Antara Kewajiban, Kebutuhan dan Kenikmatan

Kamis, 26 Februari 2015
Oleh: Muhaimin Iqbal
 
Aktivitas kita sehari-hari setidaknya dapat kita golongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu yang berupa kewajiban, kebutuhan dan kenikmatan. Ini berlaku hampir di semua aspek kehidupan, dalam hal pakaian, makanan, maupun aspek-aspek lainnya. Dalam hal berpakaian misalnya, menutup aurat adalah kewajiban. Memakai baju hangat di musim dingin adalah kebutuhan, dan memakai baju bagus ketika hadir dalam acara tertentu adalah kenikmatan. Bagaimana aplikasinya di bidang lainnya ?



Dalam hal makanan misalnya, makan makanan yang halal dan thoyyib adalah suatu kewajiban, banyak sekali ayat di Al-Qur’an yang berisi “…makanlah…” untuk menujukkan kewajiban ini. Tetapi selain kewajiban, makan juga menjadi kebutuhan utama manusia. Kita butuh karbohidrat dan lemak untuk memberi energi dalam aktifitas sehari-hari kita, kita butuh protein untuk pertumbuhan dan membangun kembali sel-sel yang rusak.

Diatas itu, makan juga merupakan kenikmatan – ketika kita sekali waktu ingin makan makanan yang lezat. Pada tingkat kenikmatan ini, sering orang tidak lagi peduli dengan nilai dari makanan itu sendiri. Sama-sama karbohidrat, lemak dan protein – tetapi kita bersedia membayar jauh lebih mahal demi kenikmatan ini.

Urutan kewajiban, kebutuhan dan kenikmatan ini sebenarnya juga menjadi urutan prioritas yang harus kita tempuh baik secara pribadi maupun masyarakat dan bangsa. Bila kita bisa ikuti urutan prioritas ini, maka bangsa ini mestinya tidak perlu dari waktu kewaktu diguncang oleh fuktuasi harga dan ketersediaan stok bahan pangan.

Pertama adalah menjadi kewajiban bagi para pemimpin (dan masing-masing kita adalah pemimpin di lingkup kita masing-masing), untuk memastikan semua pihak dalam lingkup kepemimpinan kita untuk bisa melaksanakan kewajiban makan makanan yang halal dan thoyyib.

Bila kewajiban ini kita laksanakan semua, maka tidak akan ada celah makanan yang haram, meragukan atau makanan yang mengandung zat-zat yang membahayakan yang menyelinap masuk di makanan kita.

Kedua menjadi kebutuhan kita semua untuk bisa makan makanan yang memenuhi unsur-unsur utama yang dibutuhkan oleh tubuh kita seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Karena menyangkut kebutuhan, maka pemenuhannya harus diupayakan secara maksimal.

Manusia dewasa rata-rata butuh protein murni sekitar 50 gram/hari misalnya, maka harus diupayakan secara maksimal agar rata-rata umat ini bisa memenuhi kebutuhan protein ini setiap harinya. Bila kebutuhan ini kurang terpenuhi, maka ada yang terganggu dari fungsi tubuh kita – seperti pertumbuhan yang terhambat dlsb.


Kebutuhan-kebutuhan ini akan bisa lebih mudah dipenuhi bila kita memahami karakter dari masing-masing jenis makanan kita. Maka memperhatikan atau mendalami makanan-makanan kita ini termasuk yang diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, yang dimulai dari “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (QS 80:24)

Sekarang coba kita perhatikan bila kita laksanakan perintah tersebut, saya petikkan awal dan akhirnya saja sebagai contoh. Awalnya ada di QS 80 : 27 yaitu tentang biji-bijian, akhirnya ada di QS 80:32 tentang binatang ternak. Untuk biji-bijian saya ambilkan contoh yang familiar dengan kita yaitu padi/beras, kedelai dan kacang tanah. Sedangkan dari ternak saya ambilkan produk utamanya yaitu daging dan susu.

Kemudian kita bedah isi makanan-makanan tersebut dari kandungan utamanya saja biar tidak terlalu njlimet, yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Maka hasilnya akan dapat kita lihat di table berikut.


Makanan, Antara Kebutuhan dan Kenikmatan

Biji-bijian secara sempurna memenuhi unsur-unsur utama yang dibutuhkan tubuh kita baik dari sisi karbohidrat, protein maupun lemak. Sementara produk ternak berupa daging dan susu keunggulannya bukan pada sisi kebutuhan ini, tetapi dari sisi kenikmatannya.

Karena tingkatnya adalah kenikmatan yang di atas kebutuhan, maka bagi yang mampu tetap bisa saja membeli daging seharga Rp 100,000 – padahal isinya yang 70 %-nya adalah air , atau susu yang 88 % isinya adalah air ! Dalam hal pemenuhan unsur-unsur karbohidrat, protein dan lemak - daging dan susu tidak lebih baik dari kedelai yang harganya hanya 1/10 dari daging.

Dengan memahami urutan prioritas dari kewajiban, ke kebutuhan dan baru pada kenikmatan – maka swasembada pangan yang paripurna akan lebih mudah disusun. Ini bisa dilakukan baik skala individu maupun skala umat atau bangsa. Selain kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak, tentu ada juga kebutuhan akan vitamin dan mineral.

Vitamin dan mineral ini banyak terdapat pada  buah dan sayur, dan ini tercakup dengan sangat lengkap diantara awal dan akhir dari ayat-ayat makanan yang disuruh memperhatikan tersebut di atas, tepatnya mulai QS 80:28 sampai QS 80:31.

Lebih dari urusan pakaian dan makanan, bila kita bisa mengurutkan prioritas aktifitas kita lainnya berdasarkan kewajiban, kebutuhan dan kenikmatan – insyaAllah kita akan bisa mengelola segala urusan kehidupan ini dengan cara yang sangat efektif dan penuh kenikmatan.

Dalam hal pekerjaan misalnya, ketika Anda bekerja hanya sekedar melaksanakan kewajiban dalam job description Anda – maka pekerjaan Anda tersebut akan terasa berat dan membosankan. Tetapi bila pekerjaan Anda sebagai kebutuhan, maka beban berat tersebut akan berkurang karena Anda punya selfdrive – yang mendorong Anda butuh bekerja. Bayangkan bila Anda bisa mencapai tingkat berikutnya, yaitu bekerja pada tingkat kenikmatan – maka Anda akan bisa menikmati setiap waktu Anda bekerja. Hasil karya Andapun insyaAllah akan maksimal.

Dalam beribadah khusus seperti sholat-pun demikian, selama kita masih pada taraf melaksanakan kewajiban – maka ini akan terasa sebagi beban yang berat untuk melaksanakannya – tetapi tetap harus kita laksanakan. Begitu bisa meningkat sebagai kebutuhan, maka hilanglah rasa sebagai beban itu karena seperti makanan tersebut di atas – kita butuh melaksanakan sholat – sebagai makanan bagi ruh kita.

Pada tingkatan tertentu kita bisa sholat berjam-jam ketika orang lain terlelap dalam tidurnya, dan ini tidak lagi terasa berat – karena ini berada pada tingkat kenikmatan yang diburu oleh para pencarinya. Jadi bila Anda ingin bisa menikmati kehidupan ini, mulailah dengan melaksanakan kewajiban Anda, kemudian penuhilah kebutuhan Anda dan setelah itu baru Anda bisa mengejar kenikmatan itu. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar