beliau, pasti umatnya bisa merancang produk apapun dengan sangat-sangat
baik" Kemudian Pak Kyai mengutip surat At-Taubah ayat 128 yang artinya ;
“Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang
beriman”.
"Kedua
tentang memahami inti persoalan, memang Allah sudah janjikan kebaikan
yang sangat banyak bagi orang-orang yang menguasi inti persoalan ini –
yang di Al-Qur’an disebut Ulul Albab. Dan Allah sisipkan ini di tengah
rangkaian 23 ayat-ayat ekonomi – yaitu mulai surat Al-Baqarah ayat 261
sampai ayat 283, tepatnya ada di ayat 269.
Lebih dari itu Allah juga memberikan jalannya bagi yang ingin menjadi orang-orang yang sangat menguasai inti persoalan ini" Sampai disini si santri tidak sabar, “Bagaimana Pak Kyai caranya ?”. Pak Kyai kemudian membacakan rangkaian Surat Ali-Imron 190-191 yang artinya sebagai berikut :
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab. Yaitu orang-orang yang menginta
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata : “Ya Rabb
kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka””.
"Adapun
yang ketiga tentang sikap tidak kenal menyerah mereka, inipun kita
sudah dijanjikan oleh Allah, bahwa bila kita berpegang teguh bahwa Rabb
kita adalah Allah kemudian kita beristiqomah dalam pegangan ini, akan
datang para malaikat yang menghibur kita – agar kita tidak sedih, tidak
takut dan mereka juga membawa kabar baik – yaitu surga.
Lebih
dari itu, bila kita bisa istiqomah dalam agama ini, janjiNya juga kita
akan ditolong Allah di dunia dan di akhirat. Kita diberi apa –apa yang
kita butuhkan dan yang kita minta langsung dariNya" Kemudian pak Kyai membacarakan rangkaian surat Fushshilat 30-31 yang artinya sbb :
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka
beristiqomah dalam pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan : “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu
sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikanNya
kepadamu”. Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula apa yang kamu minta”.
Jadi, pak Kyai mengulangi ucapannya : “jauh-jauh kamu belajar sampai mBah Google, tetapi seungguhnya apa yang kamu cari semuanya ada disini”. Si Santri penasaran : “ Lha, kalau begitu mengapa Pak Kyai kirim juga saya kesana ?”.
Dengan penuh bijaksana Sang Kyai menyampaikan : “ Begini
nak, yang pertama saya juga ingin belajar meyakinkan hati ini – bahwa
umat ini bener-bener diberi segala solusi yang dibutuhkan untuk
mengatasi segala persoalan dunia yang dihadapinya – di jaman modern ini
sekalipun. Saya juga ingin meyakinkan hati ini, bahwa apapun yang engkau
pelajari disana – pasti ada jawabannya disini.” Kata Pak Kyai sambil menunjukkan Kitab al-Qur’an yang dipegangnya.
Si santri yang kadang mbeling ini masih ingin protes : “Lho, berarti selama ini Pak Kyai juga belum yakin dong kalau semua jawaban atas persoalan yang kita hadapi ada di Al-Qur’an ?”
Pak Kyai dengan sabarnya menjelaskan, : “Begini
nak, jangankan saya – Nabi Ibrahim-pun minta kepada Allah untuk
ditunjukkan cara menghidupkan orang mati, bukan karena Ibrahim tidak
beriman atau percaya dengan janji Allah, tetapi Ibrahim ingin
ditentramkan hatinya”. Kemudian Pak Kyai membacakan penggalan Surat Al-Baqarah 260 yang artinya sebagi berikut :
“Dan
ingatlah ketika Ibrahim berkata : “Ya Rabb, perlihatkan kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati” Allah berkata : “Belum
Yakinkah kamu ?”. Ibrahim menjawab : “Aku telah meyakininya, akan tetapi
agar hatiku tentram”…”.
Kemudian Pak Kyai melanjutkan : “ Yang
kedua nak, saya ingin menunjukkan kepadamu – bahwa kemanapun kamu pergi
menuntut ilmu, setinggi apapun teknologi yang dikuasai orang, seperkasa
apapun perusahaan berhasil dibangun oleh orang-orang di luar sana –
sesungguhnya kamu memiliki semua bekal yang dibutuhkan untuk
mengalahkannya. Di tanganmu ada sumber segala sumber ilmu, kalau saja
kamu berhasil secara istiqomah mengamalkannya dengan tidak kenal
menyerah – kamu akan bisa mengalahkan mBah Google sekalipun!”.
Dengan penuh semangat si santri menjawab : “InsyaAllah , Pak Kyai, InsyaAllah !”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar