Oleh: Muhaimin Iqbal
Seorang santri yang melek teknologi diundang untuk datang ke Silicon Valley, dan yang menggundangnya adalah dedengkot Silicon Valley yaitu mbah Google. Setelah sempat bimbang sesaat, akhirnya dengan pertimbangan bahwa ilmu dan hikmah itu milik para santri yang harus direbut dari mana saja datangnya – akhirnya berangkatlah si santri ini. Setelah melalui berbagai diskusi-diskusi panjang, brain storming session yang melelahkan baik formal maupun informal – karena dia santri, dia tidak melihat apa-apa di Google, dia hanya melihat Al-Qur’an ! Apa sebenarnya yang dia lihat ?
Berikut adalah dialog si santri dengan Kyainya ketika sang Kyai yang mengutusnya ingin mendengarkan laporan dari kunjungannya.
Kyai memulai dengan pertanyaan ringan : “Le, bagaimana perjalananmu ?”, si santri-pun menjawab : “bagus
sekali Kyai, mbah Google melayani saya dengan sangat baik. Sejak
berangkat dalam pesawat sampai di kantor mereka – secara khusus mereka
menyediakan makanan halal untuk saya. Di kantornya mereka juga sediakan
tempat sholat, bahkan lebih baik kyai!”
Pak Kyai kaget dengan kalimat ‘lebih baik’ ini, Kyai-pun mulai mendalami pernyataan santrinya yang paling cerdas ini : “Opo maksudmu lebih baik ?, opo masjide luweh apik ?”, Si santri buru-buru meluruskan : “Anu
Kyai, di tempat sholatnya Google – saya boleh tidur-tiduran siang
sebentar. Lha di masjidnya Kyai ada tulisan dimana-mana ‘dilarang tidur
di masjid! ”
Pak Kyai manggut-manggut karena merasa disentil dengan Al-Qur’an oleh muridnya yang mbeling ini, karena tidur siang bukan hanya boleh tetapi juga bagian dari Sunnah Agama ini. Bahkan ukurannya-pun diisyaratkan secara rapi di Al-Qur’an. Kalau tidur malam disebut 7 kali ( QS 6:96 ; 10:67 ; 25:47 ;27:86; 28:72 ; 28:73; 40:61), tidur siang disebut satu kali (QS 7:4)– berarti panjang tidur siang kurang lebih 1/7 dari tidur malam !
Kyai melanjutkan pertanyaannya : “wis opo meneh oleh-olehmu ?”. Sang santri-pun menjelaskan dengan antusias : “Ada
pertanyaan aneh yang ditanyakan orang Google ke saya Kyai, pertanyaan
yang menggelitik – tetapi mungkin karena mereka ragu dengan agamanya !”
Kyai menjadi tidak sabar, “takon opo le Google ?” , si santri tahu penasaran sang Kyai, dia langsung menjelaskan “ mBah
Google tanya begini Kyai : “Seandainya sorga itu bener-bener ada, ingin
disapa apa kamu oleh Tuhanmu ketika berhasil sampai ke sana?”. Kyai memotong “ Lha terus kowe jawab opo ?”.
Dengan santai sang santri menjawab : “ Gampang Kyai, kan jawabannya ada di surat yang Kyai perintahkan kami untuk sering-sering membacanya – surat Yaasiin”. Kemudian si santri membacakan Surat Yaasiin ayat 58 : “salaamun qoulam mirrobbirohiim – “salam” sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang Maha Penyayang !” Kyai-pun manggut-manggut dengan jawaban cerdas muridnya ini, kemudian Kyai melanjutkan pertanyaannya.
“Terus belajar opo meneh kowe ning kono ?” , dengan bersemangat Santri inipun menjelaskan : “Anu
Kyai, mereka berkarya maksimal setelah mereka menemukan tujuan hidup
mereka. Pegangan mereka adalah pernyataan Mark Twain yang menyatakan
bahwa – dua hari yang paling berharga dalam hidupmu adalah ketika kamu
lahir dan ketika kamu menemukan untuk apa kamu lahir”.
Sebelum disela Pak Kyai , si santri melanjutkan : “ Jadi
mereka berlomba untuk menemukan alasan untuk apa mereka terlahir di
dunia ini Kyai, setelah mereka menemukan alasan ini – itulah yang
kemudian dia buru dengan sangat baik untuk bisa benar-benar mewujudkan
tujuan hidupnya!”.
Sang Kyai-pun penasaran dengan pendapat santrinya ini : “ Lha terus kowe piye ? opo kowe ugo ketemu alasanmu lahir ning dunyo iki ?”. Sang santri dengan mantab menjawab : “Tentu tahu Kyai, kan Pak Kyai sering mengulang-ulang ayatNya tentang ini !”, kemudian dia membacakan penggalan surat Hud ayat 61 yang artinya : “…Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia, Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya…”.
Sampai di sini Pak Kyai menemukan celah untuk memasukkan hikmah dari kunjungan santrinya ke mbah Google : “Nah
disitu letak pelajarannya !, sing ngundang kowe meskipun tidak jelas
tujuan hidupnya – begitu mereka temukan dan memburunya dengan sangat
baik, mereka menjadi penguasa peradaban dunia saat ini.”
Kyai meneruskan : “Lha
kowe, tujuan hidupmu sudah digariskan dengan sangat jelas – bahkan kamu
diberi petunjuk dan nasihat yang sangat lengkap, dan kamu dijanjikan
menjadi umat yang paling tinggi derajadmu – tetapi kamu tidak yakin,
kamu santai-santai dalam mengejar tujuan hidupmu ini – maka peradaban
itu milik mereka untuk saat ini, sampai kamu bener-bener bekerja lebih
baik dari mereka !” Pak Kyai kemudian membacakan dua ayat di surat Ali-Imron 138-139 untuk menguatkan nasihatnya seperti biasa.
Terdengar Adzan di masjid Pak Kyai, Pak Kyai-pun menyudahi – “wis saiki cukup disik, sesuk meneh diterusno !”. Si santri menyahut : “InsyaAllah Kyai !”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar